Masalah Mental

Body Dysmorphic Disorder

dr. Devia Irine Putri, 18 Jan 2023

Ditinjau Oleh

Setiap orang bisa saja mengalami body dysmorphic disorder tanpa disadari. Cari tahu pengertian, gejala hingga komplikasi body dysmorphic disorder di sini!

Body Dysmorphic Disorder

Body Dysmorphic Disorder

Dokter spesialis

Spesialis kedokteran jiwa

Gejala

Merasa penampilan kurang, melakukan prosedur kecantikan berulang, berdandan atau bercermin berjam-jam

Faktor risiko

Pengalaman negatif di masa lalu, adanya penyakit serupa di keuarga, tekanan sosial akan standar kecantikan tertentu

Cara diagnosis

Evaluasi kesehatan jiwa dengan anamnesa (wawancara dokter dan pasien)

Pengobatan

Terapi perilaku kognitif (CBT), obat-obatan

Obat

SSRI (fluoxetine)

Komplikasi

Tidak percaya diri, cemas, depresi, menyakiti diri sendiri dan orang lain

Kapan harus ke dokter?

Segara apabila mengalami gejala, cemas berlebihan, menyakiti diri sendiri maupun orang lain

Pengertian

Body Dysmorphic Disorder adalah gangguan mental yang menyebabkan seseorang tidak dapat berhenti memikirkan atau selalu cemas berlebihan terhadap penampilan fisiknya. 

Ketika memiliki gangguan dismorfik tubuh, seseorang akan cenderung fokus pada penampilan dan bentuk tubuhnya, berulang kali memeriksa penampilan di cermin bahkan hingga berjam-jam.

Karena tak bisa menerima kelemahan yang ada serta adanya perilaku yang berulang tersebut, kondisi ini bisa sangat mengganggu kehidupan sehari-hari. 

Penyebab

Penyebab body dysmorphic disorder tidak diketahui secara pasti. Sama halnya dengan gangguan mental lainnya, kondisi ini diduga terjadi karena kombinasi dari beberapa faktor seperti:

1. Genetik

Body dysmorphic disorder akan mudah terjadi pada orang yang memiliki keluarga dengan kondisi serupa.

2. Lingkungan

Ada pengalaman negatif terkait penampilan atau citra diri yang dinilai oleh orang lain. 

Trauma masa lalu juga dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan kesehatan mental ini.

3. Kelainan Struktur Otak 

Adanya kelainan fungsi otak atau tidak normalnya jumlah senyawa kimiawi di dalam otak diduga juga menjadi penyebab terjadinya body dysmorphic disorder.

Artikel lainnya: Ragam Hal yang Sering Bikin Wanita Cemas 

Faktor Risiko

Body dysmorphic disorder umumnya terjadi saat usia remaja dan dapat terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan.

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya body dysmorphic disorder adalah:

  • Adanya riwayat di keluarga dengan penyakit serupa atau obsessive compulsive disorder (OCD)
  • Pengalaman negatif di masa lalu, seperti bullying, penelantaran di masa kanak-kanak
  • Punya kepribadian perfeksionis
  • Punya gangguan mental lain, seperti kecemasan dan depresi
  • Adanya tekanan dari lingkungan sekitar, misalnya mengharapkan standar kecantikan tertentu 

Gejala

Berikut beberapa gejala body dysmorphic disorder yang khas:

  • Memiliki keyakinan bahwa penampilan yang ada buruk atau cacat sehingga membuat diri sendiri tampak jelek
  • Penderita tidak bisa berhenti berpikir akan bagian tubuhnya, merasa salah dengan bagian tubuhnya meski tampak baik-baik saja. Misalnya, bentuk hidung yang tampak pesek, ukuran payudara yang terlalu kecil, kulit yang tampak keriput, dan rambut yang kurang tebal
  • Punya keyakinan bahwa orang lain menilai penampilan penderita secara negatif
  • Adanya obsesi dengan penampilan membuat penderita menghabiskan waktu untuk bercermin berjam-jam
  • Menyembunyikan bagian tubuh yang dianggap kurang melalui riasan ataupun cara berpakaian
  • Meminta pendapat orang berkali-kali untuk meyakinkan diri sendiri bahwa kekurangan yang dimiliki tidak tampak
  • Terus-menerus membandingkan penampilan diri sendiri dengan orang lain
  • Sering pergi ke salon, dokter kecantikan, hingga dokter bedah plastik untuk memperbaiki penampilan tapi sering merasa tidak puas
  • Menghindari situasi sosial karena menganggap dirinya buruk

Diagnosis

Body dysmorphic disorder sering kali terlambat terdeteksi. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak orang cenderung menyembunyikan masalah ini.

Namun, jika sering merasa malu dengan penampilan, merasa diri sendiri buruk dan berulang kali melakukan prosedur kecantikan, seperti operasi plastik, kamu bisa menemui dokter spesialis kesehatan jiwa atau psikiater.

