Masalah Autoimun

Sindrom Antifosfolipid

Tim Medis Klikdokter, 21 Mar 2022

Ditinjau Oleh

Sindrom antifosfolipid merupakan salah satu jenis penyakit autoimun, ditandai dengan penyumbatan pada pembuluh darah vena

Pengertian

Sindrom antifosfolipid merupakan salah satu jenis penyakit autoimun, ditandai dengan penyumbatan pada pembuluh darah vena atau arteri yang terjadi berulang, serta keguguran berulang. Penyakit ini juga disebut sebagai sindrom Hughes, atau secara awam kadang disebut dengan sindrom darah kental.

Diperkirakan bahwa satu dari 2.000 orang mengalami penyakit ini. Penyakit ini banyak ditemukan pada penderita lupus, juga dapat ditemukan pada penderita stroke, dan serangan jantung.

Sindrom antifosfolipid lebih banyak dialami oleh orang berusia 20–40 tahun, dan lebih banyak menyerang wanita.

Penyebab

Pada sindrom antifosfolipid, penderitanya memiliki jenis protein yang disebut sebagai antiphospholipid antibody (aPL) di dalam darah.  Antibodi tersebut menyebabkan darah menjadi mudah untuk beku. Hal ini dapat mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah (secara medis disebut dengan istilah trombosis) di berbagai organ.

Penyebab adanya aPL pada seseorang belum diketahui dengan jelas hingga saat ini. Namun demikian, diduga bahwa faktor genetik dan faktor lingkungan (seperti penyakit hipertensi, diabetes, obesitas, paparan asap rokok, kehamilan, atau pembedahan) menyebabkan seseorang menjadi lebih rentan mengalami sindrom antifosfolipid.

Selain itu, ada beberapa jenis penyakit yang biasanya terjadi bersamaan dengan sindrom antifosfolipid, seperti:

  • Penyakit autoimun lainnya seperti lupus (systemic lupus erythematosus/ SLE), immune thrombocytopenia purpura (ITP), artritis rheumatoid, psoriasis, sindrom sjogren, atau anemia hemolitik autoimun.
  • Kanker, di antaranya adalah kanker pada organ padat (misalnya hati atau ginjal), leukemia, limfoma, atau myeloma multipel.
  • Penyakit kelainan darah seperti mielofibrosis, penyakit von Willebrand, atau defisiensi protein tertentu (misalnya protein C atau protein S).
  • Infeksi seperti sifilis, tuberkulosis, malaria, HIV, hepatitis A, hepatitis C, varisela, campak, dan infeksi bakteri tertentu.
  • Penyakit saraf seperti myasthenia gravis, sklerosis multipel, atau migrain.
  • Efek samping obat tertentu seperti klorpromazin, fenitoin, hidralazin, kuinidin, klozapin, atau streptomisin.

Diagnosis

Untuk memastikan adanya sindrom antifosfolipid, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu:

  • Adanya tanda penyumbatan pembuluh darah, bisa di pembuluh darah arteri atau pembuluh darah vena, yang dibuktikan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG) dppler atau pemeriksaan histopatologi (pemeriksaan untuk melihat jaringan tubuh di bawah mikroskop).
  • Masalah pada kehamilan seperti keguguran yang terjadi pada usia kehamilan di atas 10 minggu tanpa penyebab yang jelas, preeklampsia, eklampsia, atau pertumbuhan janin dalam rahim terhambat. Atau dapat pula terjadi keguguran pada usia kehamilan kurang dari 10 minggu yang terjadi berulang, tanpa adanya gangguan kromosom pada janin atau masalah kesehatan ibu yang lainnya.
  • Pemeriksaan laboratorium berupa antibodi anticardiolipin (anticardiolipin antibody/ ACA) yang menunjukkan kadar yang sedang atau tinggi. Pemeriksaan ini harus diulang sebanyak dua kali dengan jarak minimal 6 minggu.
  • Pemeriksaan laboratorium berupa lupus anticoagulant antibody/ LA yang menunjukkan hasil yang positif.

