Kesehatan Umum

Apa Manfaat Terapi Oksigen Hiperbarik untuk Olahragawan?

Krisna Octavianus Dwiputra, 21 Sep 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Banyak atlet ternama yang mengandalkan terapi oksigen hiperbarik. Apa saja manfaatnya bagi olahragawan?

Apa Manfaat Terapi Oksigen Hiperbarik untuk Olahragawan?

Olahragawan ternama seperti Cristiano Ronaldo, Novak Djokovic, dan masih banyak lagi mengandalkan terapi oksigen hiperbarik. Sebetulnya, apa saja manfaat terapi ini di bidang olahraga?

Terapi oksigen hiperbarik sebetulnya sudah ditemukan sekitar empat dekade lalu dan direkomendasikan untuk menangani berbagai kondisi medis. Di dunia olahraga, terapi tersebut banyak dimanfaatkan untuk pemulihan tubuh jelang performa selanjutnya atau mengobati cedera  seperti ketegangan otot, ligamen robek, cedera otak traumatis (traumatic brain injury), dan gegar otak.

Apa itu terapi oksigen hiperbarik?

Dikatakan oleh dr. Reza Fahlevi dari KlikDokter, terapi oksigen hiperbarik adalah pemberian oksigen murni dengan kadar 100 persen, dengan tekanan di atas udara normal (2-2,5 tekanan normal).

Ada dua jenis ruangan atau tabung untuk terapi ini, yaitu ruangan yang hanya ditempati oleh satu pasien dan ruangan yang bisa ditempati beberapa pasien sekaligus.

“Terapi oksigen hiperbarik memanfaatkan darah untuk mengantarkan oksigen dengan konsentrasi tinggi jaringan tubuh. Durasi terapi biasanya berlangsung selama 90-120 menit,” jelasnya.

Manfaat terapi hiperbarik untuk olahragawan

Secara luas, terapi oksigen hiperbarik ditujukan secara langsung pada kondisi tubuh yang kekurangan oksigen, mengalami penyumbatan darah, dan pembengkakan jaringan tubuh. Terapi ini dapat digunakan pada berbagai kondisi, di antaranya:

  • Cedera akibat penurunan tekanan mendadak saat menyelam
  • Emboli udara
  • Membantu penyembuhan luka
  • Membantu penyembuhan cangkok kulit
  • Cedera akibat kecelakaan tabrakan
  • Cedera otak
  • Memperlambat cedera akibat radiasi
  • Sakit kepala
  • Masalah pendengaran (tuli mendadak)
  • Penyumbatan pembuluh darah mata
  • Luka pada penderita diabetes
  • Luka bakar
  • Infeksi tulang 

Hanya efek plasebo?

Di Indonesia, terapi oksigen hiperbarik pernah dicanangkan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng jelang SEA Games 2011 Jakarta-Palembang. Ia beralasan, atlet Tanah Air sangat mudah turun staminanya. Oleh karena itu, ia menyarankan terapi tersebut agar staminanya makin kuat.

Pertanyaannya, apakah manfaatnya terapi oksigen hiperbarik sedahsyat itu untuk meningkatkan performa atlet?

“Pemberian terapi oksigen hiperbarik untuk atlet itu banyak yang beranggapan si atlet yang nantinya diberikan oksigen tenaga tinggi, nantinya membuat oksigen dalam darah jadi meningkat. Lalu, delivery oksigen ke jaringan-jaringan tubuh jadi lebih baik, sehingga recovery lebih cepat dan performanya lebih tinggi,” kata dr. Alvin Nursalim, SpPD, dari KlikDokter, menjelaskan.

Hanya saja, dr. Alvin juga mengatakan bahwa sampai saat ini, pemberian terapi oksigen hiperbarik untuk olahragawan masih menjadi tanda tanya. Ada ahli yang percaya, ada juga yang masih sangsi.

Selain itu, penelitian mengenai terapi tersebut juga masih sedikit dan meragukan. Bisa saja terapi oksigen hiperbarik hanya menghadirkan efek plasebo bagi para atlet.

