HomeInfo SehatKesehatan LansiaRahasia Lansia Sehat Bebas Demensia
Kesehatan Lansia

Rahasia Lansia Sehat Bebas Demensia

dr. Fiona Amelia MPH, 25 Sep 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Ingin tetap sehat dan tidak cepat pikun atau demensia saat lansia? Ini rahasianya.

Rahasia Lansia Sehat Bebas Demensia

Untuk memperingati Bulan Alzheimer Sedunia, Komunitas Alzheimer Indonesia (ALZI) Chapter Bogor menyelenggarakan Intergeneration Picnic & Fun Walk di Kebun Raya Bogor, Minggu (23/8/2018). Kegiatan ini merupakan kesempatan bagi para anggota komunitas, yakni orang dengan demensia dan pengasuhnya (caregiver), untuk saling bertatap muka. Beberapa pakar pun diundang untuk berbagi ilmu seputar kesehatan lansia.

Dalam kegiatan yang diikuti oleh lebih dari 150 peserta ini, Yuyun Hamzah selaku Ketua Komunitas ALZI Chapter Bogor, mengaku amat gembira atas partisipasi peserta yang di luar ekspektasi panitia.

“Sepanjang berdirinya ALZI Chapter Bogor, baru ada tiga event dan ini merupakan yang terbesar. Saya sangat berterimakasih kepada Bapak/Ibu dan keluarga komunitas ALZI Chapter Bogor yang menyambut baik acara ini,” ujar Yuyun kala memberikan kata sambutan.

Kegiatan diawali dengan jalan santai mengelilingi taman-taman yang ada di dalam Kebun Raya selama kurang lebih 20 menit. Selanjutnya, para peserta diminta untuk berkumpul di booth ALZI untuk mendengarkan materi seputar lansia sehat dan pencegahan demensia.

Tip sehat bagi lansia

Lansia adalah seluruh individu di atas usia 65 tahun. Pakar geriatri dr. Pauline Suwandhi, SpPD, menerangkan bahwa pada kelompok usia ini, ada tiga hal penting yang harus selalu diperhatikan agar lansia dapat hidup sehat dan tetap produktif.

"Ada tiga tips hidup sehat bagi lansia, yaitu hati-hati dengan obat, rutin check up, dan jangan maklum dengan jatuh," kata dr. Pauline.

Dokter Pauline, yang merupakan tim dokter inti di Bogor Senior Hospital, menyebutkan bahwa lansia harus hati-hati dan tidak boleh sembarang makan obat. Obat-obat yang dikonsumsi di rumah juga sebaiknya selalu dibawa setiap kunjungan rutin ke dokter.

Tambahnya, “Kalau Bapak/Ibu ke dokter jangan lupa bawa obat-obatan yang dimakan, supaya dokter tahu. Jadi tidak dobel atau berinteraksi dengan obat dari dokter. Kalau ini terjadi, tentu sangat berbahaya.”

Terkait pemeriksaan kesehatan, panel-panel yang penting adalah tekanan darah, kadar gula darah, dan kolesterol. Sebelum pemeriksaan, lansia tidak harus puasa bila memang tidak mampu. Hasilnya masih cukup akurat untuk beberapa panel meski tidak puasa.

Beliau juga menekankan bahwa lansia maupun keluarganya tidak boleh mengganggap jatuh sebagai suatu hal yang sepele. "Ini paling penting, jangan maklum dengan jatuh. Secara fisik, lansia memang lebih rentan jatuh, tapi jangan dimaklumi. Sebab, konsekuensinya bisa ringan, bisa juga berat.”

Kiat mengurangi risiko jatuh pada lansia

Menurutnya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko jatuh pada lansia. Pertama, dengan memperhatikan kecukupan kalsium dan vitamin D. Kebutuhan vitamin D yang sebenar-benarnya bisa diketahui dengan memeriksakan kadarnya terlebih dulu di laboratorium. Setelah itu, baru dilakukan perhitungan konsumsi vitamin D yang diperlukan untuk mencapai kadar yang ditargetkan.

Lansia juga harus aktif bergerak. Dalam hal ini, rutin beraktivitas fisik. Meski tidak setiap hari, sediakan waktu khusus 1-2 kali seminggu untuk berolahraga. Yang terakhir, lansia perlu rutin memeriksakan kesehatan mata untuk melihat adakah gangguan penglihatan atau lapang pandang yang meningkatkan risiko jatuh.

“Pemeriksaan mata bertujuan untuk melihat adakah kelainan yang membuat lansia rentan menabrak atau tersandung lalu jatuh. Dokter pun biasanya melakukan tes keseimbangan," ujar dr. Pauline.

Agar lansia bebas demensia

Pada kesempatan yang sama, ahli saraf dr. Otin Rochayatin, SpS, menambahkan bahwa lansia yang produktif tidak hanya sehat secara fisik tetapi juga secara mental dan kejiwaan.

Secara spesifik, beliau menekankan pentingnya lansia bersosialisasi dengan orang lain untuk mencegah pikun atau demensia. Salah satunya dengan mengikuti komunitas sosial seperti ALZI ataupun komunitas keagamaan.

“Melalui komunitas-komunitas ini, orang bisa saling berbagi, saling support sehingga tidak merasa sendiri, punya semangat hidup dan selalu termotivasi,” ungkap dr. Otin yang sehari-hari berpraktik di RS Sentra Medika Cibinong, Bogor.

Beliau pun menambahkan, “Supaya tidak cepat pikun, lansia juga perlu melakukan stimulasi mental, yaitu melakukan aktivitias yang mengasah otak seperti mengisi teka-teki silang atau menari poco-poco.”

Dokter Otin pun berpesan bahwa saran-saran ini tidak hanya berlaku bagi lansia tetapi juga para generasi muda. Sebab, pikun atau demensia sesungguhnya bisa dicegah sejak masih muda, yakni sejak usia 30-40 an.

[RS/ RVS]

liputanPikunLansiaBulan Alzheimer SeduniaDemensiaAlzheimer

Konsultasi Dokter Terkait