Pernapasan

Faktor yang Meningkatkan Risiko Bronkiektasis

Zahra Aminati, 19 Jan 2022

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Kerusakan dan pelebaran di bronkus disebut dengan bronkiektasis. Adapun beberapa faktor risikonya yang perlu Anda ketahui. Simak selengkapnya di sini.

Faktor yang Meningkatkan Risiko Bronkiektasis

Bronkiektasis merupakan infeksi atau kondisi lain yang dapat melukai dinding saluran udara untuk mencegahnya membersihkan lendir.

Lendir merupakan zat yang diproduksi saluran udara untuk membantu menghilangkan debu, bakteri, dan partikel kecil lainnya yang terhirup.

Diungkapkan oleh dr. Theresia Rina Yunita, “Ketika tidak dapat dibersihkan, lendir akan menumpuk dan menjadi berkembangnya bakteri, sehingga sering terjadi infeksi.”

Kondisi tersebut akan membuat seseorang mengalami infeksi paru-paru yang serius dan berulang.

“Gejalanya meliputi batuk setiap hari yang terjadi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Produksi dahak juga dalam jumlah besar setiap hari,” tambah dr. Theresia.

Ada beberapa faktor risiko bronkiektasis. Ketahui apa saja faktor-faktor tersebut lewat ulasan berikut ini. 

1. Cystic Fibrosis

Cystic Fibrosis (CF) merupakan terjadinya protein gen yang rusak sehingga memengaruhi sel-sel yang memproduksi lendir, keringat, dan saluran pencernaan.

Artikel Lainnya: Deretan Penyakit yang Diturunkan dari Orang Tua Kepada Anaknya

Cystic Fibrosis dapat terjadi karena adanya kelainan bawaan dari lahir, sehingga menyebabkan kerusakan parah pada paru-paru, sistem pencernaan, dan organ tubuh lainnya. Paling umum menyebabkan kerusakan pada paru-paru.

Pada orang normal, cairan yang diproduksi serta disekresikan dari tubuh biasanya bertekstur tipis dan licin.

Namun, bagi orang dengan CF, gen yang rusak tersebut dapat menyebabkan sekresi menjadi lengket dan kental.

Alih-alih bertindak sebagai pelumas, sekresi malah menyumbat tabung, saluran, dan lorong, terutama di paru-paru dan pankreas.

Lendir kental dan lengket yang terkait dengan CF dapat menyumbat tabung yang membawa udara masuk dan keluar dari paru-paru. Hal tersebut menimbulkan gejala seperti berikut:

  • Batuk terus-menerus yang menghasilkan lendir kental (sputum)
  • Mengi
  • Infeksi paru-paru berulang
  • Saluran hidung meradang atau sering tersumbat
  • Sinusitis yang terjadi berulang

Artikel Lainnya: Cegah Batuk Makin Parah dengan Swamedikasi di Rumah

2. Imunodefisiensi

Imunodefisiensi adalah ketidakmampuan tubuh menghasilkan respons imun. Terjadi karena kekurangan atau tidak adanya antibodi, sel imun, atau keduanya.

Orang dengan defisiensi imun, termasuk defisiensi antibodi, akan lebih mudah mengalami infeksi berulang.

Gangguan ini juga merupakan kondisi ketika sistem kekebalan tubuh keluar jalur dan memiliki respons yang lebih lemah terhadap ancaman. Aktivitas yang lemah tersebut disebut defisiensi imun dan membuatnya lebih sulit untuk melawan infeksi.

Defisiensi imun bisa disebabkan oleh penyakit atau pengobatan. Bisa pula bawaan saat lahir, seperti kelainan genetik yang dikenal sebagai defisiensi imun primer.

Karena meningkatnya kerentanan dan melemahnya status kekebalan, infeksi ini bisa cukup serius untuk merusak saluran udara.

3. Aspergillosis Bronkopulmonalis Alergi (ABPA)

Aspergillosis Bronkopulmonalis Alergi (ABPA) merupakan reaksi alergi atau hipersensitif terhadap jamur yang dikenal dengan Aspergillus fumigatus. Ini adalah jenis jamur yang ditemukan di tanah.

Meskipun kita sering terpapar Aspergillus, reaksi terhadap Aspergillus jarang terjadi pada orang dengan sistem kekebalan normal.

Namun, menurut American Academy of Allergy, Asthma, and Immunology (AAAAI), pada orang tertentu, sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap antigen Aspergillus fumigatus yang terdapat di paru-paru.

Hal tersebut dapat merusak saluran udara dan mengakibatkan kerusakan paru-paru permanen. Inilah mengapa bronkiektasis dapat menjadi berbahaya jika terjadi pada orang yang mengalami ABPA.

Saat seseorang menderita asma, gejala ABPA yang pertama terlihat biasanya adalah gejala asma yang semakin memburuk, seperti mengi dan sesak napas. Gejala lainnya dapat berupa:

  • Batuk dengan flek kecokelatan atau lendir dengan darah
  • Demam
  • Mengalami kelemahan secara umum atau malaise

Artikel Lainnya: Penyebab Hidung Tersumbat tapi Tidak Pilek

4. Primary Ciliary Dyskinesia

Primary ciliary dyskinesia merupakan kondisi ketika silia tidak normal. Silia adalah struktur kecil seperti rambut yang melapisi saluran udara. Fungsinya membantu membersihkan lendir (zat berlendir) dari saluran udara.

Pada saluran pernapasan, silia bergerak maju mundur secara terkoordinasi untuk menggerakkan lendir menuju tenggorokan. Gerakan lendir ini membantu menghilangkan cairan, bakteri, dan partikel dari paru-paru.

Melansir Medline Plus, silia yang tidak berfungsi dengan baik di saluran napas akan membuat bakteri menetap di saluran pernapasan dan menyebabkan infeksi.

Seseorang yang mengalami diskinesia silia primer dapat mengalami hidung tersumbat sepanjang tahun dan juga batuk kronis. Infeksi saluran pernapasan kronis inilah yang dapat menyebabkan bronkiektasis.

Itulah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko bronkiektasis. Menjalani gaya hidup sehat dapat mengurangi risiko penyakit ini. Apabila Anda mengalami gejalanya, segera periksakan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Anda bisa berkonsultasi terkait masalah paru atau kondisi kesehatan lainnya lewat fitur LiveChat 24 jam di aplikasi KlikDokter.

(PUT/AYU)

Referensi:

  • Wawancara dr. Theresia Rina Yunita
  • National Heart Lung and Blood Institutes. Diakses 2022.
  • Very Well Health. Diakses 2022. Causes and Risk Factors for Bronchiectasis.
  • Mayo Clinic. Diakses 2022. Cystic Fibrosis.
  • American Academy of Allergy, Asthma, and Immunology. Diakses 2022. Allergic Bronchopulmonary Aspergillosis (ABPA).
  • Medline Plus. Diakses 2022. Primary Ciliary Dyskinesia.
pernapasanBronkiektasis

Konsultasi Dokter Terkait