Diet dan Nutrisi

Apakah Pemanis Buatan Lebih Sehat dari Gula?

dr. Nadia Octavia, 24 Jul 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Pemanis buatan menjadi alternatif pengganti gula, khususnya bagi mereka yang memiliki diabetes mellitus.

Apakah Pemanis Buatan Lebih Sehat dari Gula?

Untuk pelaku diet hingga penderita diabetes mellitus, pemanis buatan pastinya sudah menjadi asupan sehari-hari. Sebagai alternatif pengganti gula, pemanis buatan yang beredar di pasaran dianggap cocok bagi mereka yang ingin menerapkan gaya hidup sehat, tapi tetap ingin merasakan yang manis-manis. Namun, apakah pemanis buatan ini lebih sehat?

Seperti dilansir Harvard Medical School di Amerika Serikat, terdapat lima pemanis buatan yang disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat atau FDA (Food and Drugs Association), yaitu sakarin, acesulfame, aspartam, neotame, dan sukralosa.

Selain lima jenis pemanis buatan tersebut, terdapat satu pemanis buatan rendah kalori dari bahan alami yang juga telah disetujui, yaitu stevia. Pemanis buatan ini juga sering kali ditambahkan pada makanan atau minuman tertentu (semisal minuman bersoda rendah kalori) sebagai alternatif pengganti gula.

Batasan konsumsi pemanis buatan

Mengurangi gula dan menggantinya dengan pemanis buatan memang dapat memangkas glukosa berlebih dari gula pasir. Dalam penggunaan jumlah sedikit saja, pemanis buatan sudah menghasilkan rasa manis yang setara dengan gula pasir namun dengan kalori yang tentunya lebih rendah.

Namun, konsumsi pemanis buatan jika berlebihan juga dapat menyebabkan timbulnya berbagai efek samping, seperti: perut kembung, sering buang gas, diare, dan mudah lapar. Selain itu, tak semua orang diperbolehkan mengonsumsi pemanis buatan, seperti pada orang yang memiliki kondisi genetis fenilketonuria dan anak di bawah usia 3 tahun.

The European Food Safety Authority menetapkan batas maksimum konsumsi pemanis buatan dalam sehari. Semisal dalam penggunaan pemanis buatan aspartam, seorang dewasa (dengan berat rata-rata 70 kg) dapat mengonsumsi maksimal 40 sdt pemanis buatan setiap harinya. Sedangkan anak-anak (dengan berat rata-rata 23 kg) dapat mengonsumsi pemanis buatan maksimal 13 sdt setiap harinya.

The American Heart Association (AHA) dan American Diabetes Association (ADA) juga memperbolehkan konsumsi pemanis buatan sebagai pengganti gula untuk mengurangi risiko obesitas, sindroma metabolik, diabetes dan faktor risiko penyakit jantung asalkan dikonsumsi dalam takaran yang tepat.

Minuman dengan pemanis buatan, sehat?

Pemanis buatan dapat menjadi salah satu alternatif pengganti gula bagi Anda yang menderita diabetes. Tak seperti gula pasir, pemanis buatan tidak meningkatkan kadar gula darah Anda secara drastis karena tidak termasuk karbohidrat. 

Namun, berbeda halnya dengan pemanis buatan dalam kandungan minuman tertentu (seperti minuman bersoda). Menurut studi yang dipublikasikan oleh American Diabetes Association, konsumsi minuman soda diet (yang mengandung pemanis buatan) meningkatkan risiko sindrom metabolik 36% lebih tinggi dan risiko diabetes tipe 2 67% lebih tinggi.

Jadi ketika memilih alternatif pengganti gula seperti pemanis buatan, sebagai konsumen Anda sebaiknya bersikap lebih kritis. Mengonsumsi pemanis buatan ibarat pisau bermata dua. Meski pemanis buatan dapat membantu Anda mengontrol berat badan dan mengurangi kadar gula, namun tetaplah gunakan sesuai dosis dan tidak berlebihan.

Makanan atau minuman yang berlabel bebas gula atau sugar free bukan berarti bebas kalori. Jika Anda mengonsumsi makanan sugar free berlebihan, berat badan tentu saja juga bisa bertambah karena kandungan zat gizi lain di dalamnya yang mengandung kalori. Selain itu konsumsi makanan olahan (yang biasanya mengandung pemanis buatan) tidak memiliki manfaat sehat dan kandungan nutrisi yang sama seperti gula alami dalam buah-buahan atau sayuran.

[RS/ RVS]

diabetes mellitusPemanis Buatangula

Konsultasi Dokter Terkait