Masalah Saraf dan Otak

Trauma Kepala Berat

Tim Medis Klikdokter, 18 Mar 2022

Ditinjau Oleh

Trauma kepala berat merupakan suatu kondisi di mana otak yang mengalami kerusakan berat setelah cedera pada kepala.

Pengertian

Trauma kepala berat merupakan suatu kondisi di mana otak yang mengalami kerusakan berat setelah cedera pada kepala. Sebagian besar kasus trauma kepala berat berkaitan dengan peristiwa kecelakaan lalu lintas, cedera saat berolahraga, atau penganiayaan.

Kerusakan pada otak biasanya terjadi karena benturan atau hentakan yang sangat kuat. Benturan atau hentakan bisa saja mengenai kepala langsung atau pada tubuh. Selain itu, kerusakan juga bisa terjadi karena adanya objek yang menembus otak, misalnya saat terjadi kecelakaan.

Kondisi ini bisa menyebabkan komplikasi bahkan kematian. Oleh karena itu, umumnya kasus trauma kepala berat membutuhkan penanganan segera dan perawatan jangka panjang.

Trauma Kepala Berat

Penyebab

Penyebab paling sering trauma kepala berat adalah cedera akibat kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, atau kecelakaan saat berolahraga. Kondisi yang paling sering memicu dan mengarah pada trauma kepala berat di antaranya:

• Tabrakan antar-mobil dalam kecepatan tinggi
• Pengemudi atau penumpang di dalam mobil baru saja mengonsumsi alkohol
• Pernah mengalami operasi otak sebelumnya
• Mengonsumsi obat pengencer darah, seperti warfarin

Diagnosis

Sebagai pemeriksaan awal pada kasus trauma kepala berat, dokter akan menilai skala koma Glasgow (Glasgow Coma Scale/ GCS). Nilai GCS pada manusia normal adalah 15, sedangkan nilai GCS pada tingkat kesadaran paling rendah adalah 3.

Seseorang dianggap mengalami trauma kepala berat apabila memiliki nilai GCS 8 atau lebih rendah. Pemeriksaan GCS ini dilakukan secara berkala untuk melihat adanya perbaikan atau memburuknya tingkat kesadaran pasien.

Selain itu, penderita yang diduga mengalami trauma kepala berat juga harus menjalani pemeriksaan CT-scan. Tujuan pemeriksaan CT-scan adalah untuk mengetahui kemungkinan adanya perdarahan otak dan untuk memastikan bahwa tidak ada tulang tengkorak yang patah.

Gejala

Gejala utama trauma kepala berat adalah penurunan kesadaran. Gangguan kesadaran ini bisa berupa pingsan, tidak sadarkan diri, cenderung mengantuk, atau mengalami disorientasi orang, tempat, dan waktu. Sering kali, beberapa saat setelah mengalami penurunan kesadaran, penderita trauma kepala berat kembali sadar untuk beberapa menit, lalu tidak sadarkan diri lagi.

Selain itu, ada gejala lain yang umumnya terjadi pada trauma kepala berat, antara lain:

• Kejang mengentak-entak atau kaku seluruh tubuh
• Kesulitan untuk bicara atau mengerti pembicaraan
• Penurunan pendengaran
• Penglihatan kabur atau melihat ganda
• Muntah menyemprot
• Adanya daerah atau cairan bening (cairan otak) yang keluar dari hidung atau telinga
• Kehilangan ingatan (amnesia)
• Lebam di sekitar mata atau di belakang telinga

Pengobatan

Penderita yang mengalami trauma kepala berat harus dirawat di rumah sakit. Hal-hal yang akan dilakukan untuk dapat memulihkan kondisi penderita, di antaranya adalah:

• Memeriksa kesadaran penderita secara berkala
• Bila tingkat kesadaran sangat rendah, alat bantu napas atau operasi kepala bisa jadi diperlukan
• Melakukan pemeriksaan rontgen dan USG untuk mengetahui bila ada bagian tubuh lain yang cedera

Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, trauma kepala berat dapat menimbulkan kecacatan permanen. Misalnya kesadaran penderita yang tidak bisa pulih seperti sebelumnya, kelemahan anggota gerak, atau kesulitan berbicara dengan normal. Kondisi trauma kepala berat juga dapat menyebabkan kuman bakteri, virus, atau parasit masuk ke otak dan menyebabkan infeksi.

Pencegahan

Untuk mengurangi risiko cedera kepala, khususnya trauma kepala berat, lindungi kepala saat melakukan berbagai aktivitas yang mengharuskan keamanan kepala. Misalnya pada perjalanan berkendara dengan alat transportasi tertentu, ikuti prosedur keamanan yang berlaku.
Selain itu, jauhkan anak-anak dari jendela atau balkon, agar tak jatuh dari ketinggian. Gunakan pula helm untuk aktivitas yang berisiko tinggi cedera kepala, misalnya saat bersepeda, bermotor, bekerja di proyek pembangunan, dan sejenisnya.