Infeksi virus corona menyebabkan gejala umum mulai dari demam, batuk, sakit kepala, sakit tenggorokan, gangguan pencernaan dan penciuman, mata merah, hingga ruam kulit.
Tidak hanya itu, infeksi SARS-CoV-2 juga dapat menimbulkan nyeri dada dan sesak napas pada penderitanya. Sederhananya, nyaris seluruh bagian tubuh dapat terkena imbas COVID-19.
Bahkan, studi terbaru yang dirilis melalui jurnal Communications Medicine pada Jumat (29/10) menemukan efek samping COVID-19 lainnya.
Dalam penelitian tersebut, coronavirus diduga dapat menginfeksi telinga bagian dalam dan menyebabkan keseimbangan tubuh jadi terganggu. Bagaimana hal ini terjadi? Simak temuannya lewat ulasan berikut.
Artikel Lainnya: Jadi Perhatian Kemenkes, Waspada Varian Covid AY.4.2
Infeksi COVID Diduga Ganggu Keseimbangan
:format(webp)/article/q8jSm8NjqiGbZecUS4FG-/original/098884700_1627455236-COVID-Varian-Delta.jpg?w=256&q=100)
Beberapa pasien positif COVID-19 mengaku mengalami gejala berupa gangguan pendengaran, tinnitus (sensasi telinga berdenging), pusing, hingga masalah keseimbangan.
Berangkat dari temuan itu, peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) serta Massachusetts Eye and Ear mengkaji lebih jauh soal efek samping COVID-19 penyebab tubuh tidak seimbang dan dampaknya pada pendengaran.
Riset dilakukan menggunakan model seluler telinga bagian dalam manusia. Peneliti juga memakai jaringan telinga bagian dalam manusia dewasa.
Kedua objek penelitian tersebut kemudian diberi paparan coronavirus. Hasil studi menemukan SARS-CoV-2 dapat menginfeksi telinga bagian dalam, khususnya sel-sel rambut.
Sel rambut berperan penting untuk pendengaran dan keseimbangan tubuh manusia. Gangguan pada sel rambut memicu masalah pendengaran hingga keseimbangan tubuh.
Temuan lain mengatakan coronavirus dapat menginfeksi sel Schwann. Mengutip Unair.ac.id, sel Schwann berfungsi mempercepat jalannya impuls serta berperan dalam proses regenerasi sistem saraf tepi yang rusak.
Selain kedua sel tersebut, peneliti belum menemukan dampak infeksi COVID-19 terhadap jenis sel lain di telinga bagian dalam.
Hasil riset ini mengajukan bukti kuat soal efek samping virus corona dalam memicu masalah pendengaran dan keseimbangan. Meski begitu, persentase pasien positif coronavirus yang mengalami kedua gangguan tersebut belum diketahui secara pasti.
Artikel Lainnya: Prioritas Penerima Dosis Keempat Vaksin COVID-19
Dugaan Jalan Masuk Virus Corona ke Telinga Bagian Dalam
:format(webp)/article/UAGd1N8xhisZoqXqJDChD/original/010095000_1614681871-penyebab-telinga-sakit-yang-jarang-diketahui.jpg?w=256&q=100)
Dr. Konstantina Stankovic, peneliti dari Massachusetts Eye and Ear mengungkapkan dugaan terkait jalan masuk SARS-CoV-2 ke telinga bagian dalam.
“Kemungkinan virus corona masuk melalui tabung Eustachius yang menghubungkan hidung ke telinga bagian tengah,” jelas perempuan yang menjabat sebagai ketua Departemen Otolaryngology, Bedah Kepala, dan Leher di Stanford University School of Medicine.
“Coronavirus juga dapat menyelinap melalui hidung, memasuki lubang kecil di sekitar saraf penciuman, lalu menuju otak. Kemudian, SARS-CoV-2 menginfeksi saraf kranial (12 pasang saraf manusia yang mencuat dari otak), termasuk saraf yang terhubung ke telinga bagian dalam,” dia menambahkan.
Melalui hasil studi ini, dr. Kostantina berharap dokter dan tim medis lebih memperhatikan gejala audiovestibular seperti gangguan pendengaran dan keseimbangan pada pengidap COVID-19.
Artikel Lainnya: Manfaat Obat Antidepresan untuk Penanganan COVID-19
Apa yang Harus Dilakukan Pengidap COVID-19?
Hingga saat ini belum ada panduan perawatan dan pengobatan untuk mengatasi gangguan pendengaran dan masalah keseimbangan tubuh akibat infeksi COVID-19. Hal ini disampaikan dr. Astrid Wulan Kusumoastuti.
"Karena studinya (soal efek samping COVID terhadap pendengaran dan keseimbangan) masih baru. Jadi belum ada guideline pasti untuk mencegah maupun menanganinya,” jelasnya.
Meski begitu, dr. Astrid menekankan pada dasarnya segala gejala akibat virus corona akan mereda seiring dengan pasien sembuh dari penyakit COVID-19.
“Kalaupun menetap karena sudah ada kerusakan jaringan, maka harus dicek lagi kerusakan di bagian mananya. Dokter juga dapat mencari tahu apakah kerusakan tersebut masih bisa diperbaiki atau kerusakannya permanen,” terang dr. Astrid.
“Sementara kalau infeksinya masih berjalan, bisa diterapi infeksi telinganya dengan obat tergantung gejala, misalnya bengkak diberikan obat anti radang, dsb. Sambil dipantau perjalanan penyakitnya,” dia menambahkan.
Itu dia studi soal efek samping COVID yang menyebabkan gangguan keseimbangan tubuh. Jika ingin bertanya lebih lanjut seputar COVID-19, konsultasi ke dokter via Live Chat.
(OVI/JKT)