Masalah Mental

Hoarding Disorder

dr. Marsita Ayu Lestari, 24 Okt 2023

Ditinjau Oleh dr. Luthfika Shabrina

Hoarding disorder adalah gangguan mental yang menyebabkan seseorang suka menumpuk barang. Keterikatan emosional dan keyakinan yang salah tentang kepemilikan barang adalah salah satu penyebabnya.

Hoarding Disorder

Hoarding Disorder

Dokter spesialis

dokter spesialis kedokteran jiwa (psikiater)

Gejala

kesulitan membuang barang yang bernilai maupun tidak secara terus-menerus; merasa tertekan ketika muncul gagasan untuk membuang barang; merasa tertekan bila barang tersebut digunakan atau disentuh oleh orang lain;  penimbunan barang menyebabkan lingkungan tempat tinggal menjadi kotor dan tidak layak ditempati; cenderung mencampur barang yang penting dan yang tidak penting; cenderung untuk menyendiri; penimbunan barang menyebabkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya; kebiasaan menimbun barang tidak disebabkan oleh masalah kesehatan lain

Faktor risiko

mengidap kondisi kejiwaan (gangguan obsesif kompulsif, depresi, skizofrenia, attention deficit hyperactivity disorder), memiliki keluarga yang mengalami hoarding disorder, merasa terisolasi secara sosial atau kesepian, stres dalam jangka waktu lama, mengalami kejadian traumatis seperti ditinggal oleh orang yang disayangi

Cara diagnosis

wawancara dan pemeriksaan psikiatri

Pengobatan

psikoterapi, terapi obat

Obat

antidepresan, psikostimulan (atas resep dokter)

Komplikasi

kesepian akibat masalah relasi dengan keluarga atau lingkungan sekitar, masalah kesehatan akibat rumah yang tidak dibersihkan, masalah keamanan (terjatuh, kebakaran) akibat menumpuk beragam benda

Kapan harus ke dokter?

terdapat gejala dan tanda hoarding disorder

Pengertian Hoarding Disorder

Hoarding disorder adalah gangguan mental yang ditandai dengan dorongan kuat untuk menyimpan barang, baik yang bernilai maupun tidak. 

Kondisi ini menyebabkan rumah sempit dan berantakan karena penuh dengan barang. Tidak hanya itu saja, masalah ini juga dapat berdampak buruk pada fungsi sosial dan pekerjaan pengidapnya, hingga fungsi penting lainnya.

Gangguan psikologis ini tidak diketahui secara pasti penyebabnya. Seseorang bisa mengalami hoarding disorder tanpa atau dengan kondisi mental lainnya, seperti obsessive-compulsive disorder (OCD), depresi, dan skizofrenia.

Hoarding disorder dapat terjadi secara bertahap, dimulai sejak masa remaja dan berlanjut hingga dewasa. Orang dengan kondisi ini kerap kali merasa bahwa hoarding disorder bukanlah sebuah gangguan. Hal ini dapat mempersulit penderita untuk mendapatkan pengobatan secara cepat dan tepat. 

Artikel Lainnya: Cara Mengatasi Teman dengan Hoarding Disorder

Penyebab Hoarding Disorder

Penyebab pasti hoarding disorder masih belum diketahui. Meski demikian, gangguan ini diduga berhubungan dengan faktor genetik, persarafan, psikososial, dan emosional. 

Beberapa literatur melaporkan bahwa hoarding disorder dipengaruhi oleh masalah keterikatan emosional dan keyakinan yang salah tentang kepemilikan barang. 

Penderita menduga barang yang dimilikinya bersifat seperti manusia yang mampu memberi rasa aman dan nyaman. Bila orang lain memindahkan atau menggunakan barang tersebut, penderita menjadi tertekan. 

Kesulitan penderita dalam beradaptasi pada situasi tertentu juga bisa jadi penyebab hoarding disorder, contohnya tidak mau membuang barang. Di samping itu, takut mengambil keputusan yang salah, merasa kurang perhatian, kesulitan mengingat, dan tidak mampu mengelompokkan barang diduga sebagai penyebab hoarding disorder. 

Faktor Risiko Hoarding Disorder

Berikut berbagai faktor yang dapat meningkatkan risiko hoarding disorder:

  • Mengidap kondisi kejiwaan, seperti gangguan obsesif kompulsif, skizofrenia, depresi, dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)
  • Memiliki keluarga yang mengalami hoarding disorder
  • Merasa kesepian (terisolasi secara sosial atau)
  • Mengalami kejadian traumatis seperti kehilangan orang yang disayangi
  • Stres dalam jangka waktu lama

Gejala Hoarding Disorder

Berikut ciri-ciri hoarding disorder yang mungkin terjadi:

  • Kesulitan membuang barang yang bernilai maupun tidak secara terus-menerus
  • Merasa tertekan ketika muncul gagasan untuk membuang barang
  • Merasa tertekan bila barang tersebut digunakan atau disentuh oleh orang lain
  • Penimbunan barang menyebabkan lingkungan tempat tinggal menjadi kotor dan tidak layak ditempati
  • Cenderung mencampur barang yang penting dan yang tidak penting
  • Cenderung untuk menyendiri
  • Penimbunan barang menyebabkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya.

