HomeInfo SehatCovid-19Heboh Metode aaPRP untuk Terapi COVID, Apakah Itu?
Covid-19

Heboh Metode aaPRP untuk Terapi COVID, Apakah Itu?

Aditya Prasanda, 10 Agu 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Terapi aaPRP untuk atasi COVID-19 sedang ramat diperbincangkan. Metode apa lagi ini? Apakah efektif mengobati pasien virus corona? Simak di sini.

Heboh Metode aaPRP untuk Terapi COVID, Apakah Itu?

Terapi aaPRP (autologous activated platelet-rich plasma) untuk menyembuhkan pasien COVID-19 bergejala berat kini sedang ramai diperbincangkan.

Seperti apa cara kerja terapi untuk COVID ini? Seberapa efektif terapi aaPRP mengatasi penyakit yang disebabkan coronavirus tersebut? Simak penjelasan dokter berikut.

Mengenal Terapi aaPRP

Terapi aaPRP diperkenalkan oleh dr. Karina F Moegni, SpBP. Melalui International Journal of Inflamation yang dinukil dari Hindawi, Karina dan tim peneliti mengungkapkan, aaPRP merupakan terapi tambahan yang menjanjikan untuk pasien positif virus corona bergejala berat. 

Artikel lainnya: Perbedaan Metode Vaksin mRNA dan Inactivated Virus

Melalui Clinical Trials.gov, Karina menjelaskan aaPRP menghasilkan efek antiperadangan, sekaligus regenerasi jaringan. Terapi aaPRP kemudian digunakan untuk mengatasi badai sitokin yang disebabkan infeksi virus corona.

COVID-19 seperti diketahui dapat meningkatkan produksi sitokin proinflamasi. Sitokin pada dasarnya merupakan salah satu protein yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh.

Protein ini dalam keadaan normal bertugas membantu koordinasi sistem imun melawan infeksi virus dan bakteri. Namun, pada pasien COVID-19 bergejala berat, sitokin justru diproduksi berlebihan. Hal ini menyebabkan terjadinya badai sitokin.

Badai sitokin merupakan respons berlebihan imun tubuh ketika menghadapi infeksi. Kondisi ini menyebabkan peradangan hebat yang justru merugikan tubuh.

Badai sitokin merupakan salah satu penyebab kematian pasien yang disebabkan coronavirus  dengan gejala berat dan kritis. 

Untuk mengatasi badai sitokin tersebut, Karina dan tim menguji coba terapi aaPRP pada 10 pasien COVID-19 bergejala berat dari Rumah Sakit Umum Daerah Koja, Jakarta Utara.

Seluruh pasien dirawat di unit perawatan intensif (ICU). Mereka menerima terapi aaPRP sebanyak tiga kali.

Terapi aaPRP dilakukan dengan mengambil darah pasien. Kemudian protein dari trombosit (keping darah) dipisahkan menggunakan alat khusus.

Protein trombosit selanjutnya dimasukkan kembali ke dalam tubuh pasien. Proses tersebut dilakukan melalui cairan infus.

Artikel lainnya: Lifebuoy, Klikdokter, dan BKKBN Donasi Ribuan Hand Sanitizer di Bogor

Karina mengatakan, trombosit mengandung ribuan jenis protein. Salah satu protein di dalamnya memiliki sifat antiradang yang bermanfaat mengatasi badai sitokin pada pasien COVID-19 bergejala berat.

Selain itu, trombosit juga mengandung protein pembangun yang dapat memperbaiki sel-sel rusak akibat infeksi virus corona. 

Melalui studi uji klinis fase I/II, penelitian tersebut mengklaim terapi aaPRP aman digunakan dan tidak menyebabkan efek samping serius pada pasien COVID-19 bergejala berat. 

PRP (platelet-rich plasma) disebut dapat menurunkan ekspresi gen inflamasi IL-1β, IL-6, IL-8, dan TNFα. 

PRP juga mengurangi produksi sitokin inflamasi IL-1β dan TNFα. Selain itu, PRP juga disebut mengandung antagonis reseptor interleukin 1 (IL-1RA) yang tidak lain merupakan sitokin antiperadangan yang menekan sekresi IL-6. 

Dengan kata lain, hasil penelitian sementara mengungkapkan terapi aaPRP dapat mengendalikan peradangan serta meningkatkan regenerasi jaringan pascainfeksi virus corona.

Menanggapi hasil penelitian tersebut, dr. Arina Heidyana mengatakan efektivitas terapi aaPRP untuk mengobati pasien COVID-19 bergejala berat belum dapat dipastikan.

Artikel lainnya: Kombinasi Vitamin Terbaik untuk Jaga Imun Selama Pandemi

“AaPRP ini masih sangat terbatas ya, penelitiannya juga masih satu dan masih uji klinis. Jadi keefektifannya belum bisa dipastikan untuk pasien COVID,” katanya.

Perbedaan Terapi aaPRP dan Plasma KonvalesenĀ 

Kendati sama-sama menggunakan darah, terapi aaPRP berbeda dengan plasma konvalesen. 

Terapi plasma konvalesen dilakukan dengan menyumbangkan plasma darah dari penyintas COVID-19 yang telah sembuh kepada pasien positif virus corona. 

Plasma darah penyintas corona virus mengandung antibodi. Antibodi terbentuk sebagai respons tubuh ketika terinfeksi virus.

Sementara aaPRP menggunakan protein trombosit darah dari dan untuk pasien sendiri.

Menurut dr. Arina, terapi plasma konvalesen lebih berisiko untuk dilakukan dibandingkan dengan terapi aaPRP.

“Karena (terapi konvalesen) menggunakan darah orang lain, sehingga reaksi transfusi masih tetap ada walaupun dari golongan darah yang sama,” kata dr. Arina.

Jadi, terapi untuk COVID dengan metode aaPRP belum dapat dibuktikan efektivitasnya dalam mengobati pasien coronavirus bergejala berat. Masih dibutuhkan penelitian lanjutan dengan skala besar untuk mengetahui efektivitas terapi aaPRP.

Jika Anda ingin tanya lebih lanjut seputar COVID-19 dan pengobatannya, manfaatkan layanan Live Chat dari aplikasi Klikdokter.

[HNS/JKT]

virus corona

Konsultasi Dokter Terkait