Diet dan Nutrisi

Obesitas, Apakah Pasti karena Terlalu Banyak Makan?

dr. Nadia Octavia, 26 Apr 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Penyebab obesitas tidak sesederhana yang Anda kira.

Obesitas, Apakah Pasti karena Terlalu Banyak Makan?

Makanan ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi makanan dapat memberikan nutrisi yang diperlukan tubuh, namun di sisi lain dapat menyebabkan penyakit bagi orang-orang dengan kondisi tertentu. Apalagi jika terlalu banyak makan, bisa-bisa terjadi kelebihan berat badan bahkan obesitas. Namun sebetulnya, obesitas juga dapat dipicu oleh hal lain.

Sejak dulu penyebab obesitas yang sudah dikenal oleh masyarakat adalah banyak makan dan malas berolahraga. Pada penelitian yang dipresentasikan di The 17th European Congress on Obesitydi Amsterdam, Belanda, periset menelaah 1399 orang dewasa dan 963 anak untuk mengetahui dampak banyak makan dan aktivitas fisik terhadap peningkatan berat badan.

Pertama-tama dilakukan analisis berapa jumlah kalori yang diperlukan untuk menjaga berat badan masing-masing responden anak dan orang dewasa, serta juga jumlah kalori yang diperlukan agar berat badan meningkat. Hasilnya memang betul bahwa banyak makan berdampak besar terhadap peningkatan berat badan dan kejadian obesitas.

Namun, selain terlalu banyak makan, sebetulnya ada penyebab lain dari obesitas. Salah satunya adalah faktor genetik.

Faktor Genetik dalam Obesitas

Komponen genetik berperan besar dalam obesitas. Anak dari orang tua yang obesitas akan cenderung mengalami obesitas dibandingkan anak yang orang tuanya memiliki berat badan ideal. Bahkan anak kembar identik pun bisa memiliki faktor genetik yang sangat berbeda dengan kembarannya.

Dr. Bouchard, seorang peneliti dari The Human Genomics, Laboratory Pennington Biomedical Research Center di Louisiana, Amerika Serikat, melakukan studi mengenai hal ini. Bouchard dan koleganya mengundang responden sebanyak 12 pasang pria kembar identik, dengan menentukan terlebih dulu berapa jumlah kalori yang dibutuhkan sehari-hari untuk menjaga berat badan tetap stabil.

Setiap partisipan diberikan tambahan 1000 kcal per hari selama 84 hari dengan pola makan dan jenis makanan yang sama. Meski setiap partisipan mengalami peningkatan berat badan dan jumlah lemak, tetapi distribusi lemak dan komposisi tubuh berbeda-beda. Hasilnya, walaupun diberikan porsi serta jenis makanan yang sama, peningkatan berat badan memiliki rentang yang sangat berbeda mulai dari 4,3 kg hingga 13 kg.

Pada studi yang dipublikasikan di jurnal Physiology and Behavior, diteliti mengenai kebiasaan diet terhadap penyebab peningkatan berat badan. Hasilnya menunjukkan bahwa meski faktor genetik berperan hingga 65% dalam menyebabkan obesitas, faktanya kebiasaan diet juga berpengaruh signifikan.

Kebiasaan diet ini meliputi pola makan, frekuensi makan, jumlah atau porsi makan, makronutrien, serta komposisi air. Genetik memang berperan besar terhadap kecenderungan Anda mengalami obesitas, namun pola makan tetap berpengaruh.

Di samping faktor genetik, obesitas juga bisa dipicu oleh faktor hormonal, salah satunya adalah leptin. Hormon ini diproduksi oleh sel lemak dan dapat mengirimkan sinyal ke hipotalamus (bagian otak yang dapat mengontrol nafsu makan) untuk kemudian ‘diterjemahkan’ sebagai sudah kenyang atau masih ingin makan.

Seseorang yang mengalami obesitas memiliki banyak lemak serta jumlah leptin yang tinggi. Namun, hormon leptin ini sering kali tidak bekerja dengan baik dan menjadi ‘resistan’. Akibatnya apalagi kalau bukan obesitas.

Obesitas memang tidak selalu disebabkan oleh banyak makan. Banyak pemicu lainnya seperti faktor genetik, hormonal, penggunaan obat-obatan tertentu atau penyakit lain yang mendasari. Oleh karena itu, bila Anda mengalami obesitas, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter untuk diketahui penyebabnya serta pola diet yang tepat. 

[RS/ RH]

Berat BadanDietObesitas

Konsultasi Dokter Terkait