Gejala hoarding disorder dapat berbeda-beda pada setiap orang. Tingkat keparahannya pun bisa berbeda dan dapat memburuk seiring waktu jika tidak diobati. 

Artikel Lainnya: Hoarding Disorder, Pertanda Gangguan Jiwa?

Diagnosis Hoarding Disorder

Secara umum, dokter spesialis kedokteran jiwa (psikiater) yang menentukan diagnosis hoarding disorder. Diagnosis dapat ditentukanmelalui wawancara dengan menanyakan keluhan, kehidupan penderita secara umum, kehidupan sosial dan keluarga, riwayat penimbunan, dan masalah lainnya.

Selain itu, dokter akan melakukan pemeriksaan psikiatri. Pada kondisi ini, umumnya hasil pemeriksaan tidak dipengaruhi oleh kondisi medis lain seperti cedera kepala, penyakit pembuluh darah otak, dan sindrom Prader-Willi.

Pengobatan Hoarding Disorder

Cara mengatasi hoarding disorder adalah memeriksakan diri ke psikiater. Psikiater bersama penderita akan mendiskusikan pilihan pengobatan yang sesuai.

Menurut penelitian, hoarding disorder dapat diobati dan ada harapan untuk sembuh. Kesembuhan hoarding disorder bergantung pada banyak faktor, seperti motivasi penderita untuk berubah, pengelolaan stres, respons terhadap pengobatan, dan dukungan keluarga.

Berikut cara mengobati hoarding disorder yang direkomendasikan dokter:

1. Psikoterapi

Psikoterapi adalah salah satu jenis perawatan hoarding disorder yang bertujuan untuk mengurangi gejala penderita. Terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy) merupakan salah satu bentuk psikoterapi.

Terapi perilaku kognitif bertujuan menahan keinginan, pola pikir, dan perilaku terkait penimbunan barang. Beberapa komponen yang dilatih dalam terapi ini, yaitu mengambil keputusan, menyortir, membuang, dan mengelompokkan benda, serta motivasi. 

2. Terapi Obat

Dokter dapat meresepkan obat untuk mengobati penderita hoarding disorder, terutama yang disertai masalah kesehatan mental lain. Antidepresan (paroxetine,venlafaxine) atau psikostimulan (methylphenidateadalah obat yang diresepkan oleh dokter untuk mengatasi kondisi ini. 

3. Perawatan Rumahan

Di samping dengan metode di atas, perawatan rumahan juga perlu dilakukan penderita serta keluarga untuk membantu proses kesembuhan. 

Berikut upaya yang dapat dilakukan oleh pengidap, keluarga, dan orang terdekat di rumah:

  • Memahami barang-barang di rumah beserta lokasinya
  • Membuat catatan khusus untuk barang-barang yang sudah diidentifikasi
  • Menyortir barang-barang mana yang sebaiknya disimpan atau dibuang
  • Memotivasi diri bahwa hoarding disorder akan membuat anggota keluarga sulit masuk ke dalam rumah dan mengganggu keselamatan penghuni rumah
  • Keluarga memberikan apresiasi kepada penderita ketika terjadi perubahan ke arah yang baik

Pencegahan Hoarding Disorder

Hingga saat ini belum terdapat upaya efektif untuk mencegah hoarding disorder. Meski demikian, diharapkan setiap keluarga mampu menciptakan suasana yang penuh kasih sayang dan memberi perhatian selama membesarkan anak. 

Bila terdapat gejala dan tanda hoarding disorder sejak masa kanak-kanak, sebaiknya Mama dan Papa mengajak si Kecil berobat ke dokter.

Komplikasi Hoarding Disorder

Hoarding disorder yang tidak menerima pengobatan secara efektif dapat memicu beberapa kondisi, seperti:

  • Kesepian akibat masalah relasi dengan keluarga, pasangan, atau lingkungan sekitar
  • Masalah kesehatan akibat rumah kotor dan tidak dibersihkan
  • Masalah keamanan, seperti terjatuh atau kebakaran akibat menumpuk beragam benda
  • Masalah pekerjaan karena performa kerja yang buruk

Artikel Lainnya: Awas, 11 Gejala Gangguan Mental Ini Bisa Saja Kamu Alami

Kapan Harus ke Dokter?

Segera periksakan diri ke dokter maupun psikolog, bila terdapat gejala dan tanda hoarding disorder seperti di atas. 

Jika kamu ingin tahu lebih banyak cara mengatasi hoarding disorder, yuk #JagaSehatmu dengan download aplikasi KlikDokter! Kamu juga dapat melakukan konsultasi dengan psikiater lewat fitur Tanya Dokter dengan mudah dan cepat.

(APR)