HIV atau AIDS

Benarkah Perubahan Hormon Saat Haid Bisa Picu HIV?

Tamara Anastasia, 10 Sep 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Studi menyebutkan perubahan hormon yang terjadi saat haid bisa memicu HIV. Bagaimana pengaruh hormon saat haid dikaitkan dengan HIV? Ketahui di sini.

Benarkah Perubahan Hormon Saat Haid Bisa Picu HIV?

Risiko tertular HIV jauh lebih tinggi terjadi dari pria ke wanita, dibandingkan sebaliknya. Hal ini dikarenakan kondisi vagina yang lebih rentan terinfeksi virus ketimbang penis. 

Kerentanan wanita terhadap infeksi HIV tidak hanya karena faktor tersebut. Studi menyebutkan perubahan hormon selama menstruasi pun bisa meningkatkan risiko terkena HIV.

Bagaimana Perubahan Hormon Menstruasi Menyebabkan HIV?

Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan salah satu virus yang bisa sangat merusak tubuh. Kekebalan tubuh penderitanya bisa semakin melemah seiring waktu. 

Ketika sistem imun melemah, pasien HIV menjadi lebih rentan terserang penyakit lainnya. Hingga saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan HIV. 

Artikel lainnya: Kulit yang Digaruk Saat Haid Bisa Sebabkan Stretch Mark?

Pada wanita, banyak hal yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap HIV, misalnya bacterial vaginosis dan ektopi serviks. Lalu, salah satu faktor lain yang telah diteliti ialah perubahan hormon saat haid.

Melansir Very Well Health, sebuah studi tahun 2015 dari para peneliti di Dartmouth University’s Geisel School of Medicine, Amerika Serikat, menemukan perubahan hormonal selama siklus menstruasi normal bisa meningkatkan peluang terjadinya infeksi HIV dan penyakit menular seksual lainnya.  

Fungsi sistem kekebalan, baik yang alami maupun adaptif (didapatkan setelah infeksi sebelumnya), diketahui diatur oleh hormon. 

Selama menstruasi, hormon estradiol dan progesteron secara langsung memengaruhi sel-sel epitel, fibroblas (sel-sel yang ditemukan di dalam jaringan ikat), dan sel-sel kekebalan yang melapisi female reproductive tract (FRT) atau saluran reproduksi wanita.

Hormon estradiol dan progesteron bertugas mengoptimalkan kondisi untuk pembuahan dan kehamilan.

Karena pengaruh kedua hormon tersebut saat haid, respons imun menjadi berkurang dan risiko terjangkit HIV bisa meningkat signifikan. 

Jika penelitian tersebut dapat dikonfirmasi, temuannya dapat membantu menemukan terapi pencegahan virus dan/atau praktik seksual yang lebih baik. Contohnya, untuk mengidentifikasi waktu berhubungan seks yang lebih aman.

Penelitian lebih lanjut tetap dibutuhkan untuk hal ini. Dokter Arina Heidyana menjelaskan, “Sejauh ini belum banyak penelitian pasti yang menyebut hormon haid bisa tingkatkan risiko HIV.”

Artikel lainnya: Perubahan yang Dialami Anak Perempuan Setelah Haid Pertama

Menopause dan Risiko HIV

Penelitian lain tahun 2015 dari University Pittsburgh Medical Center, Amerika Serikat, mengatakan perubahan FRT dapat meningkatkan risiko HIV pada wanita pascamenopause. 

Para peneliti merekrut 165 wanita tanpa keluhan apapun. Partisipan meliputi wanita pasca menopause, pra-menopause yang tidak menggunakan kontrasepsi, dan yang menggunakan kontrasepsi. Kerentanan terhadap HIV diukur dengan membandingkan sampel cairan serviks. 

Hasilnya, wanita pascamenopause memiliki aktivitas anti-HIV "alami" tiga kali lebih sedikit (11 persen) dibandingkan kelompok lainnya (34 persen). Namun, studi ini harus diteliti lebih lanjut untuk menguji validitasnya. 

Lakukan pola hidup sehat selama menstruasi demi menghindari risiko gangguan kesehatan. Cegah penularan HIV dengan melakukan hubungan seks yang aman.

Bila menemukan keluhan saat haid, jangan ragu untuk berkonsultasi kepada dokter lewat Live Chat atau Tanya Dokter.

(FR/JKT)

hormonWanitaHIV

Konsultasi Dokter Terkait