HomeIbu Dan anakKesehatan BayiBayi Jadi Vegetarian, Bolehkah?
Kesehatan Bayi

Bayi Jadi Vegetarian, Bolehkah?

dr. Irma Rismayanty, 02 Feb 2016

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Hingga usia 6 bulan, kebutuhan gizi bayi sudah tercukupi oleh ASI. Namun ketika mereka memasuki masa MPASI, banyak orangtua mengenalkan diet vegetarian pada bayi mereka.

Bayi Jadi Vegetarian, Bolehkah?

Kini, banyak bayi yang sudah dibiasakan untuk menjadi vegetarian oleh orangtuanya. Nah, biasanya orang-orang akan bertanya, jika anak vegetarian lalu bagaimana dengan kebutuhan nutrisinya?

Bayi yang sedang dalam masa pertumbuhan memang membutuhkan nutrisi yang lengkap agar dapat tumbuh kembang dengan optimal. Namun sebenarnya tidak masalah jika bayi menjadi vegetarian, hanya saja dibutuhkan perhatian lebih dari orangtua untuk menjaga kebutuhan gizi bayinya.

Dalam penelitian dikatakan, walaupun tampaknya bayi vegetarian akan mengonsumsi kalori lebih sedikit dibandingkan bayi nonvegetarian, namun pada kenyataannya bayi vegetarian bisa memiliki asupan pemasukan kalori yang memadai apabila pemilihan asupannya tepat.

Aliran-Aliran Vegetarian

Dalam dunia vegetarian, muncul berbagai macam aliran atau modifikasi dengan berbagai aturannya sendiri. Beberapa variasi vegetarian di bawah ini merupakan variasi yang paling umum:

  • Vegans
    • Bayi vegetarian sama sekali tidak mengonsumsi protein hewani.
    • Bayi vegetarian biasanya akan mengambil asupan protein dari tahu, tempe, serta kacang-kacangan. Sementara itu, diketahui bahwa kandungan protein biologis dari tahu dan tempe lebih rendah dari daging.
    • Bayi vegetarian mendapatkan asupan kalsium dari sayuran hijau, produk kedelai, dan lentil.
    • Hal yang harus diperhatikan oleh orangtua adalah mengenai asupan mineral bagi bayi seperti zat besi, karena kebanyakan zat besi terkandung di dalam daging. Sehingga ada risiko bayi vegetarian rawan mengalami kekurangan zat besi. Jika kekurangan zat besi ini berlangsung terus-menerus, maka bisa meningkatkan risiko anemia pada bayi di kemudian hari.
  • Fruitarian. Penganut ini lebih selektif lagi dalam memilih makanan yaitu hanya kepada golongan buah.
  • Lacto-ovo vegetarian. Penganut ini masih boleh mengonsumsi turunan produk hewani seperti telur, susu, keju dan olahan susu. Pada lacto-ovo vegetarian, kebutuhan asam amino essential dari protein hewani masih dapat terpenuhi untuk kebutuhan tumbuh kembang bayi.

Vegetarian pada Bayi           

Diet vegan tulen dapat berdampak pada postur tubuh bayi. Pada bayi dengan diet vegan tulen, bayi terlihat lebih kecil dibandingkan dengan bayi yang bukan vegetarian.

Pada bayi yang diterapkan diet lacto-ovo vegetarian hingga dewasa, sebuah penelitian menyatakan bahwa anak tersebut dapat memiliki tumbuh kembang yang sama baiknya dengan pola diet biasa ketika sudah dewasa.

Hasil yang berbeda didapatkan pada diet vegan tulen. Untuk diet vegan tulen, belum ada bukti penelitian yang memadai mengenai kecukupan asupan energi dan pengaruhnya terhadap tumbuh kembang.

Karena bayi masih dalam proses tumbuh kembang, maka terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan. Dengan menjadi vegetarian berarti bayi akan memiliki kecenderungan kekurangan beberapa zat gizi yang terdapat pada makanan hewani, seperti besi, kalsium, vitamin D, vitamin B12, dan lemak. Karena itu, perlu dicermati lebih lanjut pengganti zat gizi tersebut dari sumber makanan yang lain, misalnya lemak dari sumber kacang-kacangan, kalsium dari brokoli dan bayam, besi dari bayam, dan vitamin D dari brokoli dan bayam.

Sekarang pilihannya ada pada orangtua, apakah ingin bayi menjadi vegetarian murni, lacto-ovo, atau jenis diet lainnya. Jika memang orangtua akan mendalami masalah vegetarian ini, ada baiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter anak sub spesialis gizi dan metabolik agar periode tumbuh kembang emas bayi tidak terhambat.

Serba-Serbi Makanan BalitaBayi Jadi Vegetarian

Konsultasi Dokter Terkait