Pengertian
Nalitik adalah obat yang di produksi oleh Mahakam Beta Farma yang dikemas dalam bentuk sediaan kapsul. Obat ini mengandung Acetylcysteine yang diindikasikan untuk mengencerkan dahak dan menurunkan mukovisidosis (produksi lender yang berlebih). Nalitik memiliki efek kerja sebagai mukolitik melalui kelompok sulfhidril bebasnya yang membuka ikatan disulfida dalam mucoprotein, sehingga menurunkan viskositas (kekentalan) lendir.
Keterangan
- Golongan: Obat Keras
- Kelas Terapi:Sediaan Batuk & Pilek, Antidotum & Agen Detoksifikasi
- Bentuk: Kapsul
- Kandungan: Acetylcysteine 200 mg
- Satuan Penjualan: Strip
- Kemasan: Strip @ 10 Kapsul
- Farmasi: Mahakam Beta Farma
- Harga: Rp2.000 - Rp7.000/ Kapsul
Kegunaan
Nalitik digunakan untuk mengencerkan dahak dan mukovisidosis (produksi lendir yang berlebih).
Dosis & Cara Penggunaan
Nalitik merupakan golongan obat keras. Obat ini memerlukan resep dokter untuk pembelian serta penggunaannya.
- Dewasa: 1 kapsul, diminum 3 kali sehari.
Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu dibawah 30 derajat Celcius.
Efek Samping
Efek samping penggunaan Nalitik yang mungkin terjadi adalah:
- Reaksi hipersensitivitas (misal. Urtikaria (biduran))
- Ruam
- Hipotensi (tekanan darah rendah)
- Kelebihan cairan yang menyebabkan hiponatremia (kadar natrium darah rendah) dan kejang
- Penurunan waktu protrombin
- Risiko pendarahan saluran cerna bagian atas (jika diberikan secara oral)
- Hemoptisis (batuk darah)
- Stomatitis (luka lecet yang terdapat dalam mulut dan gusi) (inhalasi)
Kontraindikasi
Hindari penggunaan pada anak di bawah usia 2 tahun.
Interaksi Obat
Hindari penggunaan Nalitik bersamaan dengan obat-obat beriku:
- Obat antitusif
- Arang aktif
- Nitrogliserin
- Antibiotik
Kategori Kehamilan
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengkategorikan nalitik ke dalam Kategori B:
Studi pada reproduksi hewan tidak menunjukkan risiko janin, tetapi tidak ada studi terkontrol pada wanita hamil atau studi reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk (selain penurunan kesuburan) yang tidak dikonfirmasi dalam studi terkontrol pada wanita hamil trimester pertama (dan tidak ada bukti risiko pada trimester berikutnya).