Obat Antibiotik

Pehatrim

Klikdokter, 27 Agu 2021

Ditinjau Oleh Tim Apoteker Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Pehatrim digunakan untuk mengobati infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri.

Pengertian

Pehatrim adalah antibiotik yang mengandung Trimethoprim dan Sulfamethoxazole (Co-Trimoxazole). Pehatrim digunakan untuk mengobati infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri. Sulfamethoxazole bekerja dengan cara mengganggu sintesis asam folat bakteri, Trimethoprim menghambat pembentukan enzim bakteri sehingga mengganggu pertumbuhan bakteri.

Keterangan

Berikut adalah beberapa keterangan mengenai Pehatrim: 

  • Golongan: Obat Keras 
  • Kelas Terapi: Antibiotik Kombinasi 
  • Kandungan: Trimethoprim 80 mg dan Sulfamethoxazole 400 mg
  • Bentuk: Tablet 
  • Satuan Penjualan: Strip
  • Kemasan: Strip @ 10 Tablet
  • Farmasi: Phapros
  • Harga: Rp8.000 – Rp20.000/ Strip.

Kegunaan

Pehatrim digunakan untuk mengobati eksaserbasi akut bronkitis kronis, otitis media akut, infeksi saluran kemih, pneumonia Pneumocystis (carinii) jirovecii, mencegah Pneumocystis (carinii) pneumonia jirovecii.

Dosis & Cara Penggunaan

Pehatrim merupakan golongan obat keras. Obat ini memerlukan resep dokter untuk pembelian serta penggunaannya.

  • Eksaserbasi Akut Bronkitis Kronis, Otitis Media Akut, Infeksi Saluran Kemih 
    • Anak usia 6-11 tahun: 1 tablet, diminum 2 kali sehari.
    • Dewasa: 2 tablet, diminum 2 kali sehari. 
  • Pneumonia pneumocystis (carinii) jirovecii 
    Dewasa dan anak: dosis 120 mg / kg berat badan setiap hari dalam 2-4 dosis terbagi selama 14-21 hari. 
  • Mencegah pneumonia Pneumocystis (carinii) jirovecii 
    • Dewasa: 2 tablet diminum 1 x sehari selama 7 hari; 2 tablet diminum 1 x sehari 3 x seminggu pada hari lain; atau 2 tablet diminum 2 x sehari, 3 kali seminggu pada hari-hari tertentu.
    • Anak usia ≥4 minggu: dosis 15-30 mg / kg berat badan diminum 2 x sehari, 2-3 x seminggu diberikan pada hari berturut-turut atau pada hari-hari tertentu.

Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu antara 15-30 derajat Celcius.

Efek Samping

Efek Samping yang mungkin timbul: 

  • Kejang-kejang 
  • Gagal ginjal 
  • Sakit kepala 
  • Napas pendek 
  • Nyeri sendi 
  • Kelemahan 
  • Susah tidur 
  • Vertigo.

Overdosis
Gejala: Pusing, mual, muntah, ruam, sakit kepala, ataksia, mengantuk, disuria, pembengkakan wajah, kelemahan dan kebingungan, depresi sumsum tulang, sedikit peningkatan serum aminotransferase.

Kontraindikasi
Hindari penggunaan Pehatrim pada pasien dengan kondisi:

  • Hipersensitif terhadap trimetoprim atau sulfonamida
  • Gagal hati yang parah atau kerusakan parenkim hati yang nyata, ikterus
  • Gangguan hematologis yang serius dan porfiria
  • Insufisiensi ginjal berat di mana pengukuran berulang dari konsentrasi plasma tidak dapat dilakukan
  • Memiliki riwayat trombositopenia imun akibat obat dengan penggunaan trimetoprim dan / atau sulfonamida
  • Anemia megaloblastik akibat defisiensi folat.
  • Bayi baru lahir yang berusia  <6 minggu, kecuali untuk pengobatan / pencegahan  P. jiroveci pada bayi ≥4 minggu. 
  • Pengobatan Streptococcia β-hemolitik Grup A. 
  • Kehamilan, terutama pada periode sebelum kelahiran. 
  • Penggunaan bersama dengan clozapine. 
  • Penggunaan bersama dengan leucovorin untuk pengobatan P. jiroveci pada pasien HIV positif.

Interaksi Obat
Pehatrim tidak boleh diberikan secara bersamaan dengan obat-obat berikut:

  • Golongan obat ACE-inhibitor 
  • Prilokain 
  • Amiodaron
  • Dofetilide
  • Rifampisin 
  • Acenocoumarol dan warfarin
  • Sulfonilurea 
  • Fenitoin
  • Lamivudine, zidovudine, dan zalcitabine
  • Prokainamid dan / atau amantadine
  • Digoksin
  • Diuretik
  • Sulfonamida
  • Berpotensi Fatal: clozapine. Penggunaan bersama dengan leucovorin untuk pengobatan P. jiroveci pada pasien HIV positif dapat menyebabkan kegagalan pengobatan.

Kategori Kehamilan
Menurut FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat) mengkategorikan Pehatrim ke dalam kategori D dengan penjelasan sebagai berikut: Ada bukti positif risiko pada janin manusia, tetapi manfaat obat jika digunakan pada wanita hamil dapat diterima meskipun ada risiko (misalnya, jika obat tersebut diperlukan dalam situasi yang mengancam jiwa atau untuk penyakit serius dimana obat-obatan yang lebih aman tidak dapat digunakan atau tidak efektif).