Menu
KlikDokter
Icon Search
Icon LocationTambah Lokasi KamuIcon Arrow
HomeIbu Dan anakKesehatan BayiKenali 4 Gangguan pada Bayi Jika Ibu Mengalami Trauma Saat Hamil
Kesehatan Bayi

Kenali 4 Gangguan pada Bayi Jika Ibu Mengalami Trauma Saat Hamil

dr. Sepriani Timurtini Limbong, 21 Agt 2019

Ditinjau oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Jika ibu sampai mengalami trauma saat hamil, ada risiko terjadinya gangguan pada bayi di dalam kandungan.

Kenali 4 Gangguan pada Bayi Jika Ibu Mengalami Trauma Saat Hamil

Semua wanita pasti ingin kehamilannya berjalan lancar sampai proses persalinan. Namun hal yang tak diinginkan bisa terjadi, misalnya trauma psikologis. Jika ibu sampai mengalami trauma saat hamil, ada risiko terjadinya gangguan pada bayi di dalam kandungan.

Trauma psikis bisa diakibatkan banyak hal. Mulai dari bencana alam, kehilangan orang terdekat atau anggota keluarga, masalah finansial yang berat, pelecehan seksual, dan lain-lain. Trauma yang dirasakan ini bisa terjadi selama kehamilan dan efeknya bisa dirasakan bayi.

Saat mengalami stres atau trauma, tubuh akan mengeluarkan hormon yang disebut kortisol atau dijuluki hormon stres. Hormon ini dikeluarkan saat tubuh berada dalam kondisi terancam, cemas, atau takut. 

Efeknya adalah jantung berdetak lebih cepat dan darah yang dipompa ke seluruh tubuh lebih banyak. Dalam jangka pendek, hal ini menguntungkan karena membuat tubuh siap untuk menghadapi “ancaman” atau stresor tertentu. Namun, bila trauma yang dihadapi cukup berat dan berkepanjangan, akan menimbulkan sejumlah efek negatif seperti kelelahan kronis, depresi, dan penurunan daya tahan tubuh.

Dampak trauma psikologis pada ibu hamil dan bayi dalam kandungan

Pada ibu hamil, hal serupa dapat terjadi bila mengalami stres. Dampak negatifnya bahkan tidak hanya dialami oleh ibu hamil, tetapi juga janin dalam kandungan. Setidaknya, empat hal berikut bisa terjadi pada janin bila ibu mengalami trauma saat hamil, yaitu:

Berat lahir rendah 

Sebuah penelitian yang dimuat di “British Medical Journal” menunjukkan bahwa kejadian yang membuat ibu merasa stres saat hamil dapat menyebabkan gangguan penyerapan nutrisi. Selain itu, persalinan prematur rentan terjadi.

Akibatnya, bayi akan lahir dengan berat lahir yang rendah (di bawah 2.500 gram). Stres yang dimaksud di sini berbeda dengan kecemasan biasa, melainkan stres yang terjadi akibat kejadian besar yang menimbulkan rasa duka atau ketakutan yang begitu besar.

Bayi dengan berat lahir rendah rentan mengalami berbagai penyakit, perlu usaha ekstra untuk mengejar berat badannya yang ideal, dan berisiko mengalami keterlambatan perkembangan.

Kelahiran prematur

Kelahiran prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu. Ibu hamil yang mengalami stres rentan mengalaminya. Ini karena otot polos rahim akan merespons katekolamin yang dikeluarkan tubuh ibu saat stres. Hormon tersebut membuat otot rahim ibu mudah untuk kontraksi. 

Kontraksi rahim yang terjadi sebelum usia kehailan 37 minggu akan menyebabkan kelahiran prematur. Bayi yang lahir prematur akan memiliki organ tubuh yang belum matang sepenuhnya dan relatif belum siap untuk hidup di luar rahim. Akibatnya, bayi mudah terkena infeksi, rentan mengalami gangguan napas, gangguan jantung, hingga gangguan tumbuh kembang saat ia besar.

Ketuban pecah dini

Ketuban pecah dini merupakan kondisi ketika selaput ketuban bocor dan air ketuban sudah keluar sebelum waktunya persalinan. Hal ini biasanya terjadi akibat infeksi, keputihan yang berat, dan stres atau trauma pada ibu. 

Ibu hamil yang mengalami depresi dan gangguan jiwa pasca trauma memiliki risiko empat kali lebih tinggi mengalami ketuban pecah dini dan komplikasi persalinan lainnya, dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengalami depresi. 

Ketuban pecah dini dapat membahayakan janin. Janin terancam mengalami infeksi, gangguan denyut jantung janin, hingga gawat janin.

Infeksi di dalam rahim

Infeksi dalam rahim (korioamnionitis) merupakan komplikasi yang terjadi setelah ketuban pecah dini. Stres juga dapat memicu infeksi dalam rahim. Kondisi ini ditandai dengan ibu yang mengalami demam tinggi, ketuban berbau atau berwarna hijau, dan denyut jantung janin yang tidak teratur serta gawat janin. 

Jangan pernah sepelekan trauma saat hamil. Jika mengalami trauma, khususnya yang berat dan berkepanjangan, ada risiko terjadi gangguan atau komplikasi tak hanya berbahaya untuk ibu, tetapi juga bayi dalam kandungan. Untuk para ibu hamil, usahakan untuk selalu relaks, nyaman, dan bahagia. Bila mengalami stres, rasa takut, atau perasaan negatif lainnya, berbagilah kepada orang-orang terdekat dan jika perlu konsultasikan dengan dokter untuk memastikan janin tetap sehat.

(RN/ RVS)

Infeksi RahimtraumaStresBayi PrematurBayiStres Saat HamilKontraksi RahimDepresi Saat HamilDepresiBayi Berat Lahir RendahTrauma Saat HamilTrauma PsikologisHamil

Konsultasi Dokter Terkait

Tanya Dokter