Kesehatan Anak

Strategi Hadapi Anak yang Terlalu Cepat Dewasa

dr. Sepriani Timurtini Limbong, 27 Okt 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Temukan pola asuh terbaik untuk menghadapi karakter anak yang cepat dewasa lewat pemaparan berikut ini.

Strategi Hadapi Anak yang Terlalu Cepat Dewasa

Kebanyakan orang beranggapan masa anak-anak berakhir di usia 16 atau 17 tahun. Hal tersebut sejalan dengan apa yang tercantum dalam Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dimana batasan usia anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun. Namun, batasan usia tersebut nampaknya sudah jauh berubah. Anak-anak saat ini menjadi cepat dewasa.

Ketika Anak Cepat Berperilaku Seperti Orang Dewasa

Sebuah situs terkenal untuk kaum ibu di Inggris, Netmums, membuat survei mengenai masa anak-anak. Hasil yang diperolehnya cukup mengejutkan. Sebagian besar orang tua yang mengisi survei tersebut menyatakan bahwa masa anak-anak modern (modern childhood) kini berakhir di usia 12 tahun.

Hal ini dikarenakan anak-anak mereka menolak disebut sebagai 'anak' atau diperlakukan layaknya anak kecil saat mereka sudah berusia 12 tahun. Di usia ini, anak laki-laki sudah ingin dipandang sebagai lelaki maskulin dan macho. Sementara bagi anak perempuan, berat badan, warna kulit, dan penampilan menjadi segala-galanya.

Mereka menganggap berbagai hal tersebut penting agar dapat diterima oleh teman sebayanya. Tekanan sosial untuk mendapat penerimaan dari kelompoknya (peer group) sudah begitu membebani mereka, sebelum tiba waktu seharusnya untuk berpikir demikian.

Anak masa kini nyatanya telah memikirkan hal-hal yang secara emosional seharusnya tidak perlu dihadapi oleh seorang anak.

Para orang tua meyakini media massa berperan dalam hal ini, baik cetak, elektronik, maupun online. Penampilan dan gaya hidup para artis di media tersebut memperlihatkan pada anak tentang standar penampilan yang harus dicapai untuk dapat diterima secara sosial.

Ditambah lagi, berbagai lagu dan video musik yang didengar anak saat ini bukan lagi lagu anak, melainkan lagu dengan lirik yang menyiratkan hal-hal dewasa, yang seharusnya belum menjadi konsumsi anak.

Atasi sebelum terlambat

Sekilas, fenomena anak yang cepat dewasa mungkin tampak sederhana. Tetapi sebenarnya ada beberapa dampak yang dapat ditimbulkan bila Anda sebagai orang tua tak lekas bertindak.

Misalnya, anak jadi rentan mengalami bullying, terutama bila penampilannya berbeda, merasa kesepian, depresi, hingga kemudian lari ke perilaku agresif negatif seperti konsumsi obat-obat terlarang, rokok, alkohol, judi, dan seks bebas.

Bagaimana tidak? Masa anak-anak yang seharusnya penuh imajinasi dan diisi dengan bermain diganti dengan berbagai himpitan dan tekanan untuk mengikuti zaman. Lantas, adakah yang bisa dilakukan oleh orang tua?

Beberapa hal ini dapat menjadi strategi Anda untuk ‘memperpanjang’ masa kanak-kanak sang buah hati. Dengan demikian, si Kecil dapat menjalani masa kecilnya secara normal.

  • Ketahui Waktu yang Tepat Memberikan Ponsel

Karena pengaruh lingkungan, banyak orang tua yang memberikan ponsel pintar kepada anak tanpa sadar bahwa hal tersebut akan berakibat buruk bila tidak dikelola dengan bijak. Usia yang tepat untuk memberikan ponsel pada anak sebenarnya adalah saat ia berusia 14 tahun. Karena di usia tersebut anak sudah mampu bertanggung jawab dan memiliki kecerdasan emosi yang baik. Memberikan ponsel sebelum usia 12 tahun hanya akan berisiko memunculkan dampak negatif pada anak.

  • Buat Aturan Screen Time

American Academy of Pedatrics dengan jelas menyatakan bahwa anak usia 0-18 tahun tidak dianjurkan terpapar layar gawai ataupun televisi, kecuali video call. Untuk usia 18-24 bulan, boleh menonton program khusus anak yang berkualitas dengan pendampingan penuh. Pada usia 2 hingga 5 tahun, anak boleh menggunakan gawai atau menonton televisi selama 1 jam setiap hari dengan catatan program yang ditonton adalah program yang edukatif dan tetap diawasi oleh orang tua.

Artikel Lainnya: Anak Sering Dengar Lagu Dewasa, Apa Efeknya?

Di atas usia 6 tahun, orang tua dan anak boleh mulai membuat kesepakatan mengenai waktu menonton atau menggunakan gawai dan program apa saja yang boleh disaksikan oleh anak. Sebagai alternatif, perbanyak aktivitas di luar rumah dan usahakan saat bersama anak, Anda pun tidak memegang gawai.

  • Batasi Penggunaan Media Sosial

Bagaimanapun anak merayu dan merajuk, hindari membuat akun media sosial untuknya sebelum ia berusia 13 tahun. Selain ia belum matang secara emosi, aturan pembuatan akun dalam media sosial pun mengharuskan penggunanya berusia minimal 13 tahun.

Selain itu, saat anak sudah memiliki akun media sosial pribadi, ajarkan ia untuk menjaga keamanan dirinya, tidak membagikan informasi personal di media sosial, dan buat kesepakatan mengenai batasan waktu menggunakan media sosial.

  • Dengarkan Anak

Salah satu karakteristik anak usia menjelang remaja adalah keinginan kuat untuk menunjukkan jati diri dan bebas dari bayang-bayang orang tua. Karena itu, Anda tidak bisa menghadapi mereka dengan berbagai instruksi seperti saat ia kecil.

Ajak anak bicara, diskusikan topik-topik terkini seputar kehidupan remaja, dengarkan pendapatnya, dan jangan langsung mengintimidasi. Melalui percakapan sederhana, Anda dapat memasukkan nilai moral yang baik kepadanya.

Informasi dan paparan media terhadap anak memang seakan tak terbendung lagi. Tak heran, saat ini anak cepat dewasa. Tapi, bukan berarti Anda tak bisa mengatasinya. Anda bisa memaksimalkan masa anak-anak si Kecil dengan melakukan berbagai strategi di atas. Dengan pola asuh dan pendampingan yang maksimal, tumbuh kembang anak pun akan berjalan dengan optimal.

[NP/ RVS]

Tumbuh Kembang AnakBullyingMedia SosialRemajapola asuhAnakkarakter anakEmosionalgawaiAnak Cepat Dewasa

Konsultasi Dokter Terkait