Kesehatan Bayi

Bayi Susah Menelan, Harus Bagaimana Mengatasinya?

Krisna Octavianus Dwiputra, 21 Okt 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Karena bayi harus minum dan/atau makan, saat ia susah menelan tentu orang tua khawatir. Bagaimana cara mengatasinya?

Bayi Susah Menelan, Harus Bagaimana Mengatasinya?

Karena bayi harus minum ASI, susu, dan/atau makan makanan pendamping ASI (MPASI), susah menelan tentu bikin orang tua khawatir. Tak perlu panik, ada beberapa cara untuk membantu mengatasinya.

Dalam bahasa medis, susah menelan atau gangguan menelan disebut dengan disfagia. Menurut dr. Sepriani Timurtini Limbong dari KlikDokter, gangguan ini bisa terjadi pada siapa saja, mulai dari bayi hingga lansia. Penyebabnya pun beragam.

"Mulai dari bayi lahir prematur, bibir sumbing, pembesaran amandel, hingga masalah yang lebih kompleks seperti gangguan pada saraf otak misalnya cerebral palsy," ujar dr. Sepriani.

Pada sebagian anak, disfagia bisa berarti kesulitan menelan jenis makanan atau cairan tertentu. Namun, ada pula anak yang tidak dapat menelan makanan sama sekali. Gangguan makan dan menelan dapat terjadi sejak proses penerimaan makanan dan minuman di mulut, hingga masuk ke dalam lambung dan usus.

Gangguan menelan ini tidak boleh disepelekan. Sebab, susah menelan dapat menyebabkan aspirasi, yakni masuknya makanan atau cairan ke saluran napas. Aspirasi makanan dapat menyebabkan infeksi paru, seperti pneumonia dan atau gangguan paru serius lainnya.

Selain itu, bayi yang susah menelan dapat mengalami masalah pada tumbuh kembangnya, karena ia akan rentan mengalami kekurangan nutrisi dan dehidrasi.

"Dalam jangka panjang, anak dengan gangguan menelan yang tidak ditangani dengan baik dapat merasa bahwa waktu makan itu sangat membuat stres, sehingga dapat berujung pada gangguan perilaku," kata dr. Sepri.

Kenali empat fase menelan

Pada dasarnya, proses menelan anak dapat dikelompokkan ke dalam empat tahap. Gangguan menelan bisa terjadi pada salah satu atau keempat fase tersebut.

Fase itu adalah:

  • Fase persiapan oral, yaitu fase saat persiapan makanan di dalam rongga mulut dengan mengisap atau mengunyah makanan dan cairan.
  • Fase oral, yaitu tahapan pergerakan makanan ke belakang rongga mulut.
  • Fase faring, yaitu tahap permulaan menelan makanan. Anak perlu menutup saluran napas agar makanan tidak masuk ke saluran tersebut dan mengakibatkan ia tersedak.
  • Fase esofagus, yaitu saat kerongkongan (saluran yang menghubungkan mulut dengan lambung) membuka dan menutup, sehingga makanan dapat diremas dan berjalan ke lambung. Pada kondisi ini, anak bisa muntah jika terjadi gangguan pada kerongkongan.

Normalnya, menurut dr. Sepri, bayi secara bertahap belajar cara menelan yang baik. Misalnya, bayi belajar mengisap, mulai makan makanan semi padat, dan minum menggunakan gelas. Dalam tahap belajar ini, wajar bayi mengalami kesulitan, misalnya tersedak atau makanan dilepeh atau dimuntahkan kembali.

"Hal-hal tersebut biasanya akan membaik seiring waktu. Namun, kondisi ini berbeda pada anak dengan gangguan menelan. Mereka akan terus mengalami kesulitan. Bahkan, beberapa anak hanya mau konsumsi makanan tertentu dan butuh waktu sangat lama untuk makan," kata dr. Sepri.

Ciri-ciri gangguan menelan pada anak

Beberapa bayi yang mengalami disfagia umumnya menunjukkan beberapa ciri. Tanda-tanda yang perlu diwaspadai antara lain:

  • Melengkungkan punggung ketika menyusu.
  • Menangis atau menolak saat menyusu.
  • Penurunan respons ketika menyusu atau makan.
  • Gangguan napas saat makan atau minum.
  • Menolak untuk makan atau minum.
  • Kesulitan mengunyah makanan dengan tekstur yang sesuai dengan usianya. Misalnya, hanya mau makan makanan dengan tekstur tertentu, seperti makanan halus atau makanan garing.
  • Ada gangguan mengunyah.
  • Batuk atau tersedak saat makan.
  • Sering muntah.
  • Mengeluarkan banyak air liur (mengiler) atau keluar cairan dari mulut dan hidung.

Selain tanda-tanda tersebut, bayi dengan gangguan menelan biasanya juga butuh waktu lama untuk makan serta sulit menambah tinggi dan berat badan.

Namun, menurut American Speech-Language-Hearing Association, tidak semua gejala gangguan menelan di atas akan muncul. Gejala yang sangat perlu diwaspadai adalah ketika anak mulai sering muntah, tersedak atau batuk saat makan, dan penolakan untuk memakan makanan yang kasar atau keras.

"Anak dengan gangguan menelan bisa butuh waktu lebih dari 30 menit untuk menghabiskan makanan. Mereka bisa saja mengalami gangguan makan dan napas secara bersamaan hingga mengeluarkan cairan dari mulut dan hidung saat makan," kata dr. Sepri.

Artikel Lainnya: Waspada, Inilah Gejala Batuk Bayi yang Berbahaya

Cara mengatasi bayi susah menelan

Saat bayi mengalami kesulitan menelan, cari tahu dulu penyebabnya. Apakah karena tekstur makanan yang kurang pas, apakah bayi sedang mengalami gangguan di rongga mulutnya (seperti sariawan atau tumbuh gigi), atau disfagia. 

Apabila dalam 3 hari bayi masih mengalami kesulitan menelan, Anda dapat membawanya ke dokter anak untuk mendapatkan penanganan. 

Sebelum membawa bayi ke dokter, Anda dapat mencoba memvariasikan rasa, tekstur, dan suhu makanan lunak untuk bayi di atas 6 bulan. Coba juga berikan mainan yang aman untuk dikunyah dan dibunyikan bayi. Selain itu, biarkan sang bayi bermain dengan makanannya.

Jaga bayi tetap tegak selama setidaknya satu jam setelah makan. Selanjutnya, usahakan agar bayi makan malam setidaknya 3 jam sebelum tidur.

Kesulitan menelan pada anak sama sekali tak boleh disepelekan karena dapat menghambat pemenuhan nutrisi yang ia butuhkan serta tumbuh kembangnya. Paling amannya, konsultasi ke dokter spesialis anak untuk mengetahui penyebab dan cara mengatasinya dengan benar.

[HNS/RN]

BayiSusah MenelanDisfagia

Konsultasi Dokter Terkait