Kanker

Gaya Hidup Sedenter Tingkatkan Risiko Kanker

Aditya Prasanda, 28 Feb 2022

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Orang dengan gaya hidup sedenter alias malas bergerak berisiko mengembangkan kanker. Ini alasannya menurut medis.

Gaya Hidup Sedenter Tingkatkan Risiko Kanker

Kanker merupakan penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal dan tidak terkendali. Kondisi ini dapat dipicu oleh beragam faktor, salah satunya yaitu gaya hidup sedenter alias malas bergerak.

Disampaikan dr. Theresia Rina Yunita, penelitian telah menunjukkan bahwa gaya sedenter dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan serius, seperti penyakit jantung, arthritis, maupun kanker.

“Utamanya, pada individu dengan kebiasaan tidak banyak bergerak, misalnya sering duduk selama enam hingga delapan jam sehari, dan di antara aktivitas sedenter tersebut hanya diselingi sedikit atau tidak ada jeda sama sekali,” jelasnya.

Lantas, bagaimana bahaya gaya hidup sedenter bisa menjadi penyebab kanker? Yuk, cari tahu.

Alasan Gaya Hidup Sedenter Bisa Memicu Kanker

Berdasarkan studi yang dimuat Journal of National Cancer Institute, gaya hidup malas bergerak, baik di rumah maupun tempat kerja dapat meningkatkan risiko tiga jenis keganasan, yaitu kanker usus besar, endometrium, dan paru-paru.

Riset skala besar tersebut dilakukan dengan menganalisis 43 penelitian terkait faktor risiko kanker dan melibatkan total lebih dari 4 juta peserta.

Studi mengungkapkan kebiasaan duduk selama dua jam dapat meningkatkan risiko kanker usus besar sebanyak 8 persen dan kanker endometrium sebesar 10 persen.

Menurut American Institute for Cancer Research, salah satu faktor yang berperan besar mencetuskan kanker pada orang dengan gaya hidup malas bergerak yaitu obesitas.

Artikel Lainnya: Mengapa Gaya Hidup Sedenter Bisa Tingkatkan Risiko Stroke?

Bahkan, Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Amerika Serikat menyebutkan bahwa obesitas alias kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko 13 jenis keganasan yang menjangkiti area tubuh berikut:

  • Adenokarsinoma esofagus.
  • Payudara (pada wanita yang telah mengalami menopause).
  • Kolon dan rektum.
  • Rahim.
  • Kantong empedu.
  • Perut bagian atas.
  • Ginjal.
  • Hati.
  • Ovarium.
  • Pankreas.
  • Tiroid.
  • Meningioma (sejenis kanker otak).
  • Mieloma multipel.

CDC mengungkapkan, kanker akibat obesitas terjadi karena kondisi berat badan berlebih menyebabkan tubuh mengalami sejumlah perubahan, seperti peradangan.

Ditambahkan dr. Theresia, obesitas juga menyebabkan tubuh mengalami perburukan sirkulasi darah maupun peningkatan kadar insulin di dalam darah.

“Para ahli meyakini sederet kondisi tersebut berkontribusi pada segala hal, mulai dari timbunan lemak di arteri yang menyebabkan penyakit kardiovaskular, hingga pertumbuhan sel kanker,” paparnya. 

Artikel Lainnya: Awas, Sindrom Metabolik Mengintai Remaja!

Risiko kanker kian meningkat seiring pertambahan berat badan penderita obesitas. Semakin lama kondisi berat badan berlebih diidap, semakin besar pula risiko keganasan menjangkiti orang dengan obesitas.

Kendati demikian, CDC menegaskan hal ini bukan berarti pengidap obesitas pasti terkena kanker. Berat badan berlebih dapat meningkatkan risiko terjangkit keganasan, hal ini jika dibandingkan dengan orang yang punya berat badan sehat. 

Malas bergerak terbukti merupakan gaya hidup berbahaya penyebab kanker.  Karena itu, untuk mencegah risiko terjangkit keganasan, jaga berat badan ideal dengan menerapkan gaya hidup sehat dan menjauhi gaya hidup sedenter. 

Caranya dengan rutin mengonsumsi asupan sehat bergizi seimbang, serta aktif bergerak dan olahraga.

Jika ingin tanya lebih lanjut seputar kanker, konsultasi ke dokter via Live Chat.

Referensi:

American Institute for Cancer Research. Diakses 2022. Inactivity and Cancer Risk: The Latest Research.

CDC. Diakses 2022. Obesity and Cancer.

Ditinjau oleh dr. Theresia Rina Yunita

Gaya Hidup
Kanker