Penyakit hepatitis saat ini terus menduduki peringkat atas sebagai penyebab kematian di dunia. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa virus hepatitis B dan C telah menyebabkan infeksi pada 325 juta orang di seluruh dunia, dengan 1,4 juta kematian setiap tahunnya.
Hepatitis terbagi menjadi beberapa jenis. Namun, yang paling terkenal karena kasusnya sering ditemukan adalah hepatitis A, B, dan C.
Hepatitis A adalah peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi virus dengan nama yang sama. Gejala awal yang terjadi akibat penyakit ini terlihat samar-samar, yaitu hanya berupa mual dan pusing. Jika penyakit tidak diatasi, gejala tersebut akan semakin parah dan menyebabkan terjadinya kulit dan skrela mata menguning dan urine berwarna cokelat pekat seperti teh.
“Hepatitis A utamanya disebabkan oleh kebersihan yang buruk, termasuk mengonsumsi makanan yang terkontaminasi virus,” kata Dr. dr. Irsan Hasan, SpPD-KGEH, FINASIM saat memberikan sambutan dalam sesi edukasi kesehatan tentang hepatitis, di bilangan Palmerah Selatan, Jakarta Barat, Rabu (31/8).
“Orang-orang yang tidak ingin terkena hepatitis A wajib menjaga kebersihan diri dan lingkungan, termasuk hanya minum air yang bersih dan mengonsumsi makanan yang matang. Jika ingin mengonsumsi lalapan mentah, cuci dengan air mengalir hingga benar-benar bersih sebelum dikonsumsi,” lanjutnya.
Meski berbahaya dan harus segera ditangani, hepatitis A menurut dr. Irsan bisa disembuhkan dengan cukup istirahat, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, dan konsumsi obat yang diberikan oleh dokter.
“Orang-orang yang berhasil sembuh dari hepatitis A akan memiliki antibodi yang membuatnya kebal terhadap penyakit tersebut,” ungkap dr. Irsan.
Selanjutnya
:format(webp)/article/L24MLn45hgFpEqZELYUNe/original/025007500_1564652439-Waspada-Hepatitis-Ada-di-Sekitar-Anda-by-Nur-Budhi-Klikdokter.jpg?w=256&q=100)
Hepatitis B disebabkan oleh infeksi virus dengan nama yang sama. Berdasarkan penuturan dr. Irsan, hepatitis B adalah pembunuh yang diam-diam hadir tanpa disadari. Tak heran, penyakit ini mendapat julukan the silent killer.
“Hepatitis B disebut sebagai silent killer karena umumnya tidak memberikan gejala yang khas. Ini karena organ liver (hati) tidak memiliki saraf, sehingga keluhan tidak dirasakan sampai penyakit terlanjur parah,” tutur dr. Irsan.
Pada hepatitis B, lanjut dr. Irsan, bayi yang lahir dari ibu penderita penyakit terkait bisa mengalami kondisi yang sama. Dengan kata lain, hepatitis B bisa menular dari ibu ke bayi.
“Penularan dari ibu ke bayi adalah hal utama yang jadi penyebab tingginya angka hepatitis B di Indonesia. Meski begitu, hepatitis B sebenarnya juga bisa menular melalui paparan darah penderita, baik akibat bertukar pisau cukur, transfusi darah, tato, penggunaan jarum suntik bersamaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan paparan darah,” dr. Irsan menegaskan.
Lebih lanjut, dr. Irsan mengungkap bahwa hepatitis B adalah jenis hepatitis yang berlangsung menahun alias kronik. Penderita penyakit ini mesti mengonsumsi obat sepanjang hidupnya, agar jumlah virus tidak bertambah banyak dan hati tidak mengalami pengerasan (sirosis).
“Hepatitis B sebenarnya bisa dicegah dengan vaksin. Jadi, bagi Anda yang sewaktu kecil sudah mendapat vaksin – dan antibodi berhasil terbentuk – tak perlu khawatir lagi dengan hepatitis B. Untuk orang dewasa, Anda disarankan periksa terlebih dahulu. Jika hasilnya baik, vaksinasi bisa dilakukan,” katanya.
Hepatitis C disebabkan oleh infeksi virus dengan nama yang sama. Tak jauh berbeda dengan hepatitis B, jenis penyakit ini juga digolongkan sebagai the silent killer karena sering hadir tanpa disadari.
“Vaksin hepatitis C masih belum ditemukan hingga saat ini. Namun, penyakit hepatitis C masih mungkin untuk disembuhkan meski tak menutup kemungkinan untuk berubah menjadi kronik dan berujung pada terjadinya sirosis atau kanker hati,” pungkas dr. Irsan.
Penyakit hepatitis hingga saat ini masih menghantui Indonesia. Meski tidak sebeken penyakit jantung dan stroke, hepatitis tetap bisa membunuh banyak nyawa tanpa pandang kasta. Cegah dan perangi penyakit hepatitis sejak dini agar tidak terus memakan korban jiwa.
(NB/ RVS)