Tips Parenting

Cara agar Anak Tidak Tiru Adegan Kekerasan dari Kartun

dr. Alberta Jesslyn Gunardi. BMedSc Hons, 10 Okt 2022

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Karena anak belum mengerti mana yang harus dilakukan dan tidak, lakukanlah cara berikut ini agar mereka tidak meniru adegan kekerasan dari kartun.

Cara agar Anak Tidak Tiru Adegan Kekerasan dari Kartun

Kartun bisa jadi tayangan pisau bermata dua. Di satu sisi, gambarnya yang lucu bisa menghibur anak. Namun di sisi lain, adegan kekerasan yang ditampilkannya bisa pula dicontoh oleh si Kecil. 

Para orang tua mesti tahu cara-cara khusus agar anak tidak meniru adegan kekerasan dari kartun, yang tentunya bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Adapun kartun yang dianggap memiliki unsur kekerasan dan lebih cocok ditonton orang dewasa), seperti SpongeBob SquarePants. 

Jika diperhatikan, kartun tersebut memang kerap menampilkan adegan pemukulan, pelemparan, dan lain-lain meski tujuannya hanya untuk bercanda.

Apabila hal tersebut ditonton oleh anak yang terlalu kecil, apalagi tanpa dampingan orang dewasa, maka bukan tak mungkin dia akan meniru kekerasan itu. Bahkan, bisa mempraktikkan kepada temannya. 

Maka dari itu, orang tua perlu waspada dengan pengaruh film kekerasan pada karakter anak. Untuk mencegah anak meniru adegan kekerasan dari kartun, lakukanlah cara-cara berikut ini.

1. Pilah-pilih Kartun Anak

Kecanduan Gawai Tingkatkan Risiko Gangguan Mental pada Anak?

Pertama-tama, orang tua mesti memahami bahwa tidak semua tayangan kartun atau animasi ditujukan untuk anak-anak. Bahkan, film porno pun ada yang dibalut dengan animasi (hentai). 

Jadi, perluaslah pengetahuan dan perbendaharaan kartun orang tua demi anak.

Pilihkan kartun yang edukatif serta tak mengandung unsur kekerasan ataupun seks terselubung (sering-sering baca review) .

Artikel Lainnya: Tips Mengontrol Tontonan Anak agar Sesuai Usia

2. Dampingi dan Jelaskan Situasinya

Orang tua kerap khawatir, bagaimana cara mencegah supaya anak tidak mengikuti karakter tokoh antagonis? Cobalah dampingi anak saat menonton tayangan. 

Mendampingi pun tak asal duduk diam di sebelahnya. Tak usah menunggu sampai anak bertanya duluan, jelaskan adegan yang ditampilkan oleh kartun.

Misalnya, “Jangan ditiru, ya. Kalau itu dilakukan ke orang lain, orang itu bisa terluka. Kakak/adik juga tidak mau kalau sampai diperlakukan seperti itu?”

Jika dia menyangkal bahwa tidak ada darah yang keluar, terangkanlah bahwa tokoh yang berada di kartun itu tidak nyata. Sedangkan tokoh di kehidupan asli, pasti akan berdarah.

Bila perlu, terangkan secara sederhana bahwa ada konsekuensi lain bila dia nakal atau berperilaku jahat (hukuman dari orang tuanya maupun pak polisi).

3. Tetap Batasi Waktu Menonton

Semakin banyak waktu yang disediakan untuk menonton, semakin tinggi pula risiko anak untuk meniru semua hal yang lihat dari kartun, tak terkecuali unsur kekerasannya.

Ingat, pengaruh film kekerasan bisa berdampak pada karakter anak kelak. 

Oleh karena itu, berikan batasan untuk menonton atau bermain gawai selama 1 jam sehari. Hal ini akan baik untuk kesehatan mentalnya.

4. Jangan Bertindak atau Bercanda Kasar kepada Anak

Orang Tua Milenial Kian Ikut Campur Urusan Anak? (LStockStudio/Shutterstock)

Ini yang terkadang dilupakan oleh orang tua. Meski kartun yang mengandung unsur kekerasan telah dieliminasi, nyatanya ada anggota keluarga yang masih suka bertindak atau bercanda kasar, bahkan hingga melibatkan fisik. 

Tentunya, hal ini membuat anak tetap berpotensi melakukan kekerasan di kemudian hari.

Anak adalah peniru yang ulung. Apabila orang tuanya sering kasar kepadanya, ia akan mencontoh hal tersebut karena menganggapnya biasa. 

Artikel Lainnya: Penyebab dan Cara Mengatasi Anak yang Berperilaku Kasar

5. Tonton Acara Kartun di Ruang Menonton Keluarga, Bukan Kamar

Ada waktunya orang tua memberikan privasi bagi buah hati (remaja beranjak dewasa). 

Namun, saat masih anak-anak, biarkanlah living room menjadi tempat berkumpul dan menonton acara televisi atau video bersama. 

Selain menambah kedekatan, orang tua juga bisa saling mengontrol. 

6. Ajari Anak untuk Mempertahankan Diri Tanpa Menyerang

Ini membutuhkan proses. Anak memukul terkadang bukan untuk bercanda, tetapi untuk meluapkan kekesalannya atau mempertahankan diri. 

Katakan kepada anak bahwa dipukul itu sakit. Untuk meluapkan kekesalan, ada cara lain yang lebih baik, misalnya dengan mengatur napas, berhitung satu sampai sekian, dan sebagainya. 

Seiring bertambahnya usia, demi mempertahankan diri, anak bisa dimasukkan ke kelas bela diri. Dengan begitu, dia menjadi tahu kapan sebaiknya ilmunya dipakai.

Demikian cara-cara yang bisa dilakukan agar anak tidak meniru adegan kekerasan dari kartun. Selain itu, pastikan orang tua mengenali teman-teman yang diajak anak bermain setiap hari. Sebab, perilaku kasar terkadang bisa datang dari teman-temannya.

Jika ingin bertanya lebih lanjut seputar topik ini, konsultasikan dengan psikolog melalui layanan online Tanya Dokter. Untuk #JagaSehatmu dan keluarga, baca artikel-artikel lainnya mengenai kesehatan anak hanya di KlikDokter.

[RS]

pola asuhAnakTips Parenting

Konsultasi Dokter Terkait