Kesehatan Bayi

Deteksi Dini Tanda dan Gejala Tunarungu pada Bayi

dr. Reza Fahlevi, 28 Sep 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Jangan sampai buah hati Anda mengalami tunarungu tanpa disadari. Ini cara deteksi dini tanda dan gejala bayi tunarungu!

Deteksi Dini Tanda dan Gejala Tunarungu pada Bayi

Bayi yang terlahir dengan kondisi tunarungu tentu akan mengalami gangguan dalam proses pertumbuhannya. Sebab, mereka tidak bisa meniru kata-kata yang dilontarkan orang lain padanya. Padahal, ini penting agar ia dapat mengenal dan belajar kata.

Itulah sebabnya, penting bagi setiap orang tua untuk selalu memantau kondisi buah hatinya. Sehingga, jika sewaktu-waktu mengalami hal yang mengindikasikan adanya kondisi tunarungu, penanganan bisa diberikan sebelum terlambat.

Deteksi dini tunarungu pada bayi

Ada beberapa faktor risiko yang membuat bayi lebih berisiko mengalami tunarungu. Faktor risiko tersebut, antara lain:

  • Adanya riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran
  • Lahir secara prematur 
  • Telah dirawat untuk jangka waktu lama di unit neonatal care intensive unit (NICU)
  • Pernah mendapatkan obat-obatan yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran
  • Mengalami komplikasi saat proses melahirkan
  • Mengalami infeksi telinga berulang
  • Mengalami infeksi yang dapat berdampak pada fungsi pendengaran, seperti peradangan selaput otak (meningitis) atau infeksi cytomegalovirus (CMV). 

Gangguan pendengaran pada bayi dapat dideteksi oleh tanda atau gejala yang sebenarnya dapat dipantau oleh orang tua. Tanda dan gejala tersebut, di antaranya:

  • Bayi tidak terkejut dengan suara keras yang muncul tiba-tiba
  • Tidak mengenali suara orang tua pada usia tiga bulan
  • Tidak menolehkan wajah atau melihat ke arah datangnya suara pada usia enam bulan
  • Bayi tidak mampu menirukan suara atau mengucapkan kata pada usia satu tahun

Bayi dengan tunarungu yang tidak terdeteksi sejak dini akan mengalami gangguan tumbuh kembang, utamanya dalam aspek bicara atau bahasa. Dampak jangka panjangnya adalah kesulitan anak dalam melakukan aktivitas sehari-hari, termasuk saat menempuh pendidikan. 

Hal tersebut tidak berhenti sampai di situ saja. Setelah dewasa, orang dengan tunarungu juga memiliki keterbatasan dalam memilih pekerjaan. 

Lantas, apa yang bisa dilakukan orang tua untuk mencegah terjadinya kondisi itu? Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, rumah sakit biasanya akan melakukan skrining pendengaran setelah bayi lahir. 

Apabila bayi lahir di tempat yang tidak memiliki fasilitas tersebut, orang tua dianjurkan untuk membawa bayi ke rumah sakit yang dilengkapi dengan fasilitas untuk memeriksa pendengaran dalam tiga minggu setelah dilahirkan.

Jika bayi tidak lolos tes pendengaran, jangan buru-buru sedih. Belum tentu buah hati Anda memiliki gangguan pendengaran. Pasalnya, pemeriksaan perlu diulang dalam tiga bulan pertama kehidupan bayi guna mengonfirmasi hasilnya. 

Apabila hasil tes ulangan memang mengatakan bahwa bayi mengalami masalah pendengaran (tunarungu), maka campur tangan oleh dokter spesialis THT akan dimulai. Hal ini khususnya saat bayi berusia enam bulan.

Jangan langsung putus asa saat mendapati kondisi bayi dengan tunarungu. Ingat, tunarungu bukan berarti tidak sempurna. Mereka yang terlahir dengan kondisi ‘spesial’ itu tetap bisa berkarya selama mendapat dukungan penuh dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. 

(NB/ RH)

Bayi
Tunarungu
Gangguan Pendengaran
Hari Tunarungu Internasional