HomeInfo SehatDiabetesMengenal Teknologi LeucoPatch untuk Mengobati Luka Diabetes
Diabetes

Mengenal Teknologi LeucoPatch untuk Mengobati Luka Diabetes

Aditya Prasanda, 01 Des 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

LeucoPatch adalah sejenis plester, yang konon efektif mengatasi luka diabetes atau ulkus diabetikum. Kenali cara kerja LeucoPatch untuk luka diabetes lewat fakta berikut.

Mengenal Teknologi LeucoPatch untuk Mengobati Luka Diabetes

LeucoPatch merupakan sebuah teknologi medis menggunakan metode plasma patch, yang disebut-sebut dapat mengobati luka diabetes atau ulkus diabetikum.

Manfaat LeucoPatch bahkan digadang-gadang dapat meningkatkan peluang kesembuhan pasien pengidap ulkus diabetikum sebesar 58 persen. Hal ini jika dibandingkan dengan pasien yang menggunakan metode pengobatan standar.

Ulkus diabetikum atau luka diabetes merupakan komplikasi penyakit metabolik berbahaya, yang menyebabkan kaki penderitanya mengalami infeksi, tukak, dan kerusakan jaringan kulit paling dalam.

Akibatnya, penderita diabetes memiliki luka kaki yang disertai cairan berbau tidak sedap. Kondisi ini terjadi karena kerusakan saraf dan pembuluh darah arteri perifer akibat kadar gula darah tidak terkontrol.

Lalu, bagaimana mekanisme LeucoPatch dalam mengobati luka diabetes tersebut? Yuk, cari tahu faktanya.

Manfaat LeucoPatch untuk Mengatasi Luka Diabetes

Plasma patch merupakan metode pengobatan menggunakan plasma kaya trombosit, yaitu keping darah yang berperan dalam pembekuan darah. Manfaat plasma patch adalah untuk meningkatkan peluang kesembuhan pasien pengidap luka diabetes.

Berangkat dari metode tersebut, para ahli mengembangkan perangkat yang dapat memisahkan plasma kaya trombosit dari sampel darah pasien. Teknologi medis ini kemudian dikenal dengan istilah LeucoPatch.

Pada dasarnya, cara mengobati luka diabetes menggunakan LeucoPatch bertujuan untuk membantu pasien menyembuhkan diri mereka sendiri. Hal ini karena plasma yang digunakan berasal dari darah pasien tersebut.

LeucoPatch merupakan perangkat sentrifugal yang berfungsi mengaduk dan memisahkan elemen dalam darah pasien yang diperlukan untuk proses penyembuhan luka diabetes.

Proses itu memungkinkan bagian darah dipisahkan ke dalam tiga bagian, yaitu trombosit, leukosit (sel darah putih), dan fibrin (protein berupa serat-serat benang yang ditemukan pada proses pembekuan darah).

Setelah trombosit, leukosit, dan fibrin pasien diperoleh, ketiganya kemudian dioleskan pada area luka diabetes.

Selama ini, LeucoPatch sudah digunakan di beberapa negara Eropa, termasuk Jerman dan Belgia, untuk menyembuhkan ulkus diabetikum. Meski begitu, belum ada studi yang mengkaji efektivitas alat medis ini dalam menyembuhkan luka diabetes.

Oleh karena itu, para peneliti dari National Health Service Foundation Trust menggelar riset guna mengetahui efektivitas LeucoPatch. Risetnya dipublikasikan pada jurnal Lancet Diabetes & Endocrinology pada tahun 2018.

Studi melibatkan 269 ​​pasien penderita ulkus diabetikum yang dirawat di 32 klinik spesialis kaki diabetes di Inggris, Denmark, dan Swedia. Para peserta berusia rata-rata 62 tahun, dan sebanyak 82 persen di antaranya berjenis kelamin pria.

Relawan penelitian diketahui mengidap diabetes tipe 2 dengan durasi rata-rata selama 16 tahun. Mereka juga memiliki luka diabetes dengan ukuran rata-rata 240 milimeter persegi.

Para peserta kemudian dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama menjalani terapi pengobatan luka diabetes menggunakan LeucoPatch. Sementara itu, kelompok kedua menjalani terapi pengobatan luka diabetes standar dengan perawatan terbaik.

Pada kelompok peserta pertama, peneliti mengambil 18 mililiter darah pada tiap peserta, kemudian dimasukkan ke dalam LeucoPatch. Dari volume tersebut, perangkat ini menghasilkan sebanyak 5 centimeter patch per pasien.

Patch meliputi trombosit, fibrin, dan leukosit kemudian dioleskan pada luka diabetes kelompok relawan pertama.

Setelah 20 pekan penelitian, hasil riset mengungkapkan terdapat 34,1 persen luka diabetes yang sembuh pada kelompok peserta yang menggunakan LeucoPatch.

Di sisi lain, relawan yang menggunakan pengobatan ulkus diabetikum standar dengan perawatan terbaik hanya mengalami kesembuhan sebesar 21,6 persen.

Temuan lainnya, peserta yang menggunakan LeucoPatch memiliki waktu penyembuhan lebih cepat.

Disampaikan dr. Frances Game dari National Health Service Foundation Trust, besarnya persentase kesembuhan maupun cepatnya waktu penyembuhan menggunakan LeucoPatch tidak lepas dari penggunaan elemen darah berupa trombosit, fibrin, dan leukosit pasien.

Pasalnya, penyakit diabetes menyebabkan distribusi trombosit, fibrin dan leukosit ke area luka menjadi terhambat. Hal ini karena gula darah tinggi diabetes merusak pembuluh darah.

Artikel Lainnya: Mengenal Kondisi Kulit Melepuh Akibat Diabetes

Belum Tersedia di Indonesia

Di Indonesia, teknologi medis dengan metode plasma patch tersebut mungkin belum tersedia. Kalaupun ada, tidak semua penderita diabetes dapat mengaksesnya.

Untuk itu, penderita diabetes yang mengalami diabetes ulkus diabetikum tetap disarankan untuk mengobati luka tersebut menggunakan terapi pengobatan konvensional.

Disampaikan dr. Astrid Wulan Kusumoastuti, salah satu terapi pengobatan yang dimaksud adalah dengan mengonsumsi obat antibiotik yang diresepkan dokter.

“Obat antibiotik membantu mencegah dan mengatasi infeksi bakteri,” jelas dr. Astrid.

Dengan mengonsumsi antibiotik, diabetesi dapat meminimalkan perburukan luka diabetes.

Selain itu, luka diabetes yang parah juga dapat diatasi dengan metode debridement atau prosedur bedah untuk membuang kulit dan jaringan yang mati.

Punya pertanyaan terkait penggunaan LeukoPatch sebagai cara mengobati luka diabetes? Jika ya, Anda bisa melakukan konsultasi lebih lanjut kepada dokter melalui LiveChat 24 jam atau aplikasi KlikDokter.

(NB/JKT)

Referensi:

MD Edge. Diakses 2021. Platelet-rich patch helps heal difficult diabetic foot ulcers.

Lancet Diabetes & Endocrinology . Diakses 2021. LeucoPatch system for the management of hard-to-heal diabetic foot ulcers in the UK, Denmark, and Sweden: an observer-masked, randomised controlled trial.

Diabetes

Konsultasi Dokter Terkait