Seks

Cukur Bulu Kemaluan Tingkatkan Risiko Penyakit Menular Seksual?

Ruri Nurulia, 14 Des 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Sering jadi perdebatan, katanya cukur bulu kemaluan tingkatkan risiko penyakit menular seksual. Sebuah penelitian mencoba menjawabnya.

Cukur Bulu Kemaluan Tingkatkan Risiko Penyakit Menular Seksual?

Sebagian wanita menyenangi area genitalnya bebas bulu karena alasan estetika dan merasa lebih bersih. Namun, ada anggapan bahwa cukur bulu kemaluan tingkatkan risiko infeksi atau penyakit menular seksual. Bagaimana faktanya?

Cukur Bulu atau Tidak?

Baru-baru ini, ada sebuah studi tidak menemukan hubungan antara mencukur atau menghilangkan bulu kemaluan dengan peningkatan risiko terkena penyakit menular seksual.

Temuan studi dalam jurnal medis “PLOS One” yang terbit pada bulan September 2019 ini menyanggah temuan studi sebelumnya pada tahun 2016, yang ada dalam jurnal “Sexually Transmitted Infections”.

Pada studi tahun 2016 tersebut, dikatakan bahwa mereka yang menghilangkan bulu kemaluan 80 persen lebih mungkin terkena penyakit menular seksual dibandingkan dengan yang tidak melakukannya. Namun, peneliti mengakui bahwa cukur bulu kemaluan tidak secara langsung “bertanggung jawab” atas penularan penyakit.

Nah, pada studi yang baru, peneliti dari Universitas Negeri Ohio, Amerika Serikat (AS), melakukan survei pada 200 mahasiswi tentang kegiatan perawatan bulu kemaluan dan aktivitas seksual mereka. Partisipan juga menjalani tes klamidia dan gonore, penyakit menular yang paling sering ditemukan.

Dari situ, didapat bahwa hampir semua partisipan (98 persen) pernah melakukan perawatan bulu kemaluan, yang mana 54 persen menghilangkan bulu kemaluan setidaknya setiap minggu selama setahun terakhir, sementara 18 persen melakukannya setidaknya enam kali dalam sebulan terakhir (dikategorikan sebagai “extreme groomer”).

Sebanyak 10 persen partisipan ditemukan positif klamidia atau gonore. Namun, pada extreme groomer, risikonya terhadap penyakit menular seksual tidak lebih tinggi ketimbang partisipan yang tidak melakukannya sesering itu.

 

Hal-hal yang Meningkatkan Risiko Terkena Penyakit Menular Seksual

Dikatakan oleh dr. Adeline Jaclyn dari KlikDokter, pada dasarnya, siapa pun yang sudah aktif secara seksual, baik yang mencukur bulu kemaluan maupun tidak, berpotensi terkena penyakit menular seksual. Dalam sebagian kasus, infeksi juga bisa ditularkan lewat kontak non seksual.

“Misalnya, berbagi jarum atau saat hamil, melahirkan, atau menyusui. Jalur yang berisiko adalah seks vaginal, anal, ataupun oral. Infeksi bisa terjadi saat berkontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi seperti darah, cairan vagina, atau semen. Penyebarannya bisa lewat kontak dengan kulit yang terinfeksi atau membran mukosa seperti sariawan di mulut,” kata dr. Adeline menjelaskan.

Infeksi menular seksual dapat disebabkan oleh virus, bakteri, dan protozoa. Jenis penyakitnya meliputi: klamidia, gonore, sifilis, HIV, herpes genital, hepatitis B, kutil kelamin, dan trikomoniasis.

Untuk mencegah penyakit menular seksual, lakukan langkah-langkah ini:

1. Setia Kepada Satu Pasangan

“Saling terbuka dan jujur jika Anda berisiko atau mengalami gejala. Pasalnya, bukan cuma Anda, tetapi pengobatan penyakit menular seksual harus dilakukan pada kedua pasangan untuk menghindari efek pingpong, yang mana pasangan bolak-balik terinfeksi atau tetap menulari.” Demikian dijelaskan oleh dr. Adeline.

2. Lakukan Vaksinasi

“Penyakit yang disebabkan oleh human papillomavirus (HPV) dan hepatitis B bisa dicegah dengan vaksin, yang sudah terbukti aman dan efektif dalam mencegah penyakit akibat kedua virus tersebut,” ujar dr. Adeline.

Konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan vaksin tersebut atau jika status imunisasi Anda tidak jelas.

3. Tidak Bertukar Benda-Benda Pribadi

Hindari menggunakan, bertukar, atau berbagi barang-barang pribadi dengan orang lain. Misalnya celana dalam, handuk, sikat gigi, lolipop, dan lain-lain.

4. Seks Secara Aman

Kondom sudah terbukti dapat menurunkan risiko penularan penyakit menular seksual. Gunakan kondom ketika berhubungan seks baik secara vaginal, oral, dan anal.

5. Menjaga Kebersihan Sebelum dan Setelah Berhubungan Seks

Dengan membersihkan organ genital sebelum dan setelah seks, Anda bisa melindungi diri dari mikroorganisme penyebab penyakit menular seksual.

“Pakai cairan antiseptik pembersih kewanitaan dengan pH yang aman tiap selesai berhubungan intim. Gunakan hanya di bagian luar vagina, karena bagian dalam vagina sudah memiliki mekanisme pembersihan sendiri dengan bantuan bakteri baik,” tegas dr. Adeline.

6. Jauhi Alkohol dan Obat-Obatan Terlarang

Risiko seks berisiko meningkat jika seks dilakukan di bawah pengaruh narkotika dan/atau alkohol. Dengan kata lain, bila seks dilakukan dalam kondisi kurang atau tidak sadar karena mabuk atau high, Anda bisa melukai pasangan (atau sebaliknya). Ini sehingga patogen penyebab penyakit menular seksual bisa masuk lewat luka.

7. Memeriksakan Diri ke Dokter

Dokter Adeline mengingatkan, apabila Anda aktif secara seksual, terutama bila sering gonta-ganti atau punya banyak pasangan, atau memiliki partner seks yang berisiko mengalami penyakit menular seksual, rutinlah melakukan pemeriksaan ke dokter.

Jadi, anggapan cukur bulu kemaluan tingkatkan risiko penyakit menular seksual telah disangkal oleh hasil studi terbaru. Meski begitu, risiko tetap ada. Perhatikan keamanan dan kebersihan alat cukur pribadi, tidak meminjam atau berbagi alat cukur atau benda pribadi lain dengan orang lain, serta poin-poin lainnya yang disebutkan di atas untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.

Masih punya pertanyaan seputar topik ini? Kamu dapat berkonsultasi dengan dokter secara online melalui layanan Tanya Dokter.

(RPA/AYU)

Cukur bulu kemaluaninfeksi menular seksualpenyakit menular seksual

Konsultasi Dokter Terkait