Tips Parenting

Tanda-tanda Anda sedang Membesarkan Anak Pemarah

Ayu Maharani, 15 Sep 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Tak cuma orang dewasa, anak-anak pun bisa bersifat pemarah. Untuk tahu apakah Anda yang punya kepribadian pemarah, berikut tanda-tandanya.

Tanda-tanda Anda sedang Membesarkan Anak Pemarah

Meski ceria dan menggemaskan kerap diidentikkan kepada anak-anak, bukan berarti mereka tidak bisa tumbuh menjadi seorang pemarah. Bahkan, dilansir dari Verywell  Family, ada sejumlah faktor yang menandakan bahwa Anda sebenarnya—secara sadar maupun tidak—sedang membesarkan anak pemarah!

Sebelum mengetahui apa saja yang mengindikasikan bahwa Anda sedang membesarkan anak pemarah, ada baiknya ketahui dulu beberapa faktor penyebab si Kecil jadi seperti itu.

Menurut dr. Fiona Amelia, MPH dari KlikDokter, sikap seorang anak pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Misalnya, lingkungan rumah, sekolah, masyarakat sekitar, atau tempatnya bermain.

“Sementara sifat pemarah anak bisa pula dipengaruhi pola asuh orang tua serta hubungan antara orang tua dan anak sejak awal masa kehidupan,” tutur dr. Fiona.

Anak Anda cenderung pemarah di rumah. Namun, ketika di tempat umum dia tidak begitu, ada kemungkinan dia merasa rumah adalah tempatnya untuk meluapkan emosi karena tidak ada tekanan. 

Kemarahan anak bisa juga merupakan ekspresi bahwa dia sebetulnya tidak percaya diri, malu, merasa bersalah, ragu, dan rendah diri. Adapun beberapa tanda bahwa Anda sedang membesarkan anak dengan emosi yang kurang terkontrol, antara lain berikut ini.

1. Emosi Anak Sampai Mengganggu Hubungan

Menangis dan marah pada kondisi sekitar itu wajar, apalagi buat anak-anak. Namun, ibu harus waspada bila emosi si Kecil meledak-ledak. Bahkan, sampai melukai orang lain. Misalnya, memukul atau melempar benda-benda keras.

Apalagi sampai mengganggu hubungan saudara kandung atau temannya sendiri. Saat kondisi tersebut terjadi, Anda wajib berikan atensi. 

Pasalnya, jika hal tersebut dibiarkan, dia akan mengalami kesulitan bersosialisasi. Andai kata tetap bisa bersosialisasi, si Kecil berisiko tidak bisa memiliki hubungan jangka panjang pada masa mendatang. Orang yang berada di dekatnya akan merasa tidak aman akibat tindakan kasar yang dilakukannya.

2. Emosi Anak Sampai Menghambat Aktivitas Anda 

Kerewelan si Kecil pasti menjadi bagian yang tak bisa dihindari bila Anda berperan sebagai orang tua. Namun, jika kebiasaan buruk itu sampai menghambat aktivitas, maka emosi anak patut dikhawatirkan.

Marah-marah berlebih yang dilakukan anak juga berpotensi menimbulkan emosi serupa pada anggota keluarga yang lain. Ketika emosi tersebut sudah sampai “menulari” orang lain di rumah, Anda tak boleh tinggal diam.

3. Memukul Selalu Jadi Pilihan Utama

Bagi anak yang kondisi emosinya normal, saat dia marah, pukulan menjadi “senjata” terakhir. Namun, pada anak pemarah, pukulan selalu menjadi opsi utama!

Agresivitas yang dimilikinya selalu menjadi alat untuk menginginkan sesuatu. Bahkan tak cuma memukul, menendang, menjambak, menarik, dan melempar kerap dilakukan anak pemarah. 

Artikel Lainnya 7 Hal Ini Perlu Dilakukan Orang Tua Bila Anak Lakukan Bullying

4. Tantrum yang Tidak Sesuai Usianya

Dokter Resthie Rachmanta Putri, M.Epid dari KlikDokter mengatakan bahwa anak tantrum memiliki respons yang bervariasi. Mulai dari menangis keras, memukul, menendang, menghentakkan kaki, melemparkan barang, atau bahkan menahan napasnya. 

Tantrum merupakan hal biasa yang terjadi pada anak-anak, terutama yang berusia 1-4 tahun. Hal ini terjadi karena anak masih belajar cara untuk berkomunikasi dengan efektif. Nah, apabila tantrum justru dialami oleh anak berusia, misalnya 8 tahun, tentu itu bukan emosi yang normal.

Jika di atas 5 tahun emosi si anak malah tak karu-karuan, dia mungkin membutuhkan “pelatihan” dalam membantu mengungkapkan perasaan dengan cara yang sesuai dan tepat. 

5. Anak Mudah Menyerah pada Kesulitan

Selain tindakan yang agresif, kasar, suka bermain fisik, dan histeris, ada satu lagi yang mengindikasikan bahwa Anda sedang membesarkan anak pemarah. Ya, dia mudah menyerah pada kesulitan! Padahal, kemampuan untuk bertahan di kala sulit sangat dibutuhkan di masa depannya nanti.

Jika anak Anda yang berusia 9 tahun meremas kertas PR-nya setiap kali membuat kesalahan, bisa jadi dia memiliki toleransi frustrasi yang amat rendah.

Membesarkan anak pemarah memang menjadi PR yang cukup berat bagi orang tua. Oleh karena itu, jangan segan untuk meminta bantuan kepada psikolog ataupun terapis anak berpengalaman. Hindari mengasuh anak yang “keras” dengan sikap yang “keras” pula. Itu akan memperburuk amarah dan membuat kebiasaan tersebut jadi permanen.

[HNS/AYU]

ParentingAnak

Konsultasi Dokter Terkait