Nantinya, diagnosis body dysmorphic disorder akan ditegakkan dengan cara melakukan evaluasi kejiwaan penderita, yaitu:

  • Menilai faktor risiko, pikiran, perasaan, dan perilaku yang berhubungan dengan citra diri negatif
  • Riwayat penyakit yang dimiliki, keluarga, dan sosial
  • Melihat tanda dan gejala apa saja yang muncul

Artikel lainnya: Waspadai Gejala Gangguan Dismorfik Tubuh 

Pengobatan

Pengobatan body dysmorphic disorder dilakukan dengan mengombinasikan terapi perilaku kognitif dengan obat-obatan. 

1. Terapi Kognitif Perilaku

Terapi kognitif perilaku pada penderita body dysmorphic disorder berfokus pada:

  • Membantu penderita memahami pikiran negatif, reaksi emosi dan perilaku untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
  • Mengubah pandangan citra diri yang negatif dan mempelajari pemikiran yang lebih fleksibel
  • Menangani perilaku berulang, misalnya mengurangi penggunaan cermin, mengurangi penggunaan prosedur medis untuk mengubah penampilan secara berlebihan
  • Mengajari perilaku lain pada penderita untuk meningkatkan kesehatan mental, misalnya mengatasi menghindari lingkungan sosial, meningkatkan keterlibatan dengan melakukan aktivitas yang sehat

Terapi kognitif perilaku dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Untuk terapi yang dilakukan pada anak atau remaja, umumnya ikut melibatkan orang tua maupun keluarga. 

Sebaiknya diskusikan dengan dokter terkait tujuan dan cara apa yang akan digunakan, mengingat pendekatan setiap orang dapat berbeda.

2. Obat-obatan

Selain dengan terapi kognitif perilaku, dokter juga dapat memberikan obat-obatan untuk membantu mengurangi perilaku negatif.

Saat ini memang belum ada obat khusus untuk menangani body dysmorphic disorder. Namun, penggunaan obat untuk masalah kesehatan mental lain, seperti depresi dan obsessive compulsive disorder, bisa efektif digunakan.

Obat golongan antidepresan, yaitu Serotonin Specific Reuptake Inhibitor (SSRI), dapat diberikan oleh dokter untuk membantu mengurangi gejala pada body dysmorphic disorder dan pikiran negatif.

Beberapa contoh obat SSRI yang dimaksud antara lain:

Dari beberapa obat di atas, yang paling sering digunakan pada body dysmorphic disorder adalah fluoxetine.

Selain itu, sebaiknya kamu tidak menghentikan obat secara tiba-tiba tanpa persetujuan dokter. Pasalnya, obat antidepresan yang dihentikan secara mendadak akan menyebabkan gejala body dysmorphic disorder akan muncul.

Untuk itu, penghentian obat antidepresan perlu secara bertahap dan sesuai dengan rekomendasi dokter.

Bila dengan terapi perilaku kognitif dan obat SSRI tidak menunjukkan perbaikan dalam 12 minggu, dokter bisa mengganti obat antidepresan, mengombinasikan dengan obat SSRI lainnya atau antidepresan lainnya seperti clomipramine.

Pada beberapa kasus yang parah, tidak menutup kemungkinan apabila penderita dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan khusus. 

Biasanya, cara ini direkomendasikan pada penderita yang tidak bisa beraktivitas normal sehari-hari atau melakukan hal-hal yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain. 

Artikel lainnya: Jangan Remehkan, Body Shaming Bisa Picu Stres 

Pencegahan

Sebenarnya tidak ada pencegahan khusus terkait kondisi ini. Tapi, mengingat body dysmorphic disorder mulai muncul saat usia remaja, orang tua punya peran menanamkan pola pikir tentang bentuk tubuh yang sehat dan realistis secara positif.

Dengan begitu, anak dapat belajar menerima penampilannya.

Selain itu, mengidentifikasi masalah ini sedari dini dan segera memulai terapi tentu membantu memberikan prognosis yang baik.

Segera konsultasi ke dokter apabila muncul gejala awal body dysmorphic disorder.

Komplikasi

Apabila kondisi ini dibiarkan, body dysmorphic disorder akan menyebabkan beberapa komplikasi berupa:

  • Tingkat percaya diri yang rendah
  • Menarik diri dari lingkungan
  • Depresi dan gangguan mood
  • Gangguan kecemasan, termasuk fobia sosial
  • Obsessive compulsive disorder 
  • Perilaku yang mengancam keselamatan, misalnya bunuh diri
  • Terjadi gangguan makan
  • Penyalahgunaan obat-obatan
  • Gangguan kesehatan yang terkait dengan perilaku berulang, seperti menusuk kulit, menguliti kulit (skin picking)
  • Rasa sakit atau risiko cacat akibat operasi berulang 

Kapan Harus Ke Dokter?

Jika kamu mengalami gejala body dysmorphic disorder, menyakiti diri sendiri atau orang lain, cemas berlebihan akan penampilan, segera hubungi dokter. 

Dengan penanganan yang segera, kondisi penderita dapat segera membaik. 

Mulai sekarang #JagaSehatmu memanfaatkan fitur Tanya Dokter dari Klikdokter untuk konsultasi apapun seputar kesehatan. Konsultasi sekarang, jangan tunggu sakit.

[HNS/NM]