Gejala

Gejala sindrom antifosfilipid dapat sangat bervariasi. Gejala utamanya berupa penyumbatan h darah (trombosis). Penyumbatan tersebut bisa terjadi di pembuluh darah otak, pembuluh darah koroner di jantung, pembuluh darah paru, pembuluh darah di tungkai, dan pembuluh darah di mata, dengan gejala sebagai berikut:

  • Penyumbatan di pembuluh darah otak akibat sindrom antifosfolipid menyebabkan stroke iskemik (stroke sumbatan) yang dapat ditandai dengan kelemahan tangan dan kaki satu sisi yang terjadi mendadak, mulut mencong, atau bicara yang pelo.
  • Penyumbatan di pembuluh darah koroner menyebabkan serangan jantung (secara medis disebut sindrom koroner akut), ditandai dengan nyeri dada kiri mendadak seperti ditekan benda berat, sesak napas, atau dapat pula seketika terjadi kematian mendadak akibat henti jantung.
  • Penyumbatan di pembuluh darah paru yang terjadi mendadak disebut dengan emboli paru. Penyakit ini ditandai dengan sesak napas yang terjadi tiba-tiba tanpa penyebab yang jelas, dan jika terlambat ditangani akan menyebabkan kematian.
  • Penyumbatan di pembuluh darah tungkai akan menyebabkan penyakit trombosis vena dalam (deep vein thrombosis/ DVT). Gejalanya berupa pembengkakan pada tungkai bawah (biasanya terjadi hanya pada satu tungkai), disertai dengan kemerahan dan hangat pada tungkai.
  • Penyumbatan di pembuluh darah mata dapat menyebabkan penyakit oklusi arteri atau vena pada retina. Kondisi ini ditandai dengan penurunan tajam penglihatan yang terjadi mendadak.

Selain gejala penyumbatan pembuluh darah, sindrom antifosfolipid juga bisa menyebabkan masalah dalam kehamilan, berupa:

  • Keguguran berulang pada usia kehamilan kurang dari 10 minggu
  • Keguguran, dapat sekali saja atau berulang, pada usia kehamilan di atas 10 minggu
  • Persalinan prematur
  • Pertumbuhan janin lebih lambat dari yang seharusnya
  • Preeklampsia, yaitu kondisi keracunan kehamilan yang ditandai dengan hipertensi dan proteinuria (adanya protein pada air seni) pada usia kehamilan di atas 20 minggu
  • Eklampsia, yaitu preeklampsia disertai dengan kejang.

Pengobatan

Pengobatan sindrom antifosfolipid memiliki beberapa tujuan, yaitu:

  • Untuk mencegah terjadinya penyumbatan pembuluh darah
  • Mengobati dan menghilangkan penyumbatan pembuluh darah
  • Mencegah terjadinya komplikasi pada kehamilan

Untuk mencegah penyumbatan pembuluh darah, penderita sindrom antifosfolipid akan diberikan aspirin dosis rendah oleh dokter. Selain itu, penderita juga harus menghindari konsumsi kontrasepsi hormonal, menjauhi paparan asap rokok, serta mengontrol tekanan darah dan kadar kolesterol.

Jika penyumbatan pembuluh darah terlanjur terjadi, maka pengobatan dengan antikoagulan (sejenis pengencer darah) akan diperlukan. Pada tahap awal, umumnya akan diberikan antikoagulan heparin yang diberikan melalui infus atau suntikan di bawah kulit di perut. Setelah itu, akan dilanjutkan dengan antikoagulan tablet seperti warfarin atau rivaroxaban.

Pada ibu hamil yang mengalami sindrom antifosfolipid, juga perlu diberikan antikoagulan untuk mencegah komplikasi dalam kehamilan. Antikoagulan yang aman untuk ibu hamil adalah heparin atau low molecular weight heparin (LMWH). Aspirin dosis rendah juga tetap diberikan.

Umumnya obat-obatan dapat mencegah penderita sindrom antifosfolipid dari komplikasi berbahaya. Namun kadang dapat pula terjadi kondisi yang tidak dapat dikontrol dengan obat-obatan.

Jika hal ini yang terjadi, tindakan operasi untuk memasang filter (semacam penyaring) pada pembuluh darah besar vena cava di dekat jantung perlu dipertimbangkan. Tujuan filter tersebut adalah untuk menyaring adanya bekuan darah yang dapat menyumbat pembuluh darah di berbagai tempat.

Pencegahan

Adanya sindrom antifosfolipid tidak bisa dicegah. Namun gejala penyumbatan pembuluh darah dan komplikasi kehamilan yang disebabkan karena sindrom tersebut bisa dicegah dengan cara:

  • Kontrol rutin dan menggunakan obat dengan teratur sesuai petunjuk dokter
  • Menghindari obat-obat hormonal, misalnya pil KB
  • Rutin berolahraga (4–5 kali per minggu, minimal selama 30 menit per kali)
  • Menghindari duduk terlalu lama (lebih dari dua jam)
  • Menjauhi paparan asap rokok
  • Menjaga berat badan ideal