HomeGaya hidupDiet dan NutrisiNegara Asia Tercatat Paling Banyak Hadapi Kasus Malnutrisi
Diet dan Nutrisi

Negara Asia Tercatat Paling Banyak Hadapi Kasus Malnutrisi

Krisna Octavianus Dwiputra, 18 Des 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Kasus malnutrisi biasanya terjadi pada negara dengan ekonomi menengah ke bawah. Terkait itu, negara Asia mengalami masalah serius ini.

Negara Asia Tercatat Paling Banyak Hadapi Kasus Malnutrisi

Kasus malnutrisi dan diabetes paling banyak terjadi di kawasan Asia. Dua masalah kesehatan ini terjadi karena beberapa faktor yang melandasinya. Namun, paling banyak penyebabnya adalah dari jenis makanan yang dikonsumsi.

Menurut laporan The Lancet, sepertiga negara termiskin di dunia berurusan dengan tingkat obesitas yang tinggi serta kekurangan gizi (terlalu kurus). Masalah ini dinamakan dengan malnutrisi. Ini terjadi disebabkan karena mudahnya akses masyarakat terhadap makanan olahan tidak sehat dan orang kurang berolahraga.

Negara Asia Paling Terpengaruh

Laporan tersebut memperkirakan bahwa hampir 2,3 miliar anak-anak dan orang dewasa di planet ini kelebihan berat badan. Lebih dari 150 juta anak-anak telah terhambat pertumbuhannya. Banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah menghadapi dua masalah ini sekaligus yang dikenal sebagai "beban ganda gizi buruk".

Ini berarti bahwa 20 persen orang kelebihan berat badan, 30 persen anak di bawah usia empat tahun tidak tumbuh dengan baik, dan 20 persen wanita dikategorikan kurus. Masyarakat dan keluarga dapat dipengaruhi oleh masalah malnutrisi.

Bicara malnutrisi memang tak melulu soal kekurangan gizi. Menurut dr. Sara Elise Wijono, MRes dari KlikDokter, malnutrisi berarti kondisi kekurangan, kelebihan atau tidak seimbangnya energi, protein atau kadar nutrisi lainnya. Hal inilah yang menyebabkan efek samping pada jaringan atau wujud tubuh (bentuk, ukuran dan komposisi), fungsi dan keluaran klinis. 

"Keadaan ini dapat mengacu pada nutrisi berlebih atau kurangnya nutrisi—walau lebih sering digunakan untuk menggambarkan kurangnya nutrisi," ujar dr. Sara.

Di sisi lain, menurut laporan sebanyak 45 dari 123 negara terkena dampak beban ganda gizi buruk pada 1990-an, dan 48 dari 126 negara pada setelah tahun 2010.

Disebabkan oleh Sistem Pangan Gagal

Penulis laporan ini mengatakan tindakan harus diambil oleh pemerintah, PBB, dan akademisi untuk mengatasi masalah tersebut. Itu juga merujuk pada perubahan diet.

Di sisi lain, cara orang makan, minum, dan bergerak sudah berubah. Meningkatnya jumlah supermarket, ketersediaan makanan yang kurang bergizi, serta penurunan aktivitas fisik, menyebabkan semakin banyak orang menjadi kelebihan berat badan.

Perubahan-perubahan ini memang memengaruhi negara berpenghasilan rendah dan menengah. Namun, sebenarnya negara-negara berpenghasilan tinggi juga terkena dampaknya.

"Kami menghadapi kenyataan nutrisi baru. Tidak bisa lagi mencirikan negara-negara sebagai berpenghasilan rendah dan kurang gizi, atau berpenghasilan tinggi dan hanya peduli dengan obesitas," kata penulis utama Dr. Francesco Branca, direktur departemen nutrisi untuk kesehatan dan pengembangan di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) seperti dikutip dari BBC.

"Semua bentuk malnutrisi memiliki penyebut yang sama, yakni sistem pangan yang gagal yang akhirnya semua orang tidak bisa menjalani diet yang sehat, aman, terjangkau, dan berkelanjutan," lanjutnya.

Artikel Lainnya: Perlukah Semua Nutrisi Dipenuhi Setiap Hari? 

Dr. Branca mengatakan membutuhkan perubahan dalam sistem pangan mulai dari produksi, pemrosesan, perdagangan; distribusi, penetapan harga, pemasaran; pelabelan, konsumsi dan limbah.

Pasalnya, bagi yang bermasalah dengan obesitas, bisa mempengaruhi masalah kesehatan juga. Bagi Anda yang kelebihan berat badan, itu menjadi mungkin berkembang menjadi penyakit yang berbahaya, seperti diabetes, jantung, dan stroke.

Jika sudah begini, diet seimbang perlu dilakukan oleh setiap orang. Baik yang mengalami obesitas atau terlalu kurus.

Menurut British Dietetic Association, pola konsumsi pada diet seimbang adalah: karbohidrat 45-65 persen, protein 10-20 persen, dan lemak 25-35 persen.

Karbohidrat

Jenis karbohidrat yang dikonsumsi dalam pola diet seimbang adalah karbohidrat kompleks. Jenis karbohidrat ini mengandung serat tinggi, sehingga memberikan sensasi kenyang yang lebih lama.

Contoh dari karbohidrat kompleks adalah gandum utuh, serealia, oat, sayur dan buah-buahan.

Protein

Jenis protein yang dianjurkan untuk dikonsumsi dalam diet seimbang adalah protein nabati dan lean protein, seperti daging tanpa lemak, polong-polongan, tahu, susu rendah lemak, kedelai, ikan, dan putih telur.

Lemak

Dalam penerapan pola diet seimbang, Anda diharuskan untuk mengganti konsumsi lemak jenuh menjadi lemak tidak jenuh. Selain itu, Anda juga perlu menghindari konsumsi trans fat.  Misalnya, menghentikan konsumsi ikan goreng dan menggantinya dengan ikan rebus atau kukus.

Kasus malnutrisi dan diabetes yang terjadi di negara-negara, terkhusus di Asia tentunya menjadi alarm bagi Anda untuk memperhatikan masalah ini. Jika tumbuh kembang anak Anda memberikan gejala yang tak biasa, segera konsultasi dengan dokter. Hal ini agar masalah malnutrisi bisa segera diatasi.

[RPA/AYU]

Malnutrisi

Konsultasi Dokter Terkait