Lari atau joging di pinggir jalan kini jadi hobi sebagian masyarakat di kota-kota besar. Selain mencari keringat, pemandangan kota juga menghadirkan kesenangan tersendiri. Meski begitu, lari di pinggir jalan bukan tanpa risiko.
Diketahui, beberapa jalan di beberapa area belum memiliki fasilitas yang ideal bagi pejalan kaki atau pelari. Risiko keselamatan pun dipertaruhkan karena Anda akan berhadapan dengan lalu lalang kendaraan.
Di samping risiko keselamatan, joging di pinggir jalan raya juga berdampak pada kesehatan.
Dampak Jogging di Pinggir Jalan
Berdasarkan penuturan dr. Astrid Wulan Kusumoastuti, joging di pinggir jalan raya memang berpotensi menghadapi beberapa bahaya. Misalnya, polusi udara di jalan raya.
“Kalau larinya di jam sibuk sudah pasti ada risiko paparan polutan udara terhirup,” kata dr. Astrid.
Beberapa polutan, salah satunya karbon monoksida, jika terhirup akan menjadi faktor risiko timbulnya radang pada paru-paru dan memicu asma.
Selain itu, paparan polusi udara di jalan raya yang tinggi juga bisa meningkatkan risiko berbagai penyakit, seperti serangan jantung.
“Apalagi saat berolahraga seperti joging, kita menghirup udara lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan saat berjalan,” dia menjelaskan.
Artikel lainnya: Jalan Kaki Vs Jogging, Mana yang Lebih Baik untuk Osteoporosis?
Menurut data real time IQAir, ada lima kota dengan tingkat polusi paling tinggi di Indonesia, yakni Medan, Balaipungut, Jakarta, Pekanbaru, dan Bandung.
Oleh karena itu, ketika joging di kota tersebut, Anda perlu menimbang waktu yang tepat. Sebab, kadar polusi berubah setiap waktu.
Sebagai contoh, dalam riset yang diberitakan Tempo, waktu terbaik untuk joging di Ibu Kota adalah pukul 13.00 hingga 15.00 WIB. Pada saat itu, kadar polusi tidak terlalu tinggi sehingga kualitas udaranya diyakini paling baik.
Perhatikan Ini Saat Olahraga di Pinggir Jalan
Dokter Astrid mengatakan, joging di jalan sebenarnya tidak mengapa jika ingin dilakukan. Namun, agar tak tak terkena dampak negatifnya, Anda bisa mengakalinya dengan memilih jam sepi supaya terhindar dari bahaya polutan.
Misalnya, berjoginglah di pagi hari saat orang belum banyak beraktivitas. Dengan jumlah kendaraan yang sedikit, polusi udara juga masih minimal.
“Jikapun dilakukan saat jam kendaraan ramai, lakukan di trotoar yang memang dibangun untuk pejalan kaki,” saran dr. Astrid.
Artikel lainnya: Olahraga Ini Paling Banyak Bakar Kalori
Anda juga perlu memperhatikan kondisi trotoar. Lebih baik joging di trotoar yang tidak berlubang atau retak. Hal tersebut guna menghindarkan risiko cedera.
Di samping itu, Arrive Alive merilis beberapa prosedur untuk mengurangi potensi bahaya di jalan raya saat joging. Di antaranya:
- Sebaiknya tidak memakai headset saat berlari sendirian. Sebab Anda harus fokus terhadap keadaan di sekitar.
- Pakaian berwarna terang lebih aman dikenakan daripada yang berwarna gelap. Hal itu akan memudahkan pengendara sadar akan keberadaan Anda.
- Lari di sisi jalan yang menghadap lalu lintas (tidak berlawanan).
- Berlarilah di rute yang memang sudah Anda kenal demi menjaga keselamatan.
- Berhati-hatilah jika melewati gang atau persimpangan. Sebab bisa jadi kendaraan akan muncul tiba-tiba.
- Anda juga perlu menjamin kenyamanan pengguna jalan lain. Jangan sampai membuat pejalan kaki terganggu di trotoar hingga mereka terpaksa turun ke jalan.
- Jangan memaksakan lari saat cuaca sedang buruk.
Jika prosedur dan syarat di atas tidak terpenuhi, sebaiknya pilihlah track jogging yang memang sudah disediakan khusus untuk pelari. Misalnya, di sekitaran taman atau fasilitas olahraga.
Dengan memperhatikan prosedur tersebut, risiko kesehatan dan keselamatan joging di pinggir jalan raya bisa diminimalkan.
Punya pertanyaan seputar bahaya polusi udara di jalan raya lainnya? Konsultasikan lebih lanjut pada dokter melalui LiveChat 24 jam. Jangan lupa untuk mengunduh aplikasi Klikdokter agar tidak ketinggalan berita kesehatan lainnya.
[HNS/JKT]