Hampir semua makanan dan minuman yang dijual di pasaran mencantumkan label fakta nutrisi. Hal ini diatur dalam perundangan di Indonesia dan diawasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Mungkin masih banyak di antara masyarakat yang kurang memerdulikan fakta nutrisi yang tertera pada kemasan sebuah produk makanan atau minuman. Padahal, bila dipahami dengan benar, Anda dapat memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan.
Membaca Fakta Nutrisi
Fakta nutrisi bertujuan untuk memudahkan konsumen melihat kandungan gizi di dalam sebuah makanan atau minuman. Dengan begitu, konsumen akan lebih mudah memilih makanan sehat yang akan dikonsumsi.
Namun tak jarang, masih ada konsumen yang merasa kebingungan dalam memahami informasi yang terdapat di dalam fakta nutrisi, karena ada beberapa tulisan yang menggunakan istilah kimia.
Nah, agar Anda tidak bingung, berikut istilah yang ada di fakta nutrisi dan bagaimana cara membacanya:
1. Istilah kimia garam
Tidak semua orang tahu bahwa natrium dan sodium adalah istilah kimia untuk garam. Jika secara kebetulan Anda menemukan istilah tersebut di label fakta nutrisi makanan atau minuman yang dibeli, sebaiknya hindari mengonsumsi jenis asupan tersebut secara berlebihan.
Kelebihan garam dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan ginjal. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes), batas aman konsumsi garam per hari adalah 2000 miligram atau setara dengan satu sendok teh.
2. Istilah kimia gula
Dalam label fakta nutrisi, gula sering ditulis menggunakan istilah-istilah lain sebagai berikut:
· Sukrosa: Gula dapur
· Fruktosa: Gula buah
· Laktosa: Gula yang terdapat di dalam susu
· Maltosa: Gula gandum
Anjuran konsumsi gula per hari adalah 50 gram atau setara dengan empat sendok makan. Mengonsumsi gula berlebih bisa mencetuskan kegemukan atau obesitas dan diabetes melitus.
3. Pengawet makanan
Pengawet makanan terdiri atas pengawet alami dan buatan. Beberapa jenis pengawet alami adalah garam, gula, alkohol, cuka dan lainnya. Sedangkan, untuk pengawet buatan atau kimiawi beberapa contohnya adalah benzoat (sodium benzoat, asam benzoat), nitrit (sodium nitrim), sulfit (sulfur dioksida), dan sorbat (sodium sorbat, potasium sorbat). Asam askorbat atau vitamin C juga merupakan antioksidan yang dapat digunakan sebagai pengawet.
· Sodium benzoat
Dalam dosis sangat kecil, sodium benzoat masih tergolong aman. Namun pada dosis tinggi, pengawet ini dapat memicu alergi, asma dan juga dapat menyebabkan kerusakan otak. Sodium benzoat dapat ditemukan sebagai pengawet jus, teh, kopi, minuman berkarbonasi dan sejenisnya.
· Butylated hydroxyanisole
Butylated hydroxyanisole (BHA) merupakan salah satu pengawet yang berbahaya bagi tubuh, karena berpotensi menyebabkan kanker. BHA sering ditemukan sebagai pengawet dalam keripik kentang, permen karet, sereal, dan lainnya.
· Sodium nitrit
Sodium nitrit sering digunakan sebagai pengawet daging, dan dapat ditemukan secara alami di dalam buah bit, seledri, lobak dan kol. Selain itu, terdapat pula asam askorbat yang dapat mencegah tubuh mengubah nitrit menjadi nitosamin.
Nitrosamin berpotensi menyebabkan kanker pada manusia. Oleh sebab itu, sering kali produsen menambahkan asam askorbat pada produk daging untuk mencegah pembentukan nitrosamin.
Setiap tahunnya, American Meat Institute melakukan percobaan terhadap tikus dengan diberikan air minum yang mengandung nitrit dan nitrat dalam jumlah tinggi. Hasilnya menyebutkan nitrit aman digunakan dalam dosis yang ditentukan, dan tidak menyebabkan kanker.
Selanjutnya
4. Pemanis buatan
Food Drug Association (FDA) telah menyetujui penggunaan lima jenis pemanis buatan, yaitu sakarin, acesulfame, aspartam, neotam dan sukralosa. Selain itu, FDA juga menyetujui pemakaian pemanis alami rendah kalori, stevia. Pemanis alami lainnya adalah gula tebu, sirup mapel dan madu.
Jadi, jika Anda sedang diet rendah gula, sebaiknya perhatikan nama-nama pemanis tersebut. Pemanis buatan dapat digunakan sebagai alternatif pengganti gula bagi Anda yang sedang ingin mengontrol berat badan dan penyakit diabetes.
5. Pewarna makanan
Beberapa nama ilmiah untuk pewarna alami, antara lain:
• Karotenoid
Karotenoid yang sering digunakan ialah beta karoten, yang banyak terdapat di dalam wortel dan labu kuning. Pewarna alami ini menyebabkan munculnya warna merah tua, kuning atau oranye pada makanan atau minuman.
• Klorofil
Ini adalah pigmen alami yang terdapat di dalam tumbuhan hijau. Makanan dengan perisa min atau jeruk nipis seperti es krim atau permen terkadang menggunakan klorofil sebagai pewarnanya.
• Antosianin
Pewarna alami ini dapat memberikan tampilan warna ungu tua dan biru. Kandungannya terdapat dalam anggur, bluberi dan cranberi. Keripik yang berwarna biru, minuman soda berwarna biru sering kali menggunakan antosianin sebagai pewarnanya.
• Tumerik atau kunyit
Pewarna alami ini memberikan warna mustard atau kuning tua pada makanan atau minuman.
Sedangkan untuk pewarna makanan buatan yang telah disetujui oleh Food Drugs Association, di antaranya:
• Amaranth: Merah
• Violet gb: Ungu
• Tartrazine (yellow no.5): Kuning
• Fast green fcf (green no.3): Hijau
• Brilliant blue FCF (blue no.1): Biru
• Sunset yellow FCF (yellow no.6): Oranye
Pewarna buatan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, salah satunya ialah tartrazine yang banyak digunakan dalam makanan kaleng, obat-obatan dan kosmetik. Tartrazine dikethaui dapat menyebabkan reaksi alergi, seperti asma dan urtikaria, dan menyebabkan hiperaktivitas pada anak.
6. Monosodium Glutamate alias MSG
Bagi Anda yang alergi atau ingin benar-benar menghindari paparan MSG, ada baiknya menghafal istilah lain dari zat tersebut sebagai berikut:
• Garam monosodium
• Monohidrat
• Monosodium glutamate monohydrate
• Monosodium L-glutamate monohydrate
• Sodium glutamate monohydrate
• UNII-W81N5U6R6U
• Asam L-glutamate
• Caseinate
• Hydrolyzed protein
Sekarang Anda sudah tak perlu bingung lagi ketika harus membaca fakta. Pada akhirnya, Anda dapat benar-benar menentukan mana makanan atau minuman yang aman dikonsumsi dan mana yang tidak. Salam sehat!
(NB/ RH)