HomeIbu Dan anakTips ParentingKenali Plus Minus Anak Main Gawai
Tips Parenting

Kenali Plus Minus Anak Main Gawai

Bobby Agung Prasetyo, 11 Feb 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Ada orang tua yang saklek mengenai penggunaan gawai pada anak, ada pula yang toleran. Kenali plus minus anak main gawai lewat artikel ini.

Kenali Plus Minus Anak Main Gawai

Teknologi mengantar umat manusia pada gerbang dunia baru yang lebih modern dan serba terintegrasi. Kini, semua kelompok usia rasanya tak lepas dari gawai, baik dewasa maupun anak-anak. Mungkin tak jarang Anda disuguhi pemandangan anak-anak duduk anteng dengan gawai di tangannya, bahkan tanpa pengawasan orang tua. Sebetulnya ini boleh atau tidak? Mari kenali plus minus anak main gawai.

Menurut dr. Dyah Novita Anggraini dari KlikDokter, penggunaan gawai memang bisa mendukung perkembangan kecerdasan dan pendidikan anak. Namun, banyak orang tua yang memanfaatkannya sebagai “jalan pintas”.

“Misalnya berbagai fitur dan aplikasi anak yang bisa dengan mudah diunduh dimanfaatkan orang tua untuk menenangkan anak yang rewel,” jelasnya.

Nilai plus anak main gawai

Penggunaan gawai pada anak memang tak selalu memberikan dampak buruk. Dilansir dari Lifehack, Profesor Mark Brown, direktur National Center for Teaching and Learning di Universitas Massey, Selandia Baru, menilai anak sebaiknya belajar menggunakan gawai seperti komputer atau tablet. Menurutnya, nantinya ini penting untuk mengembangkan kecakapan teknologi untuk karier atau pekerjaannya di masa depan.

  • Orang tua bisa mendapatkan kedamaian dan ketenangan yang dibutuhkan

Ada banyak sekali aplikasi yang bisa dengan mudah diunduh, mulai dari aplikasi pembelajaran, alfabet, hewan peliharaan virtual, puzzle, gim fitness anak, dan masih banyak lagi. Anda sebagai orang tua dapat menggunakan aplikasi tersebut kepada anak saat jalanan sedang macet di jalanan. Nilai plusnya, Anda yang mungkin tengah stres di balik kemudi butuh ketenangan paling tidak selama 5 menit.

  • Membantu perkembangan otak dan meningkatkan kegiatan belajar anak

Ada beberapa aplikasi gawai yang berguna untuk memfasilitasi upaya perkembangan otak dan meningkatkan kegiatan belajar anak. Misalnya, puzzle jenis sudoku, buku cerita interaktif dalam format 3D, flashcards nama-nama hewan, dan masih banyak lagi.

Nyatanya, ada banyak sumber informasi di luar sana untuk anak. Tak hanya dapat menambah pengetahuan anak, tapi juga dapat membantu anak jadi cerdas menggunakan teknologi. Bukan tak mungkin di waktu mendatang tugas atau pekerjaan rumah anak saat SMA atau kuliah akan berkutat dengan riset, internet, atau aplikasi pendukung lainnya. Inilah kenapa mengenalkan teknologi kepada anak sejak dini bisa membuatnya memahami kemajuan teknologi.

  • Musik, buku, dan interaksi digital

Kini anak-anak bisa dengan mudahnya mendengarkan musik klasik dan belajar main musik hanya dengan bantuan tombol pada gawai. Anak juga dapat menggunakan perangkat seperti Bluetooth, headphone, mendengarkan audio book, atau menggunakan buku interaktif untuk anak-anak yang usianya lebih kecil.

Mendengarkan musik diketahui dapat meningkatkan memori anak. Juga ditemukan bahwa anak akan bisa mengingat lebih baik jika terdapat irama musik (Sawyers & Hutson-Brandhagen, 2004). Lebih dari itu, ekspos terhadap musik bisa membuat anak mengembangkan ritme, koordinasi, serta membantu mereka menciptakan bentuk komunikasi lain lewat musik (Ferguson, 2005).

Nilai minus anak main gawai

Manfaat-manfaat di atas bisa didapat jika terdapat pengawasan orang tua atau pengarahan untuk menggunakan gawai secara pintar dan bijak. Nah, jika anak terlalu sering diberikan gawai, apalagi tanpa adanya pengawasan orang tua, alih-alih mendapatkan manfaat, yang didapat bisa sebaliknya.

