Jika seseorang sudah didiagnosis mengalami kanker paru-paru, dokter biasanya akan merekomendasikan prosedur pemeriksaan lanjutan bernama endobronchial ultrasound (EBUS) alias USG endobronkial.
Prosedur ini membantu dokter menentukan stadium kanker paru, serta persebarannya di dalam tubuh. EBUS juga membantu dokter mendeteksi pembesaran kelenjar getah bening di sekitar paru. Hal ini guna mendiagnosis peradangan dan infeksi paru secara akurat.
Lantas, bagaimana prosedur endobronchial ultrasound dilakukan? Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan ketika hendak menjalani prosedur ini, berikut penjelasannya.
Persiapan Endobronchial Ultrasound
Sebelum prosedur dimulai, dokter akan melakukan pemeriksaan darah terlebih dahulu. Karena itu, pasien USG endobronkial dianjurkan agar tidak makan atau minum setelah tengah malam.
Pasalnya, sebagian besar prosedur EBUS dilakukan pada pagi keesokan harinya. Hal ini bertujuan agar pasien tidak merasa lapar secara berlebihan ketika menjalani endobronchial ultrasound.
Artikel Lainnya: Mengenal Torakosintesis, Prosedur Sedot Cairan di Paru
Sementara, jika USG endobronkial dijadwalkan pada siang atau sore hari, dokter biasanya akan meminta pasien untuk tidak makan sekitar enam jam sebelumnya.
Lalu, pasien perlu berterus terang dengan dokter terkait obat medis, herba, suplemen maupun vitamin yang tengah dikonsumsi. Pasalnya, beberapa jenis obat-obatan dapat mengganggu proses pembekuan darah (koagulasi).
Hal ini berbahaya karena dapat menyebabkan perdarahan sulit berhenti, sehingga luka lama sembuh. Sementara itu, beberapa jenis obat juga dapat memicu penumpukan asam laktat berlebih di dalam darah.
Obat yang tidak boleh digunakan jelang USG endobronkial, antara lain:
- Obat terapi diabetes, seperti metformin dan insulin
- Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti ibuprofen, aspirin, dan naproxen
- Obat antikoagulan, seperti warfarin, apixaban, dan clopidogrel
Artikel Lainnya: Prosedur dan Fungsi Tes Plethysmography Paru
Dokter akan meminta pasien tidak mengonsumsi obat sepekan sebelum prosedur atau bisa pula sehari sebelumnya. Hal ini bergantung dengan jenis obat yang dikonsumsi.
Asupan lain yang dilarang diminum, yaitu teh, soda, dan kopi. Sebaliknya, minuman yang boleh dikonsumsi hanyalah air putih. Meski begitu, air putih sekalipun tidak boleh dikonsumsi dua jam sebelum USG endobronkial.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah gunakan pakaian yang nyaman dan tidak ketat. Tujuannya guna mempermudah proses pemeriksaan, serta mempermudah pasien berganti baju menggunakan baju khusus pasien di rumah sakit.
Pasien dianjurkan pula untuk tidak mengenakan perhiasan saat hendak menjalani EBUS. Di samping itu, pasien juga perlu melepaskan kacamata, lensa kontak, alat bantu dengar, ataupun gigi palsu.
Tahapan Prosedur USG Endobronkial
Berdasarkan American Lung Association, prosedur endobronchial ultrasound dilakukan menggunakan perpaduan bronkoskopi serta ultrasonografi (USG).
Bronkoskopi merupakan prosedur pemeriksaan menggunakan bronkoskop, yaitu alat khusus yang dilengkapi dengan kamera dan pencahayaan. Prosedur ini bertujuan untuk memeriksa bagian dada.
Artikel Lainnya: Prosedur Operasi Pengurangan Volume Paru
Sementara, ultrasonografi merupakan prosedur pemindaian menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi. Fungsi USG yaitu untuk menghasilkan gambar organ tubuh bagian dalam.
