Pernapasan

Pencegahan Tuberkulosis, Ini yang Perlu Anda Tahu

Ruri Nurulia, 29 Sep 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Hingga kini, tuberkulosis masih makan korban, khususnya di negara-negara berkembang. Pencegahan adalah cara terbaik untuk hentikan laju angka kejadiannya.

Pencegahan Tuberkulosis, Ini yang Perlu Anda Tahu

Meski tuberkulosis (TB) merupakan penyakit ‘tua’ yang kemunculannya lebih dari 2.000 tahun lalu, hingga kini TB masih menjadi masalah kesehatan masyarakat skala global dan nasional. Karena komplikasi TB berbahaya, bahkan menyebabkan kematian, langkah-langkah pencegahan tuberkulosis berperan krusial.

Menurut Global Tuberculosis Report 2017 yang disusun oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), TB masih menjadi 1 dari 10 penyebab kematian di seluruh dunia peringkat 9, dan menjadi penyebab kematian karena infeksi infeksi tertinggi di seluruh dunia di atas HIV/AIDS. Data epidemiologi dari WHO, tercatat 10.400.000 orang menderita TB dan 1,7 juta di antaranya meninggal dunia.

TB adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru. Jika tidak ditangani dengan tepat, TB dapat dapat memicu komplikasi yang serius di organ lain seperti tulang dan otak, bahkan bisa sebabkan kematian. Beberapa komplikasi yang sering ditemukan antara lain: kerusakan tulang dan sendi, kerusakan otak, kerusakan hati dan ginjal, kerusakan jantung, gangguan mata, hingga resistensi kuman.

Meskipun merupakan penyakit yang tergolong serius, tapi bukan berarti TB tak bisa dicegah. Dirangkum dari berbagai sumber, ikuti langkah-langkah pencegahan yang dipaparkan di bawah ini.

1. Ketahui apakah Anda berisiko tinggi terkena tuberkulosis

TB paling banyak menyerang dewasa usia produktif. Meski demikian, setiap usia berisiko. Lebih dari 95 persen kasus dan kematian terjadi di negara-negara berkembang. Risiko terkena TB pun kian tinggi—20 hingga 30 kali—pada orang-orang yang terinfeksi HIV. Risiko TB aktif pun makin besar pada seseorang yang menderita kondisi lain yang merusak sistem kekebalan tubuh.

Tak hanya itu, satu juta anak-anak (usia 0-14 tahun) menderita TB, dan WHO mencatat 230.000 anak-anak (termasuk anak-anak dengan HIV) meninggal dunia tahun 2017. Perokok pun juga berisiko tinggi terkena TB, bahkan bisa akibatkan kematian. Sebanyak 7,9 persen kasus TB di seluruh dunia disebabkan oleh merokok.

Mereka yang juga berisiko termasuk pecandu narkoba dan alkohol, orang yang tinggal di daerah padat penduduk dan panti jompo, orang yang sering berkontak langsung dengan penderita TB, tenaga medis, dan turis yang datang ke negara dengan angka kasus TB tinggi.

2. Waspadai penderita TB di sekitar Anda

Jika ada keluarga, teman, atau tetangga yang terkena TB, bukan berarti Anda harus menjauhi mereka. Hal yang terpenting adalah mengetahui sumber penularan lalu menghindarinya.

“Karena penyakit ini menular melalui droplet atau udara, penderita sebaiknya menggunakan masker, membuang dahak di tempat yang dapat langsung dialiri air (jangan meludah sembarangan di jalanan atau tempat umum), menutup mulut ketika batuk atau bersin, serta saling pinjam atau bertukar alat makan alat pribadi lainnya dengan orang yang sehat,” imbau dr. Theresia Rina Yunita dari KlikDokter.

Jika ada penderita TB di rumah, gunakan masker agar Anda tetap bisa dekat dengan penderita dan membantu merawatnya tanpa khawatir tertular.

3. Kenali gejala TB

Dengan mengenali gejala TB, Anda akan lebih awas terhadap diri sendiri. Artinya, ketika menemukan gejala yang mirip, Anda bisa segera memeriksakan diri ke dokter sehingga bisa ditangani dengan cepat.

Berdasarkan pernyataan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, gejala TB dibagi menjadi dua, yaitu:

  • Gejala utama pasien TB baru: batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih.
  • Gejala tambahan:

- Batuk berdarah atau dahak bercampur darah

- Sesak napas, badan lemas, malaise (perasaan kurang sehat dan lesu, yang mendahului timbulnya keadaan sakit yang lebih gawat)

- Nafsu makan menurun, sehingga berat badan menurun

- Berkeringat pada malam hari tanpa didahului aktivitas fisik

- Demam meriang lebih dari 1 bulan

Pada TB ekstra paru, gejala dan keluhan bergantung pada organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB, serta deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB, dan lain-lain.