  • Rentan terjadi cyber bullying dan ekspos terhadap “predator” 

Anak-anak adalah target empuk predator seksual dan perundungan (bullying) online. Dengan sudah banyaknya kasus, orang tua harus berhati-hati dan mewaspadai kegiatan online anak. Bahkan, beberapa orang tua tak menyadari fenomena ini. Menurut data dari DoSomething.org, hampir 43 persen anak di-bully secara online, 1 di antara 4 anak mengalaminya lebih dari sekali tahun ini. Mengerikannya lagi, jumlah kasus bunuh diri anak akibat cyber bullying di Amerika Serikat (AS) cukup bikin orang tua khawatir.

Biro Investigasi Federal AS (FBI) bahkan mengeluarkan pernyataan bahwa anak-anak bisa menjadi target predator lewat cyber chat, apalagi jika anak menghabiskan waktu lama di sana dan sering dilakukan larut malam. Di Indonesia sendiri, belajar dari kasus yang pelaku pedofilia seperti grup “Official Candy’s Group” yang bikin heboh beberapa tahun lalu, peran orang tua untuk mengontrol anak, memantau aktivitas anak secara cermat, termasuk juga berhati-hati saat mengunggah konten yang berhubungan dengan anak di akun media sosial orang tua.

  • Menyebabkan gangguan pada anak 

Soal penggunaan teknologi pada anak, harus ada pengawasan dari orang tua. Dikatakan oleh Mali Mann, profesor klinis psikiatri tambahan dari Universitas Standford, AS, main gawai berkepanjangan (selama berjam-jam) dan terlalu menyenanginya dapat menyebabkan anak mengalami disorientasi, kegelisahan, serta “mati rasa” secara emosional, seperti dilansir di Lifehack.  Anak-anak yang terlalu mengandalkan teknologi bisa membuat mereka kecanduan teknologi.

Ditambahkan oleh dr. Dyah, gawai juga bisa memicu perilaku buruk pada anak seperti:

  • Gangguan kepribadian ambang (borderline personality disorder) dan gangguan mood
  • Peningkatkan agresivitas
  • Mengurangi kepekaan emosi
  • Menumbuhan sikap kurang empati
  • Anak mudah berbohong
  • Anak menjadi introvert
  • Menggantikan interaksi antarmanusia yang sesungguhnya atau penarikan sosial 

Jika anak terlalu sering main gim, misalnya, ini bisa merampas waktu bermainnya atau bersosialisasi dengan teman-teman maupun orang tua. Jika dibiarkan, ini bisa mengakibatkan penarikan sosial yang negatif.

Banyak ahli yang mengatakan bahwa anak-anak perlu waktu bermain yang “tradisional” alias bukan dengan gawai, melainkan dengan teman-temannya. Peter Gray, psikolog dan profesor riset dari Boston College, AS, menyebut, kurangnya waktu bermain ini bisa berujung pada narsisisme, dan hilangnya kreativitas.

Pastikan anak memanfaatkan gawai secara aman dan tepat

Supaya anak tak mendapatkan dampak buruk dari penggunaan gawai, dr. Nitish Basant Adnani, BMedSc, MSc, dari KlikDokter, menganjurkan bahwa Anda sebagai orang tua harus memastikan hal-hal di bawah ini:

  1. Batasi waktu penggunaan gawai, misalnya 1-2 jam setiap harinya. Tentukan juga jam-jam anak boleh menggunakan gawai, misalnya pada jam istirahat sore hari.
  2. Tentukan area bebas gawai di rumah, misalnya ruang tidur dan meja makan.
  3. Selalu pantau konten yang diakses anak secara berkala. Ini penting untuk memastikan penggunaan gawai yang bermanfaat, demi pertumbuhan, perkembangan, serta mengasah kemampuan kognitifnya.

Jadi, penggunaan gawai anak punya nilai plus dan minus, dan ini tak bisa lepas dari peran orang tua yang turut mengawasi aktivitas mereka dengan gawai dan teknologi. Selalu dampingi anak, bantu ia mengembangkan diri, serta awasi dengan melakukan langkah-langkah di atas. Sehingga, nantinya anak yang main gawai akan merasakan manfaat yang sesungguhnya demi tumbuh kembangnya secara optimal, bukan sebaliknya.

(RN/ RVS)

Bullyingpola asuhAnakTumbuh kembangAnak BelajarCyber Bullyinggawaiperkembangan otakAnak Main GawaiGangguan pada Anak

Konsultasi Dokter Terkait