Kesehatan Umum

Mengapa Ada Orang yang Jadi Korban Penelitian Palsu?

Ayu Maharani, 07 Agt 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Dua kasus pelecehan seksual yang baru-baru ini terjadi ternyata berkedok riset. Kok bisa, ada orang yang menjadi korban penelitian palsu tersebut?

Mengapa Ada Orang yang Jadi Korban Penelitian Palsu?

Kasus Gilang fetish kain jarik dan dosen swinger beberapa waktu lalu sempat bikin geger warganet. Menariknya, keduanya punya kesamaan, yaitu pelecehan seksual berkedok riset! Korban penelitian palsu pun tak cuma satu dua, tapi banyak dan mulai berani bicara.

Alasan Banyak Orang Jadi Korban Penelitian Palsu

Karena korbannya tak sedikit, tentu Anda jadi bertanya-tanya, mengapa bisa ada orang yang menjadi sampel penelitian pelaku pelecehan? Apa korban tidak merasa curiga?

Daripada bertanya terus, lebih baik simak penjelasan dari psikolog Ikhsan Bella Persada, M.Psi. dan dr. Devia Irine Putri berikut ini.

  • Tertarik karena Topik Penelitian yang Tidak Biasa

Ada beberapa orang yang tertarik untuk membantu penelitian pihak lain karena topik yang diangkat tidak biasa alias unik. 

Sayangnya, meski tertarik untuk membantu penelitian dengan tema yang tak biasa itu, mereka tidak tahu risiko apa yang mengintai kemudian.

  • Minim Informasi soal Perilaku Seksual 

Di Indonesia, masih minim informasi soal jenis-jenis perilaku seksual. Tak jarang, ketika ada edukasi dengan topik perilaku seksual berisiko, itu justru dianggap tabu. 

Hal yang terjadi sekarang, banyak orang tidak tahu kalau apa yang sedang dilakukan pelaku sebenarnya fetish atau preferensi seksual yang ternyata jadi bentuk pelecehan. 

  • Terpaku pada Latar Belakang Peneliti

Tak bisa dimungkiri, bagi beberapa orang, menjadi bagian dari penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa dari sebuah universitas negeri bergengsi memiliki nilai kebanggaan tersendiri.

Diketahui, baik Gilang maupun si “dosen” sama-sama mengaku dari universitas negeri bergengsi di Indonesia untuk menarik perhatian calon korban. 

  • Sungkan untuk Menolak

Pelaku yang pertama memakai alasan senior yang meminta bantuan, sedangkan pelaku kedua memakai alasan dosen yang meminta bantuan.

Secara otomatis, jika yang ditemui pelaku adalah junior dan orang-orang yang tak enakan, mereka akan sungkan untuk menolak permintaan si pelaku. 

  • Tidak Tahu Syarat Penelitian Resmi

“Kebanyakan korban tidak mengetahui soal syarat penelitian yang resmi. Seharusnya, kalau jadi subjek penelitian, ada syarat-syarat atau kriteria yang mesti dipenuhi,” jelas dr. Devia.

Jika Anda meragukan penelitian yang dilakukan, coba banyak bertanya kepada pelaku riset tersebut. 

Hal yang terutama soal surat izin, tujuan, dan sebagian jurnal yang sudah dibuat. Kalau perlu, kroscek kembali datanya di universitas yang bersangkutan.

Tips agar Tidak Jadi Korban Penelitian Palsu

Pelecehan seksual dapat berkedok berbagai macam hal. Kali ini, yang dipilih oleh beberapa pelaku adalah riset palsu. 

Supaya Anda tidak menjadi korban pelecehan seksual berkedok riset, beberapa hal yang bisa dilakukan, yaitu:

  • Jangan Mudah Percaya dan Tergiur Imbalan 

Kalau orang dekat saja kadang bisa menipu Anda, tentu risiko ditipu oleh orang yang baru dikenal jauh lebih besar, bukan? 

Karena itulah, cara pertama supaya Anda tidak menjadi korban penelitian palsu adalah tidak mudah percaya dengan orang baru.

Jangan mudah tergiur, sekalipun dia menawarkan sejumlah imbalan, mulai dari uang hingga fasilitas. 

  • Cek Lagi Identitas Peneliti

Ini langkah yang sangat sederhana dan krusial, tapi paling sering dilupakan. Jika dia mengaku sebagai pekerja A, dosen B, mahasiswa C, Anda wajib mencari kebenarannya ke instansi terkait.

Tanyakan juga apa benar orang tersebut sedang melakukan penelitian dengan tema Z, misalnya. 

Artikel Lainnya: Siswi SMK Dilecehkan, Ini Sebab Remaja Lakukan Pelecehan Seksual

  • Jangan Langsung Memberi Nomor Ponsel

Media sosial kerap menjadi tempat untuk mencari “mangsa” riset palsu. Pelaku akan melihat-lihat profil Anda. Apabila dirasa cocok, biasanya mereka akan mengirim pesan kepada Anda.

Jika dihubungi lewat message media sosial dan dia meminta nomor ponsel, jangan langsung diberikan. Ingat, cek terlebih dahulu.

  • Tanya soal Tujuan Penelitian dan Alasan Dia Memilih Anda 

Coba tanya-tanya tentang rumusan permasalahan serta tujuan dari penelitian. 

Apa ini buat tugas kuliah biasa? Skripsi? Atau tugas yang seperti apa? Semuanya harus jelas. 

Anda juga bisa menanyakan kepada peneliti, kenapa dia memilih Anda sebagai partisipan? 

Tentu ada alasan di balik itu, bukan? Kalau alasannya tak masuk akal, lebih baik tidak perlu membantu orang tersebut.

  • Tanyakan Siapa Saja yang Sudah Pernah Jadi Partisipan

Ini juga penting untuk jadi bahan pertimbangan. Penelitian sosial umumnya memiliki banyak partisipan. 

Anda bisa mengetahui hal yang sebenarnya sedang dilakukan dengan mengetahui beberapa partisipannya.

Akan lebih baik jika Anda memiliki kontak satu atau dua orang partisipan, sehingga bisa dibandingkan. 

Itu dia sejumlah alasan kenapa banyak orang yang secara tidak sengaja menjadi korban pelecehan seksual berkedok penelitian palsu. Agar terhindar dari hal tersebut, jangan lupa lakukan cara di atas, ya! 

Bila masih ada pertanyaan terkait perilaku seksual menyimpang lainnya, Anda bisa konsultasi langsung dengan dokter/psikolog lewat fitur LiveChat 24 jam di aplikasi KlikDokter

(HNS/AYU)

Pelecehan Seksual

Konsultasi Dokter Terkait