Tips Parenting

Pola Asuh Generasi Alpha yang Orang Tua Perlu Tahu

Tamara Anastasia, 19 Sep 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Anak Anda lahir di atas tahun 2010? Ini artinya si kecil masuk dalam generasi Alpha. Kenali pola asuh mendidik generasi Alpha menurut ahlinya.

Pola Asuh Generasi Alpha yang Orang Tua Perlu Tahu

Anda mungkin sudah tidak asing lagi dengan kata generasi milenial. Ya, kelompok ini memang menjadi generasi yang sekarang populasinya cukup banyak di dunia. Namun, pernahkah Anda mendengar kata generasi Alpha? Jika belum, yuk cari tahu siapa sih yang lahir sebagai generasi Alpha. Lalu bagaimana pola asuh untuk mendidik generasi ini?

Mark McCrindle merupakan orang pertama yang mencetuskan kata generasi Alpha pada masyarakat. Bahkan ia adalah orang pertama yang membuka topik tentang sebutan nama generasi yang lahir pada abad 21.

Mengenal generasi Alpha

Generasi Alpha adalah generasi yang lahir pada tahun 2010 sampai dengan 2025. Menurutnya, generasi Alpha banyak lahir dari generasi milenial yang sekarang menjadi generasi paling banyak dari yang pernah ada.

Penelitian yang dilakukan oleh McCrindle juga menyebutkan bahwa setidaknya sekitar 2,5 juta bayi generasi Alpha lahir di dunia setiap minggunya. Karena generasi Alpha sendiri lahir saat teknologi sudah sangat berkembang dengan pesat, tentu cara pola asuh serta tantangan-tantangan yang dihadapi akan berbeda.

Dalam acara peluncuran produk inovasi terbaru S-26 Procal Gold, Rosdiana Setyaningrum, MPsi, MHPEd selaku psikolog anak dan keluarga menuturkan pendapatnya tentang generasi Alpha. Menurutnya anak-anak yang lahir pada generasi Alpha akan besar kemungkinan untuk menghadapi banyak tantangan dan kesempatan di masa depan.

Untuk itulah, mereka perlu memiliki kemampuan belajar progresif yaitu kemampuan belajar yang terus berkembang. Dimulai dengan membentuk sikap belajar yang baik yang dapat diasah dengan melibatkan anak dan lingkungan sekitarnya.

“Dalam mendidik dan mengasuh generasi Alpha, orang tua perlu mendampingi anak dalam mengasah kemampuan belajar progresif agar mereka bisa meraih capaian-capaian penting dalam tumbuh kembang yang sesuai dengan tahapan usia,” ujar Rosdiana dalam acara S-26 Procal Gold Hadirkan Inovasi, pada Kamis (19/9) siang.

Membentuk karakter anak

Rosdiana juga menegaskan bahwa pembelajaran progresif (progressive learning) ini dibutuhkan untuk membentuk karakter anak hebat agar di masa depan si kecil mampu meraih kesuksesan yang maksimal. Tidak hanya itu, progressive learning sendiri adalah cara belajar terbaru yang merupakan pengembangan dari cara belajar konvesional. Cara ini menekankan pada keterlibatan anak dan lingkungan dalam mendidik si kecil.

Lingkungan seperti sekolah, merupakan lingkungan yang juga menjadi peran besar dalam progressive learning. Hal ini karena sekolah menggunakan cara belajar seperti kombinasi antara teamwork dan critical thinking namun juga bekerja secara mandiri.

Adapun empat karakter anak hebat menurut Rosdiana, yakni:

  • Ekplorasi: anak akan menjelajahi minat bakat dengan cara belajar hal-hal baru di lingkungan sekolah, rumah maupun lingkungan bermainnya.
  • Berpikir Kritis: anak yang penasaran dengan hal-hal baru akan belajar dengan cara bertanya dan berpikir kritis  untuk menyelesaikan suatu masalah.
  • Jiwa kepemimpinan: anak akan menjadi seorang pelopor dan memberi inspirasi dari diri sendiri lalu kelompoknya.
  • Empati: anak akan memahami kebutuhan orang lain dan mampu menciptakan sebuah solusi yang baik bagi lingkungannya.

Menyediakan asupan gizi yang tepat untuk anak

Menurut Rosdiana, selain menstimulasi dengan progressive learning, bentuk dukungan yang bisa dihadirkan oleh orang tua adalah dengan menyediakan asupan gizi. Pemenuhan asupan gizi ini tentu harus dimulai sejak awal tahap kehidupan anak. Dalam hal ini, orang tua perlu menambahkan asupan-asupan gizi seimbang yang mampu meningkatkan kemampuan anak dalam proses belajar.

Dr. Attila Dewanti Sp.A(K), selaku pakar neurologi mengatakan bahwa peran gizi sangatlah penting untuk mendukung kemampuan belajar progresif anak yang lahir sebagai generasi Alpha.

“Ketika anak mendapatkan pengalaman baru dari proses belajar, akan terjadi pembentukan sirkuit baru pada otak mereka, sehingga luas sirkuit yang awalnya terbatas kini menjadi lebih luas,” ujar dr. Attila.

Melansir Health US News, seorang ilmuwan sekaligus seorang pemimpin dari Center of Nutrition Learning and memory di University Illinois menjelaskan bahwa nutrisi otak bagi anak memiliki peranan yang besar dalam membangun koneksi saraf otak, menjaga keterhubungan sinyal otak hingga menyempurnakan struktur sel.

Jika otak anak mendapatkan nutrisi yang baik sejak dini, maka potensinya memiliki otak yang cerdas dan sehat di masa depan pun akan semakin besar.

“Asupan makanan dengan kandungan asam lemak esensial seperti asam linoleat berguna untuk pembentukan membran sel otak dan tidak dapat dibentuk oleh tubuh secara alami. Selain itu anak juga memerlukan kolin yang merupakan komponen penting untuk fungsi otak sinaps serta zat besi yang bisa mengoptimalkan metabolisme sel otak anak,” tambah dr. Attila.

Disarankan pula oleh dr. Attila agar para orang tua memberikan susu sebagai menu sehari-hari untuk menambah fungsi otak anak. Dan tentunya, susu tersebut juga harus memiliki kandungan-kandungan asam linoleat agar fungsi otak anak dapat bekerja lebih baik.

“Dengan kandungan formula terbaru dari S-26 Procal Gold – yaitu Multiexcel a-lipids System – susu ini memang cocok menjadi susu harian anak yang bisa membantu meningkatkan kemampuan otak buah hati. Multiexcel a-lipids System mengandung asam linoleat, serat pangan, protein, kalsium, vitamin A dan D yang dipercaya bisa mencerdaskan otak anak,” tutup dr. Attila.

Nah, bagi Anda kaum milenial  yang saat ini sudah memiliki anak yang masuk sebagai generasi Alpha, ikutilah panduan-panduan di atas. Dengan demikian Anda bisa mencetak kecerdasan dan kesuksesan si Kecil sejak dini.

[RVS]

susuliputanpola asuhAnakgenerasi milenialGenerasi Alpha

Konsultasi Dokter Terkait