4. Segera vaksin BCG

Dikatakan oleh dr. Theresia, vaksin BCG dapat melindungi anak-anak maupun orang dewasa dari TB (khususnya yang hidup atau mengunjungi negara-negara dengan kasus TB cukup tinggi), dan vaksin ini telah masuk dalam imunisasi wajib pemerintah. Untuk anak-anak, lakukan imunisasi sesuai jadwal untuk mencegah terjadinya TB di kemudian hari.

5. Jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan

Jika Anda merasa mengalami gejala TB, jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan atau tes agar bisa terdiagnosis secara dini. Tes yang dimaksud adalah tes dahak, tes kulit tuberkulin, dan rontgen paru.

6. Jika Anda sudah terlanjur terkena TB, cegah penularannya

Terdiagnosis TB jangan sampai membuat Anda berkecil hati. Ingat, TB bisa sembuh! Selain fokus pada penyembuhan diri, Anda juga harus sebisa mungkin mencegah penularan TB ke orang-orang sekitar dengan melakukan langkah-langkah ini:

  • Meski pengobatan TB bisa berlangsung selama 6-12 bulan, sangat pentung untuk disiplin dalam minum obat seperti yang diresepkan dokter secara terjadwal, bahkan jika penderita sudah merasa lebih baik. Jika tidak, penderita bisa sakit lagi.
  • Jika Anda memiliki kuman di TB di tubuh tapi mereka belum aktif, dalam istilah medis ini dikenal sebagai TB laten. Pada kondisi ini Anda tak menularkan penyakit tapi dokter akan tetap merekomendasikan Anda untuk minum obat agar kuman tidak menjadi aktif.

Ikuti juga tips ini untuk mencegah orang lain tertular TB selama beberapa minggu pertama pengobatan Anda, sampai dokter mengatakan kondisi Anda tak lagi menular.

  • Patuhi pengobatan seperti yang diresepkan sampai dokter menyatakan Anda sembuh.
  • Kontrol rutin ke dokter.
  • Selalu menutup mulut dengan tisu saat batuk atau bersin. Buang tisu bekas ke dalam kantong plastik, tutup atau ikat, lalu buang ke tempat sampah.
  • Cuci tangan setelah batuk atau bersin.
  • Jangan mengunjungi orang lain atau jangan mengundang orang untuk menjenguk Anda.
  • Liburkan diri dari kantor atau sekolah, atau jangan dulu bepergian ke ruang publik. Berisirahatlah di rumah.
  • Gunakan kipas angin atau buka jendela agar kuman bisa dibuang ke luar.
  • Jangan gunakan moda transportasi umum.

 7. Terapkan perilaku bersih dan sehat sejak dini

Perilaku bersih dan sehat juga dapat membantu melindungi Anda dan keluarga dari TB, antara lain:

  • Lakukan olahraga secara rutin untuk tingkatkan sistem metabolisme dan kekebalan tubuh.
  • Istirahatlah secara cukup. Kurang istirahat, misalnya karena kebiasaan begadang, dapat melemahkan tubuh dan bikin Anda mudah lelah dan cepat sakit. Istirahat yang berkualitas menjadikan tubuh lebih siap menghadapi bakteri, termasuk bakteri TB.
  • Pastikan menu harian Anda mengandung nutrisi lengkap dan seimbang, terutama konsumsi makanan yang kaya akan asam lemak esensial omega-3 yang penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
  • Jauhi rokok dan alkohol.
  • Jaga kebersihan lingkungan sekitar. Pastikan rumah memiliki sanitasi yang memadai. Bukalah jendela setiap pagi, pastikan got dan saluran air mengalir lancar, serta jadikan lingkungan sekitar bersih dan tertata dengan rapi. Tempat tinggal yang bersih, hijau, dan sehat tak hanya menjauhkan diri dari bakteri penyebab TB (dan bakteri lainnya), tapi juga membuat badan lebih sehat dan bikin betah!

Meski masih terjadi, tuberkulosis tak perlu ditakuti, tapi diwaspadai. Waspada di sini berarti kenali cara pencegahan tuberkulosis, sehingga penularan penyakit ini bisa ditekan seminimal mungkin. Indonesia bebas TB? Bisa!

(RH)

TBPencegahan TuberkulosisTuberkulosis

Konsultasi Dokter Terkait