HomeGaya hidupDiet dan Nutrisi5 Kesalahan yang Sering Dilakukan Saat Diet Intermittent Fasting
Diet dan Nutrisi

5 Kesalahan yang Sering Dilakukan Saat Diet Intermittent Fasting

dr. Melyarna Putri, 22 Okt 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Program diet intermittent fasting banyak dilakukan untuk menurunkan berat badan. Sayangnya beberapa orang masih melakukan kesalahan.

5 Kesalahan yang Sering Dilakukan Saat Diet Intermittent Fasting

Intermittent fasting atau juga disebut diet puasa, terbukti dapat menurunkan berat badan, menghilangkan lemak tubuh, dan memperbaki sensitivitas insulin. Namun tidak selamanya diet ini lebih unggul. Beberapa kesalahan fatal bisa menyebabkan diet ini menjadi tidak berhasil.

Penyebab program diet intermittent fasting gagal

Dengan mengatur pola makan, kamu bisa menurunkan berat badan secara signifikan. Poin inilah yang kemudian membuat orang berbondong-bondong melakukan diet puasa. Namun, menjalankan program diet dengan cara yang tidak tepat justru dapat membuat dietmu percuma. Jadi, hindari beberapa hal berikut saat melakukan diet intermittent.

Memilih pola diet yang salah

Ada lebih dari satu jenis diet intermittent. Periode puasa pada diet ini ada yang dilakukan dua kali dalam seminggu dan ada yang dilakukan secara bergantian. Misalnya bila hari ini berpuasa, esok harinya makan secara normal. Selain itu, pemilihan durasi berpuasa dalam diet ini juga beragam.

Bila kamu adalah seorang pekerja atau pelajar, memiliki aktivitas bersama keluarga yang padat, punya jadwal berolahraga yang rutin, menetapkan pola diet 2 hari puasa dan 5 hari bebas makan agaknya tidak mudah untuk dilakukan.

Sebab, saat beraktivitas kamu membutuhkan gula supaya bisa berpikir dengan jernih. Tak heran, banyak yang memilih untuk menerapkan pola diet 16 jam berpuasa dan 8 jam boleh makan setiap harinya. Jadwal makan ini disesuaikan dengan waktu saat beraktivitas.

Terburu-buru mencapai target

Tubuh perlu penyesuaian terhadap kebiasaan baru, termasuk kebiasaan makan. Apabila kamu terbiasa sarapan jam 8 pagi, maka jangan paksakan pada jam tersebut harus berpuasa. Tubuh memerlukan asupan gula untuk beraktivitas, sehingga kebiasaan sarapan sangat penting.

Sesuaikan dan latihlah tubuh untuk menjalankan kebiasaan baru secara bertahap. Misalnya, awali dengan puasa 12 jam, lalu bertahap hingga menjadi 16 jam. Tak perlu terburu-buru, naikkan durasinya secara bertahap selama setengah jam setiap harinya.

Selanjutnya

Memilih jenis makanan yang salah

Pada fase bebas atau fase makan normal, pilih jenis makanan yang tepat, sehingga bisa menjaga rasa kenyang lebih lama. Jenis makanan yang mempertahankan kenyang lebih lama misalnya sayuran, buah, sumber protein, sumber lemak baik, dan sumber makanan yang mengandung kadar serat tinggi.

Sensasi kenyang yang bertahan lama tersebut membuat fase puasa akan lebih mudah dijalani. Sedangkan, bila kamu mengonsumsi makanan yang lebih cepat menimbulkan lapar berjenis karbohidrat simpleks seperti minuman manis, makanan manis, dan makanan berbahan dasar tepung, kamu akan mudah lapar.

Tak hanya itu, berbagai makanan tersebut justru dapat meningkatkan kadar gula darah, sehingga membuatmu rentan terkena diabetes.

Makan terlalu sedikit

Ingat, saat periode biasa atau makan normal, tubuh harus memenuhi kebutuhan nutrisi untuk menjalani fase puasa. Oleh sebab itu, walaupun targetmu adalah menurunkan berat badan, kamu tidak boleh makan terlalu sedikit.

Pilih makanan yang tepat, sehingga dapat mempertahankan rasa kenyang lebih lama. Terkadang beberapa orang merasa karena tengah berdiet, maka pada fase normal pun tidak berani makan sama sekali.

Rasa kelaparan yang timbul ini tidak baik. Hal ini karena dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang mengakibatkan hiperfagia atau pola makan berlebihan di kala fase normal tiba.

Artikel Lainnya: Kenapa Orang Mudah Marah Saat Lapar? Ini Faktanya

Makan terlalu banyak

Makan terlalu banyak ketika periode normal juga menimbulkan dampak yang tidak sehat. Terlalu banyak makan di fase normal justru akan menyebabkan kamu mudah kelaparan pada periode puasa.

Kelaparan saat fase puasa menyebabkan pola diet ini cepat gagal. Sebab, pola diet “berpesta” saat fase normal ini juga akan menyebabkan tubuh sulit beradaptasi ketika memasuki fase puasa.

Diet jenis intermitten fasting sangat bagus untuk dilakukan apabila pelaksanaannya tepat. Bila tidak, alih-alih menurunkan berat badan, suasana hati kamu justru bisa memburuk selama berdiet. Agar berhasil menjalani diet ini, pilihlah jenis makanan yang tepat selama periode bebas, makan dengan jumlah tepat, tidak terburu-buru mengejar target, dan menerapkan diet secara bertahap, disesuaikan dengan gaya hidup saat ini.

Kamu juga bisa konsultasi seputar diet atau kondisi medis lainnya lewat fitur tanya dokter online di KlikDokter. Yuk, mulai sekarang #JagaSehatmu dengan download aplikasi KlikDokter untuk mengikuti informasi seputar kesehatan terkini.

[NP/ RVS]

Menurunkan Berat BadanPola MakanIntermittent Fastingkadar gulaDiet PuasapuasaDietDiabetesPuasa Intermittent

Konsultasi Dokter Terkait