Tak sedikit orang yang melakukan diet yo-yo. Setelah berhasil menurunkan berat badan, timbangan kembali melonjak akibat gaya hidup tak sehat, kemudian berdiet lagi dan seterusnya.
Penelitian menyebutkan, diet yo-yo dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Kemungkinan hal ini terkait dengan peningkatan berat badan (bahkan, bisa lebih berat dari berat badan awal), lemak tubuh, indeks massa tubuh, dan kolesterol.
Diduga juga, perubahan berat badan secara drastis membuat tubuh stres dan menyebabkan perubahan hormon yang berefek pada jantung. Lalu, mungkin timbul pertanyaan: sebaiknya berdiet dengan risiko berat naik kembali atau malah tidak perlu diet sama sekali?
Sebuah studi pada tikus menemukan bahwa berat badan, kadar gula darah, dan lemak mengikuti makanan yang dikonsumsi. Saat berdiet hasilnya akan baik, sebaliknya saat tidak diet hasilnya buruk.
Namun secara keseluruhan, tikus dengan diet yo-yo memiliki masa hidup dan kesehatan yang lebih baik ketimbang tikus yang obesitas.
Sedikit berbeda dari diet yo-yo, diet singkat secara rutin justru bisa menguntungkan. Misalnya, diet 5 hari setiap bulan. Dikatakan bahwa diet jenis ini dapat menurunkan kadar IGF-1.
Protein tersebut berhubungan dengan peningkatan risiko kanker, seperti kanker usus besar, kanker payudara, dan kanker prostat. Meski demikian, perlu penelitian lebih lanjut untuk memastikannya.
Tubuh yang sehat diawali dengan pola makan yang baik. Jika Anda konsisten menerapkannya, semoga akan terhindar dari kebiasaan diet yo-yo yang merugikan.
[RS/ RH]