Kesehatan Lansia

Benarkah Lansia Berpinggang Lebar Berisiko Terkena Demensia?

dr. Fiona Amelia MPH, 17 Jan 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Lansia yang berat badannya normal namun berpinggang lebar ternyata lebih berisiko mengalami demensia. Apa yang menjadi penyebab penyakit ini terjadi?

Benarkah Lansia Berpinggang Lebar Berisiko Terkena Demensia?

Pernahkah Anda melihat kakak atau nenek yang lupa dengan nama cucu sendiri? Bahkan, mengulang-ulang cerita yang sama atau menanyakan hal yang sudah lalu. Ada kemungkinan lansia tersebut terkena demensia. Penyakit apa itu?

Sekilas Soal Demensia

Demensia adalah penyakit yang bisa membuat seseorang jadi sulit berpikir dan juga mengingat suatu hal. Penyakit ini juga menyebabkan Anda mudah lupa akan rutinitas atau aktivitas sehari-hari.

Ada banyak faktor yang bisa menjadi penyebab munculnya penyakit yang berkaitan dengan menurunnya fungsi otak ini.. Misalnya, faktor keturunan, tekanan darah, hingga gaya hidup juga bisa memengaruhi risiko terkena demensia.

Kini, kabarnya, ukuran pinggang yang lebar juga terbukti bisa menjadi penyebab penyakit demensia pada lansia. Benarkah demikian?

Artikel Lainnya: Waspada, Anak Juga Bisa Terkena Demensia

Penelitian Pinggang Lebar dan Risiko Demensia pada Lansia

Sebelumnya, sudah banyak studi yang menunjukkan bahwa obesitas meningkatkan peluang terkena demensia. Namun kini, bermunculan bukti yang menyatakan bahwa kelebihan lemak di perut yang paling meningkatkan risiko penyakit tersebut.

Orang dengan kelebihan lemak perut,atau disebut sebagai obesitas sentral, biasanya memiliki pinggang yang lebar. Perlu diketahui, ukuran lingkar pinggang orang obesitas sentral berada di atas 90 cm pada pria atau di atas 80 cm pada wanita.

Sebuah penelitian dari Korea Selatan menemukan bahwa lansia yang berpinggang lebar, lebih berisiko mengalami penyakit demensia. Menariknya, peningkatan risiko ini tidak dipengaruhi oleh berat badan yang biasanya dihitung dengan indeks massa tubuh (IMT).

Penelitian ini dilakukan oleh tim dari Korea University di Seoul, Korea Selatan. Di mana peneliti memeriksa lebih dari 870.000 partisipan yang berusia 65 tahun ke atas. Para partisipan merupakan peserta skrining kesehatan nasional sejak tahun 2009.

Ditemukan hasil dari setengah jumlah total peserta yang sudah diteliti selama 6,5 tahun, 13 persennya diketahui mengalami penyakit demensia.

Dalam laporan yang juga dipublikasikan dalam jurnal Obesity, disebutkan orang dengan berat normal namun berpinggang lebar (obesitas sentral) adalah orang yang paling berisiko mengalami demensia.

Risiko demensia ini meningkat secara bertahap seiring dengan bertambahnya ukuran lingkar pinggang. Faktor risiko penyebab penyakit yang berhubungan dengan kinerja otak ini lebih tinggi terjadi pada pria yang punya pinggang berukuran 95 cm hingga 110 cm lebih.

Sedangkan pada wanita, risiko penyebab demensia meningkat terjadi pada wanita dengan lingkar pinggang 85 cm hingga 110 cm atau lebih.

Artikel Lainnya: Waspada saat Penderita Demensia Bicara soal Bunuh Diri

Penelitian dari Korea Selatan ini mengamini dua studi yang sebelumnya telah dilakukan pada lansia di Eropa. Di Irlandia, ditemukan bahwa 5.186 orang yang berusia 60 tahun ke atas dan punya lingkar pinggang besar, memiliki kemampuan berpikir (kognitif) kurang.

Lalu, dari Britania Raya juga meneliti 9.652 orang yang rata-rata berusia 55 tahun. Hasilnya  ditemukan bahwa lansia dengan pinggang lebar, volume otaknya ada dalam tingkatan yang rendah.

Mengapa Bukan Dilihat dari Indeks Massa Tubuh (IMT)?

Selanjutnya, mengapa kelebihan lemak perut lebih berhubungan dengan demensia daripada IMT?

Apabila ada peradangan di dalam darah, kadar protein C reaktif (C-reactive protein) akan meningkat. Zat C-reactive protein ini dihasilkan tubuh sebagai sinyal respon yang dikirim oleh sel lemak.

Lalu, sudah banyak ditemukan pada penelitian terdahulu yang menyatakan jika kadar C-reactive protein naik, berarti kemampuan kognitif seseorang telah berkurang. Kemampuan berpikir yang menurun ini sudah menjadi salah satu tanda atau ciri-ciri dari demensia.

Nah, indeks massa tubuh atau IMT, memang telah lama digunakan untuk mencari hubungan antara obesitas dan demensia. Namun, hal ini dirasa lebih fokus terhadap sebuah rasio berat terhadap tinggi badan saja.

Seiring dengan banyaknya temuan baru, para pakar sepakat bahwa lingkar pinggang merupakan indikator kelebihan lemak tubuh yang jauh lebih akurat ketimbang indeks massa tubuh.

Kondisi penyebab demensia ini sangat rentan terjadi, terutama pada lansia yang banyak kehilangan massa tubuh tanpa lemak seperti otot. Mereka cenderung tampak bertambah gemuk tanpa perubahan berat badan yang signifikan.

Jadi, bagi Anda yang masih muda dan produktif, penelitian-penelitian di atas kembali mengingatkan bahwa menjaga berat badan di rentang normal saja tidak cukup. Perhatikan ukuran lingkar pinggang Anda, apa sudah di bawah 90 cm untuk pria, atau di bawah 80 cm untuk wanita?

Jika belum mencapai goal lingkar pinggang ideal, bulatkan niat dan segera ubah gaya hidup. Mulai hindari makan makanan berlemak, kebiasaan mager, dan juga minum minuman manis. Dampaknya memang tidak terlihat langsung, namun bisa terasa saat Anda masuk ke usia lanjut nanti. 

Dengan demikian, risiko penyakit demensia di masa depan dapat dikurangi atau bahkan dicegah. Apabila mau tahu lebih lanjut tentang demensia atau bahaya lingkar pinggang lebar, Anda bisa konsultasi dengan dokter di fitur Live Chat pada aplikasi KlikDokter.

(OVI/AYU)

LansiaDemensia

Konsultasi Dokter Terkait