“Sampai sekarang belum ada penelitian yang benar-benar membuktikan hasil terapi tersebut. Sejauh ini, terapi oksigen masih dipercaya menghadirkan efek plasebo saja. Nantinya atlet akan merasa lebih enak dan efek plasebonya bisa meningkatkan performa,” ujarnya.

Cerita sukses terapi oksigen hiperbarik

Meski dikatakan masih meragukan, dilansir dari berbagai sumber, ada cerita sukses beberapa atlet ternama yang berhasil pulih dari cedera lewat terapi oksigen hiperbarik.

Tahun 2004, atlet rugbi asal Amerika Serikat (AS) Terrel Owens divonis tak bisa tampil di ajang Super Bowl XXXIX akibat patah kaki dan cedera ligamen parah di pergelangan kaki kanannya. Namun setelah 7 minggu cedera, ia dinyatakan pulih dan bisa bermain di ajang tersebut.

Menurut sebuah studi di jurnal “Therapeutic Advances in Musculoskeletal Disease” tahun 2011, terapi oksigen hiperbarik punya efek positif pada cedera yang melibatkan otot, tulang, dan ligamen.

Tahun 2017, petenis dunia Novak Djokovic asal Serbia mengaku menggunakan terapi oksigen hiperbarik, salah satunya untuk memulihkan diri dari kelelahan pertandingan tenis yang panjang.

Perenang asal AS Michael Phelps diketahui melakukan terapi oksigen hiperbarik untuk meningkatkan pemulihan tubuh akibat latihan reguler dan intensif. Ia mengaku bahwa seiring bertambahnya usia, kemampuan tubuh untuk memulihkan diri ikut melambat. Karenanya, ia menggunakan terapi tersebut untuk mempercepat prosesnya.

Ada pula atlet rugbi asal AS Bill Romanowski yang menggunakan terapi oksigen hiperbarik untuk pulih dari cedera otak. Pada sebuah wawancara tahun 2009, ia mengungkapkan berbagai cedera yang pernah ia alami dan dampaknya pada kualitas hidupnya. Misalnya mudah lupa, tak bisa berkata-kata dengan jelas, dan lain-lain. Setelah mendapatkan terapi oksigen hiperbarik, ia mengaku bahwa kondisi kesehatannya secara signifikan membaik.

Ingin coba terapi oksigen hiperbarik, ketahui dulu risikonya

Atlet yang ingin mencoba terapi ini boleh saja, tetapi kenali dulu risikonya. Terapi ini sebetulnya merupakan prosedur yang aman dan jarang terjadi komplikasi. Akan tetapi, penting untuk mengetahui potensi risikonya.

  • Rabun jauh sementara (miopia) disebabkan oleh perubahan lensa mata sementara.
  • Cedera telinga tengah, termasuk kebocoran cairan dan pecahnya gendang telinga, karena tekanan udara yang meningkat.
  • Rusaknya paru-paru yang disebabkan oleh perubahan tekanan udara (barotrauma).
  • Kejang akibat terlalu banyak oksigen (keracunan oksigen) di sistem saraf pusat.
  • Dalam keadaan tertentu bisa sebabkan kebakaran karena lingkungan yang kaya akan oksigen dari ruang atau tabung perawatan. Insiden ini pernah terjadi di chamber hiperbarik di RSAL Mintohardjo, Jakarta, tahun 2016.

“Terapi oksigen hiperbarik tidak dapat dilakukan jika ada penyakit paru-paru, mengonsumsi obat-obatan tertentu, mempunyai gangguan pada sel darah merah, demam tinggi, hamil, kejang, dan beberapa kondisi lainnya.” Demikian ditambahkan oleh dr. Reza.

Meski efektivitasnya untuk olahragawan masih dipertanyakan, tetapi tak sedikit yang melaporkan manfaat terapi oksigen untuk pemulihan tubuh dan cedera yang dialami. Jika Anda ingin mencobanya, boleh saja, tetapi bicarakan dulu dengan dokter apakah Anda benar-benar membutuhkan atau boleh menggunakannya atau tidak.

(RN/ RVS)

AtletOlahragawanefek plaseboDiabetesTerapi Oksigen Hiperbarikterapi oksigenLuka Bakar

Konsultasi Dokter Terkait