HomeInfo SehatCovid-19Beratnya Jadi Penderita AIDS di Masa Pandemi Virus Corona
Covid-19

Beratnya Jadi Penderita AIDS di Masa Pandemi Virus Corona

Ayu Maharani, 30 Nov 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Ada beberapa hal yang membuat hidup penderita AIDS di masa pandemi COVID-19 cukup berat. Apa saja hal yang dimaksud? Simak penjelasannya di bawah ini.

Beratnya Jadi Penderita AIDS di Masa Pandemi Virus Corona

Anda mungkin sudah tak asing lagi dengan penyakit acquired immune deficiency syndrome atau biasa disebut AIDS.

Penyakit yang disebabkan oleh virus HIV itu telah menginfeksi puluhan juta jiwa di seluruh dunia. Bahkan, hampir 2 juta jiwa di antaranya diidap oleh anak di bawah 15 tahun.

Virus HIV akan membuat imunitas tubuh penderitanya sangat lemah dan mudah terserang berbagai penyakit.

Padahal, pada masa pandemi virus corona seperti sekarang ini, kita sangat membutuhkan daya tahan tubuh yang kuat. Tentunya hal itu menjadi tantangan tersendiri untuk para penderita AIDS.

Dari Daya Tahan Tubuh Hingga Obat ARV yang Stoknya Minim

Menurut dr. Devia Irine Putri, untuk di masa sekarang, orang dengan HIV/AIDS (ODHA) memang lebih sulit untuk beraktivitas.

Faktor utamanya adalah daya tahan tubuh yang lemah. Orang yang punya daya tahan tubuh seperti itu sangat rentan terinfeksi virus SARS-CoV-2.

Belum lagi jika sedari awal ODHA sudah memiliki penyakit penyerta, seperti tuberkulosis dan hepatitis.

Risiko perburukan gejala akan semakin tinggi. Proses penyembuhannya pun mungkin lebih lama ketimbang pasien-pasien lain karena imunitas tubuhnya yang tak baik.

“Selain itu, ODHA juga mungkin kesulitan mengakses fasilitas kesehatan. Yang biasanya harus kontrol per bulan, karena pandemi, kontrolnya jadi jarang-jarang. Tiga bulan sekali misalnya,” jelas dr. Devia.

Artikel Lainnya: Cegah Corona dengan Tingkatkan Imun Tubuh Anda

Dirinya menambahkan, “Kalau dari panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), selama pandemi, ODHA sebenarnya disarankan untuk mendapatkan stok obat antiretroviral (ARV) tiga sampai enam bulan ke depan.

Sayangnya, mungkin di lapangan belum terlaksana dengan baik. Tidak menutup kemungkinan ada penderita AIDS yang tidak tahu bagaimana proses pengambilannya sekarang. Lalu, bisa juga pendistribusian obat yang kurang baik.”

Ya, sejak pandemi virus corona berlangsung, memang banyak sekali yang hal yang tersendat, termasuk pendistribusian obat-obatan.

Dilansir dari laman resmI WHO, 24 negara melaporkan bahwa mereka memiliki persediaan ARV yang sangat rendah.

Obat ARV sangat dibutuhkan untuk perawatan AIDS. Obat tersebut tak bisa menyembuhkan, tetapi mampu mengendalikan virusnya. Karena stok yang minim, akhirnya jumlah kematian akibat AIDS di Afrika meningkat di tahun 2020 ini!

Artikel Lainnya: Penasaran, Ini Cara Sistem Imunitas Tubuh Bereaksi Saat Ada COVID-19!

Depresi pun Kian Berlanjut…

Tak cuma kesehatan fisiknya yang terganggu, pandemi juga berdampak negatif terhadap kondisi psikologis ODHA.

Gracia Ivonika, M.Psi.,Psikolog mengatakan, “Beberapa penderita AIDS juga mengalami dampak negatif secara psikologis, misalnya masalah mood, kecemasan, hingga depresi. Selain dipengaruhi oleh kondisi kesehatan yang terganggu, stigma dan diskriminasi dari lingkungan juga menjadi stresor yang memengaruhi kondisi psikologis mereka.”

Psikolog yang kerap disapa Ivon itu menekankan, mereka yang mengalami dampak tersebut membutuhkan bantuan penanganan psikologis dengan mengikuti konseling dan psikoterapi.

“Sayangnya, hal tersebut menjadi hambatan karena adanya pembatasan-pembatasan di masa pandemi. Begitu pula untuk memperoleh obat, ke dokter, dan lain sebagainya,” tambahnya.

Sebuah studi yang berjudul Challenges to HIV Care and Psychological Health During the COVID-19 Pandemic Among People Living with HIV in China juga sempat membahas masalah ini.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal AIDS and Behaviour itu melaporkan, 32,9-38,4 persen ODHA mengalami depresi dan 27,4 persennya mengalami gangguan kecemasan.

Artikel Lainnya: Penelitian Baru, Virus Corona Ditemukan dalam Sperma Pasien Positif

Tak cuma itu, 67,5 persennya pun khawatir tentang gangguan pengobatan dan perawatan mereka di masa mendatang.

Meningkatnya kasus COVID-19 dan kurangnya sumber daya medis, membuat rumah sakit sulit untuk menerima pasien HIV/AIDS baru serta penyakit menular lainnya.

Dengan adanya penyakit ganda (COVID-19 dan AIDS), peningkatan beban juga terjadi pada sistem kesehatan di China. Alhasil, sulit bagi ODHA dengan infeksi yang parah untuk mencari pertolongan medis.

Dokter Devia pun berharap, komunitas atau pelayanan HIV/AIDS harus lebih aktif dalam mengecek kondisi ODHA sehingga treatment mereka tidak terbengkalai.

Sedangkan untuk ketersediaan obat ARV, semoga saja pemerintah dan instansi terkait menemukan solusi untuk pendistribusian yang tepat, cepat, dan menyeluruh (tak cuma di kota besar).

Masih ada pertanyaan seputar COVID-19 atau HIV/AIDS? Konsultasikan hal itu pada dokter kami lewat fitur LiveChat di aplikasi Klikdokter.

(OVI/AYU)

Hari AIDS Seduniavirus corona

Konsultasi Dokter Terkait