THT

Mitos vs Fakta Sinusitis yang Perlu Anda Tahu

dr. Nadia Octavia, 04 Jul 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Ketahui mitos dan fakta soal sinusitis berikut ini. Dengan begitu, Anda dapat lebih berhati-hati, terutama bagi penderita sinusitis.

Mitos vs Fakta Sinusitis yang Perlu Anda Tahu

Jika pernah mengalami sinusitis, tentu Anda sudah tahu nyeri dan tidak nyaman yang dirasakan. Sinusitis sendiri didefinisikan sebagai peradangan pada rongga sinus yang terdapat pada wajah, yang biasanya berisi udara. Apabila tidak diobati, infeksi bakteri dapat menyebar hingga ke organ-organ lainnya.

Peradangan itu sendiri dapat dipicu oleh proses infeksi (bakteri, virus, jamur) atau non-infeksi (alergik) yang dapat menghambat aliran lendir pada rongga sinus. Nah, agar Anda tidak mudah terpengaruh dengan mitos yang beredar di masyarakat, ketahui fakta yang seharusnya berikut ini.

Mitos: Semua sinusitis membutuhkan antibiotik

Faktanya, tidak semua infeksi sinusitis membutuhkan antibiotik. Infeksi sinus yang baru terjadi pada umumnya 98 persen disebabkan oleh virus. Untuk itu, penggunaan antibiotik tidak dianjurkan. Beberapa panduan menyebutkan bahwa penggunaan antibiotik hanya diberikan pada sinusitis yang terjadi lebih dari 10 hari.

Jika disebabkan oleh infeksi virus, terapi yang diberikan biasanya hampir sama dengan terapi influenza. Sedangkan untuk sinusitis kronis, biasanya dibutuhkan tindakan yang lebih invasif seperti drainase untuk memperlancar aliran lendir atau operasi. 

Mitos: Sinusitis dapat menular

Penyakit sinusitis sendiri tidak menular. Namun jika Anda tertular influenza atau penyakit lain yang disebabkan oleh virus, maka bisa berujung pada sinusitis. Untuk menghindarinya sebaiknya jaga daya tahan tubuh, jaga higienitas, rajin cuci tangan dan gunakan masker jika sedang flu atau daya tahan tubuh sedang menurun.

Mitos: Nyeri sinus pasti disebabkan oleh sinusitis

Padahal, nyeri yang terjadi di area sinus (di sekitar area mata dan dahi) belum tentu disebabkan oleh sinusitis. Penyakit lain seperti influenza, reaksi alergi dan migrain juga bisa menyebabkan nyeri pada area sinus. Bahkan, nyeri sinus yang disebabkan oleh influenza dapat menyerupai nyeri sinus pada sinusitis.

Selain itu, migrain juga merupakan penyebab tersering seseorang mengalami nyeri pada area sinus. Sebanyak 50 persen orang yang menderita nyeri sinus kronis biasanya disebabkan oleh migrain, bukan oleh sinusitis.

Artikel Lainnya: Haruskah Dioperasi Jika Punya Sinusitis?

Mitos: Lendir yang berwarna hijau atau kuning pasti disebabkan oleh infeksi bakteri

Cairan lendir dari hidung yang berwarna hijau atau kuning merupakan salah satu tanda klasik infeksi sinus. Perubahan warna lendir ini sebenarnya disebabkan oleh kematian sel darah putih yang berhasil melawan infeksi.

Jadi, warna dari cairan lendir tidak dapat mengindikasikan apakah suatu infeksi disebabkan oleh bakteri atau virus. Namun, apabila infeksi yang dialami berlangsung semakin lama, kemungkinan perubahan warna lendir tersebut bisa disebabkan oleh infeksi bakteri.

Artikel Lainnya: Gejala Sinusitis pada Anak yang Harus Diketahui

 

Mitos: Susu dan produk olahannya dapat menyebabkan sinusitis

Susu dan produk olahannya sering kali disalahkan sebagai penyebab produksi lendir yang meningkat hingga menyebabkan masalah sinus. Padahal berdasarkan studi yang dipublikasikan di The American Review of Respiratory Disease, disebutkan bahwa secara medis tidak ada hubungan antara konsumsi susu dengan peningkatan lendir hidung.

Penelitian lain yang dilansir oleh Journal of the American College of Nutrition juga mendukung hal yang sama bahwa tidak ada bukti ilmiah yang menyebutkan adanya peningkatan produksi lendir setelah minum susu atau produk olahannya.

Beberapa hal di atas adalah mitos seputar sinusitis beserta fakta medisnya. Jika Anda mengalami berbagai kondisi di atas, lakukan pemeriksaan ke dokter untuk mengetahui penyebab pasti dari keluhan yang ada serta penanganan yang tepat.

[NP/RVS]

Cuci tanganMigrainInfeksi bakteriSinusInfeksi SinusSinusitis