Relationship

Kenali Tanda-Tanda Toxic Relationship

Bobby Agung Prasetyo, 20 Jun 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Sebuah hubungan diharapkan bisa memberikan rasa cinta, nyaman dan bahagia. Namun bagaimana jika Anda mengalami toxic relationship?

Kenali Tanda-Tanda Toxic Relationship

Apa pun dengan embel-embel “toxic” pastilah bukan sesuatu yang baik, begitu juga dengan toxic relationship. Meski kerap tak disadari, kondisi hubungan yang “beracun” ini tak jarang terjadi. Sebagai gambaran, sudah nonton film berjudul “Posesif” yang meraih penghargaan Festival Film Indonesia tahun lalu? Itulah sedikit gambaran mengenai toxic relationship.

Sebetulnya tak hanya Anda dan pasangan, istilah toxic relationship merujuk pada kondisi ketika hubungan Anda dan pihak lain, seperti teman atau rekan kerja, sudah tak sehat lagi. Lillian Glass, ahli komunikasi dari psikologi asal Amerika Serikat (AS) dalam bukunya yang berjudul “Toxic People” menyatakan bahwa, “Toxic relationship adalah hubungan antara satu sama lain yang sudah tak saling mendukung, yang mana ketika terjadi suatu konflik salah satu dari mereka berusaha untuk melemahkan yang lain. Selalu ada persaingan tak sehat, sikap tak hormat, dan kurangnya kekompakan,” terangnya seperti dikutip di laman Time.

Sebuah hubungan, baik hubungan percintaan maupun pertemanan, memang dinamikanya bisa pasang surut. Namun, apa yang terjadi dalam toxic relationship amat berbeda. Kondisi ini bisa terjadi secara tidak menyenangkan dan perlahan menguras momen kebahagiaan secara konsisten. Pada akhirnya, yang Anda rasakan hanyalah serangkaian hal-hal negatif.

Kristen Fuller, seorang dokter asal AS yang mengkhususkan diri pada kesehatan mental, menambahkan bahwa hubungan “beracun” secara mental, emosional, dan bahkan mungkin dialami secara fisik dapat merusak tak hanya satu pihak, tapi bisa kedua belah pihak.

Penyebab dan ciri toxic relationship

Kristen juga turut mengatakan bahwa seseorang yang secara konsisten melemahkan hingga membahayakan pasangan atau orang lain, biasanya memiliki alasan tersendiri. Bahkan, seseorang dapat melakukannya secara tak sadar.

“Mungkin pelaku toxic relationship tidak dibesarkan oleh pendidikan moral yang mendukung dan penuh cinta. Mereka bisa saja pernah jadi korban perundungan (bullying), menderita gangguan kesehatan mental yang tidak terdiagnosis seperti depresi, kecemasan, gangguan bipolar, gangguan makan, dan segala bentuk trauma lainnya,” kata Kristen.

Beberapa kasus perselisihan berujung pada pertengkaran hebat yang melibatkan kontak fisik, seperti sebuah pukulan, kekerasan, dan pelecehan. Namun, sebagian kasus toxic relationship terjadi secara halus, perlahan, dan sifatnya seperti parasit dari waktu ke waktu.

Ciri paling sederhana dari hubungan beracun adalah ketidakbahagiaan yang persisten. Jika suatu hubungan berhenti membawa kegembiraan dan justru lebih sering membuat Anda merasa sedih, marah, atau cemas, ini bisa jadi adalah indikasi toxic relationship.

Perubahan negatif pada kesehatan mental, kepribadian, atau harga diri juga merupakan tanda-tanda toxic relationship lebih lanjut. Perubahan-perubahan ini dapat berkisar dari kondisi klinis yang dapat didiagnosis, seperti depresi, kecemasan, gangguan makan, hingga selalu merasa gugup atau tidak nyaman—terutama di sekitar pasangan atau pihak lain.

Sadari dan atasi bahaya toxic relationship

Jika Anda berada pada posisi korban, maka sebaiknya hindari pelaku atau minta bantuan orang sekitar. Toxic relationship biasanya membutuhkan kurun waktu tertentu hingga pihak-pihak yang terdampak benar-benar “bersih”.

Sementara itu, jika Andalah pelaku atau sumber dari toxic relationship, sadarilah bahwa sifat tersebut merugikan dan bisa menyakiti orang-orang di sekitar Anda. Jika Anda kesulitan mengandalikannya, Anda dapat mencari bantuan misalnya dengan mengunjungi psikolog untuk mengonsultasikan ini.

“Mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungan yang “beracun” memang tak mudah, apalagi jika Anda sudah bersama pasangan bertahun-tahun,” ujar dr. Nadia Octavia dari KlikDokter.

Jika mungkin atau bisa, perbaiki atau bahkan tinggalkan saja toxic relationship yang Anda alami. Saatnya untuk memprioritaskan kebahagiaan diri dan kembali mencintai diri sendiri. Lebih lanjut, dr. Nadia turut mengingatkan bahwa diri Anda terlalu berharga untuk menjadi korban dalam sebuah toxic relationship. Anda berhak untuk memiliki hubungan yang sehat, penuh cinta, dan nyaman. Dengan mengenali tanda-tanda toxic relationship yang disebutkan di atas, sadarilah bahwa hubungan “beracun” ini buruk untuk kesehatan jiwa dan tubuh Anda, serta orang-orang di sekitar.

[RN/ RVS]

RelationshipBullyingKesehatan Jiwakesehatan mentalToxic Relationship

Konsultasi Dokter Terkait