Disampaikan dr. Devia Irine Putri, sebelum prosedur, pasien akan dipasangkan infus untuk memasukkan obat. “Hal ini guna mengurangi rasa nyeri selama prosedur. Pasien juga bisa diberikan anestesi (obat bius) agar tertidur,” paparnya.
Selanjutnya, bronkoskop yang dilengkapi dengan probe USG dimasukkan melalui mulut pasien. Kemudian, alat akan melewati tenggorokan, laring, trakea, hingga masuk ke bronkus.
“Dari alat itu, kemudian bisa dilihat keseluruhan kondisi saluran napas dan paru-paru,” jelas dr. Devia.
Gambar penampakan saluran napas dan paru yang ditangkap oleh kamera bronkoskop akan diperjelas oleh probe USG. Alat yang dilengkapi sensor pada ujungnya ini dapat menangkap gelombang suara dari permukaan kulit.
Artikel Lainnya: Perbedaan Penyakit Paru Obstruktif dan Restriktif
Penampakan saluran napas dan paru lantas ditampilkan lewat monitor. Lalu, jika diperlukan, dokter juga bisa melakukan biopsi, yaitu proses pengambilan sampel jaringan paru maupun kelenjar getah bening di sekitar dada. Proses ini akan menggunakan jarum halus bernama jarum transbronkial.
Sampel jaringan tersebut kemudian akan dikirim ke laboratorium untuk dianalisis lebih lanjut. Hal ini guna membantu menentukan pertumbuhan dan stadium kanker, maupun infeksi dan peradangan pada paru.
USG endobronkial paling sering digunakan untuk mendeteksi perkembangan kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC), serta kanker paru-paru sel kecil (SCLC). Selain itu, pemeriksaan ini juga digunakan untuk mendeteksi infeksi paru, seperti tuberkolosis (TBC).Total, prosedur EBUS diperkirakan memakan waktu sekitar 20-30 menit. Kendati demikian, pasien membutuhkan waktu sekitar empat jam untuk dapat pulih dari efek anestesi. Setelah sadarkan diri, pasien diperbolehkan langsung kembali ke rumah.
Artikel Lainnya: Mengenal IGRA Test, Pemeriksaan Darah untuk Deteksi TBC
Pascaprosedur Endobronchial Ultrasound
Sampel jaringan akan diperiksa selama 3-5 hari di laboratorium. Setelah hasilnya keluar, pasien akan dihubungi kembali guna menentukan hasil pemeriksaan serta jenis pengobatan yang diperlukan.
Dokter akan memberitahukan infeksi, peradangan, maupun jenis kanker yang diidap pasien. Hal ini juga meliputi stadium alias perkembangan sel kanker di dalam tubuh.
Pada sebagian besar kasus, temuan jaringan tidak normal di saluran pernapasan atau paru mengindikasikan peningkatan peluang pasien terjangkit kanker.
Artikel Lainnya: Tanda-Tanda Awal Kanker Paru yang Perlu Anda Waspadai
Kendati USG endobronkial merupakan prosedur medis minim risiko, beberapa orang mungkin mengalami sejumlah efek samping ringan.
Efek samping yang dimaksud antara lain batuk ringan, sakit tenggorokan, kesulitan menelan, penurunan kadar oksigen di dalam darah, infeksi pada bagian paru yang dibiopsi, penegangan otot saluran bronkus, dan detak jantung tidak teratur.
Pada kasus yang sangat jarang terjadi, endobronchial ultrasound juga menyebabkan pneumotoraks (paru kolaps). Meski begitu, kamu tidak perlu khawatir. Sebab, komplikasi ringan tersebut dapat diobati.
Itu dia serba-serbi prosedur endobronchial ultrasound. Jangan lupa untuk #JagaSehatmu selalu dan jika ingin tanya lebih lanjut seputar prosedur medis lainnya, konsultasi ke dokter via Live Chat.
(PUT/NM)
Referensi:
- American Lung Association. Diakses 2022. Endobronchial Ultrasound (EBUS).
- Medscape. Diakses 2022. Endobronchial Ultrasound.
Ditinjau oleh dr. Devia Irine Putri