Pernapasan

Penggunaan Paracetamol Jangka Panjang Tingkatkan Risiko Asma

Aditya Prasanda, 13 Des 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Digunakan untuk meredakan nyeri dan turunkan demam, penggunaan paracetamol jangka panjang ternyata bisa picu asma. Ketahui alasannya di sini.

Penggunaan Paracetamol Jangka Panjang Tingkatkan Risiko Asma

Sebuah studi menemukan bahwa penggunaan paracetamol dalam jangka panjang dapat menyebabkan asma. Riset tersebut dipublikasikan pada tahun 2000 melalui US National Library of Medicine National Institutes of Health.

Paracetamol, seperti diketahui merupakan obat yang digunakan untuk meredakan nyeri ringan hingga sedang, seperti sakit kepala, sakit gigi, maupun nyeri karena keseleo.

Obat ini juga berfungsi sebagai penurun demam, namun tidak dapat mengatasi penyakit utama yang menyebabkan terjadinya demam.

Berdasarkan National Health Service, paracetamol merupakan obat lini pertama yang direkomendasikan untuk mengatasi nyeri. Pasalnya, obat ini dinilai aman digunakan sebagian besar orang dan jarang menimbulkan efek samping.

Kendati demikian, efek samping paracetamol dalam jangka panjang ternyata dapat menyebabkan asma. Bagaimana mekanismenya? Yuk, cari tahu.

Studi Soal Efek Samping Paracetamol Sebabkan Asma

Penelitian yang mengkaji asma sebagai efek samping dari paracetamol bermula dari temuan soal dampak paracetamol pada glutathione hewan.

Studi menemukan bahwa paracetamol dapat melenyapkan glutathione pada paru-paru hewan. Glutathione sendiri merupakan senyawa antioksidan yang diproduksi secara alami oleh hati dan sel-sel saraf di sistem saraf pusat.

Fungsinya melindungi tubuh dari ancaman penyakit, radikal bebas, maupun racun kimia dan organik. Salah satu manfaat glutathione di paru-paru adalah mencegah peradangan saluran napas penyebab asma.

Artikel Lainnya: Awas, Parasetamol Dapat Picu Kerusakan Hati!

Asma merupakan peradangan kronis atau jangka panjang yang terjadi di saluran pernapasan. Kondisi ini membuat otot polos menebal, sehingga saluran napas mengalami penyempitan. Akibatnya, penderita asma mengalami gejala berupa sesak napas, batuk, dan mengi.

Dari temuan soal efek samping paracetamol dalam melenyapkan glutathione paru-paru hewan, para peneliti mengkaji lebih jauh dampak obat pereda nyeri tersebut pada manusia.

Riset melibatkan 1.574 peserta berusia 16-49 tahun pengguna paracetamol yang terdaftar pada 40 klinik kesehatan di Greenwich, Inggris. Sebanyak 664 relawan mengidap asma, sedangkan 910 orang lainnya tidak mengidap gangguan pernapasan tersebut.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penggunaan parasetamol jangka panjang menyebabkan morbiditas (angka kesakitan) asma pada orang dewasa.

Tidak hanya itu, studi menemukan efek samping paracetamol jangka panjang juga sebabkan rhinitis, peradangan, atau iritasi di lapisan dalam hidung yang memicu gejala berupa pilek, bersin, dan hidung tersumbat.

Penelitian lanjutan yang berangkat dari temuan di atas kemudian banyak dilakukan. Seperti penelitian yang dilakukan Manvi Singh dan tim yang dimuat di National Library of Medicine (PubMed) pada tahun 2021.

Baik penelitian tersebut maupun lainnya menarik kesimpulan serupa bahwa ada kaitan antara penggunaan paracetamol dengan meningkatnya risiko asma.

Artikel Lainnya: Penelitian: Paracetamol Bisa Sembuhkan Patah Hati

Mengapa Paracetamol Bisa Picu Asma?

Menanggapi hasil temuan tadi, dr. Theresia Rina Yunita mengatakan terdapat dua mekanisme efek samping paracetamol dalam menyebabkan asma.

“Pertama, intoleransi paracetamol menyebabkan bronkospasme pada penderita asma yang diinduksi analgesik (obat pereda nyeri),” paparnya.

Bronkospasme merupakan kondisi menegangnya otot-otot yang melapisi bronkus paru-paru. Kondisi ini menyebabkan saluran napas menyempit, sehingga udara sulit untuk keluar dan masuk.

Akibatnya, penderita asma yang mengalami bronkospasme mengalami perburukan gejala sesak napas, batuk, dan mengi. 

Selanjutnya, dr. There mengatakan, penggunaan paracetamol dalam jangka panjang diduga menyebabkan penipisan glutathione pada saluran pernapasan. Hal itu menjadi faktor risiko asma. Paracetamol juga dapat memicu peningkatan stres oksidatif.

Stres oksidatif merupakan kondisi ketidakseimbangan kadar antioksidan dan radikal bebas di dalam tubuh. Kondisi ini pada gilirannya dapat menyebabkan kerusakan organ.

“Oleh karena itu, individu yang rentan, akan memiliki efek buruk pada paru-paru, baik melalui kerusakan oksidatif pada saluran pernapasan atau peningkatan respons atopik, dengan efek samping timbulnya asma,” dr. There menambahkan.

Itu dia studi yang mengkaji dampak penggunaan paracetamol dalam jangka panjang terhadap peningkatan risiko asma. Berkonsultasilah dengan dokter sebelum menggunakan obat apapun untuk mencegah efek samping obat tertentu, terutama jika Anda mengidap kondisi medis khusus.

Jika ingin bertanya lebih lanjut seputar efek samping obat-obatan lainnya, konsultasi ke dokter via Live Chat.

(PUT/JKT)

Referensi:

US National Library of Medicine National Institutes of Health. Diakses 2021. Frequent paracetamol use and asthma in adults

US National Library of Medicine (PubMed). Diakses 2021. Paracetamol exposure and asthma: What does the evidence say? An overview of systematic reviews.

NHS Inform. Diakses 2021. Paracetamol.

Paracetamol

Konsultasi Dokter Terkait