HomeInfo SehatJantungBenarkah Wanita Usia 40-an Harus Minum Obat Kolesterol?
Jantung

Benarkah Wanita Usia 40-an Harus Minum Obat Kolesterol?

dr. Karin Wiradarma, 23 Agu 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Katanya, wanita berusia 40-an harus segera minum obat kolesterol untuk mencegah tingginya kadar kolesterol dalam tubuh. Benarkah demikian?

Benarkah Wanita Usia 40-an Harus Minum Obat Kolesterol?

Sudah sekian lama kolesterol tinggi dituding sebagai dalang dari munculnya berbagai penyakit berbahaya, seperti penyakit jantung dan strok. Kenyataannya, semakin bertambahnya usia, risiko penyakit kolesterol tinggi pun semakin meningkat. Nah, ada yang menyebutkan bahwa untuk mencegah naiknya kadar kolesterol, wanita berusia 40-an dianjurkan untuk minum obat kolesterol. Apa benar?

Ada banyak upaya yang dilakukan untuk mencegah kolesterol tinggi. Apabila kadar kolesterol sudah terlanjur tinggi, Anda harus mengontrolnya segera agar tidak menimbulkan berbagai komplikasi yang dapat membahayakan jiwa.

Anjuran pemberian obat kolesterol untuk usia di atas 40 tahun

Begitu tingginya angka kejadian penyakit jantung dan strok yang merupakan komplikasi dari kolesterol tinggi. Hal ini membuat banyak ahli di dunia kedokteran berusaha mencari cara untuk menurunkan prevalensi dua penyakit mematikan tersebut.

Salah satu cara yang belum lama dipublikasikan—dan cukup kontroversial—adalah panduan terbaru dari US Preventice Service Task Force (USPSTF). Panduan tersebut menyarankan agar salah satu obat kolesterol paling terkenal bernama statin diberikan kepada semua orang yang berusia di atas 40 tahun. Pemberian ini tak memandang apakah orang-orang tersebut memiliki riwayat penyakit jantung atau tidak.

Apabila orang yang berusia 40-75 tahun didapati memiliki satu atau lebih faktor risiko penyakit jantung seperti kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi (hipertensi), diabetes, atau punya kebiasaan merokok meski tidak memiliki gejala atau riwayat penyakit jantung, maka golongan usia ini disarankan untuk mengonsumsi statin.

Anjuran ini bukannya tanpa alasan. Ini karena orang-orang yang terlihat tidak memiliki gejala dan riwayat penyakit jantung tetap memiliki setidaknya 10 persen risiko mengalami penyakit jantung dan stroke. Apalagi jika orang-orang ini sudah memiliki salah satu atau beberapa faktor risiko seperti yang disebutkan di atas.

Senada dengan American College of Cardiology (ACC) dan American Heart of Association(AHA), panduan baru dari USPSTF ini juga menyarankan para dokter dan pasien untuk fokus pada si ‘jahat’ low-density lipoprotein (LDL)—biang kerok pemicu penyakit jantung dan stroke. Namun, bedanya, ACC dan AHA memiliki pandangan yang lebih agresif dengan menyarankan orang-orang yang memiliki risiko 7,5-10 persen untuk tetap mengonsumsi obat statin.

Mengenal statin lebih jauh

Statin adalah jenis obat penurun kolesterol yang paling populer karena fungsi utamanya yang dapat menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh. Inilah sebabnya kenapa statin dianggap memiliki efek yang lebih superior dibandingkan dengan obat kolesterol lainnya, karena memiliki manfaat protektif yang paling besar terhadap terjadinya penyakit kardiovaskular.

Tak hanya itu, ada juga hasil studi yang menyebutkan bahwa statin dapat menurunkan kecepatan penuaan pada DNA manusia. Meskipun demikian, hal ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Berdasarkan studi yang dilakukan pada tahun 2017 terhadap 39 juta penduduk Amerika Serikat berusia 40 tahun ke atas yang mengonsumsi statin, dilaporkan bahwa statin cukup aman dan efek samping hanya dialami oleh sebagian kecil.

Efek samping statin antara lain adalah nyeri otot, masalah hati dan pencernaan, serta peningkatan kadar gula darah. Ditelusuri, kelompok orang yang rentan mengalami efek samping statin adalah wanita, mereka yang berusia lebih dari 65 tahun, dan orang yang mengonsumsi minuman beralkohol terlalu banyak.

Kembali lagi, dengarkan apa kata dokter

Meskipun sudah ada tiga pedoman yang menyarankan penggunaan statin yang agresif, tetap saja keputusan pengobatan pasien diserahkan kembali kepada masing-masing dokter. Ada dokter yang sependapat dengan pengobatan tersebut, tapi ada juga yang menganggap bahwa hal tersebut terlalu ekstrem dan tak perlu 100 persen diikuti.

Selain dengan terapi statin, Anda tak boleh lupa ada cara lain untuk menjaga kolesterol tetap stabil dan terhindar dari ancaman penyakit kardiovaskular yang juga diketahui efektif, yaitu dengan menerapkan gaya hidup sehat. Mengonsumsi statin tanpa memperhatikan pola makan dan tidak berolahraga secara rutin tentu tak akan membuat Anda merasakan manfaat obat tersebut secara optimal, bahkan tubuh dapat mengalami efek samping dari penggunaan statin.

Cara lain yang juga baik untuk mencegah atau menurunkan kolesterol tinggi adalah dengan mengonsumsi plant stanol ester, zat alami dari yang sudah teruji klinis dapat menurunkan kolesterol. Plant stanol ester ini sebenarnya masih ‘satu keluarga’ dengan kolesterol, sehingga memiliki susunan kimia yang sama.

Namun, apabila kolesterol berasal dari hewani, maka plant stanol berasal dari nabati. Karena memiliki bentuk yang mirip, plant stanol ester ini dapat berkompetisi dengan kolesterol dalam pencernaan, sehingga dapat mencegah penyerapan kolesterol ke dalam tubuh.

The National Cholesterol Education Program merekomendasikan konsumsi PSE sebanyak 2 gram per hari untuk membantu menurunkan kolesterol LDL. Dengan dosis tersebut, kadar LDL dapat menurun 6-15 persen dalam beberapa minggu apabila dikonsumsi secara rutin dandiikuti dengan pola hidup sehat.

Mencukupi kebutuhan plant stanol ester sebanyak 2 gram sehari hanya dari makanan biasa tentunya tidak mungkin, karena makanan Anda hanya mengandung sedikit plant stanol ester. Namun, kini telah tersedia plant stanol ester yang sudah dikemas ke dalam minuman seperti smoothies  dan cereal drink, sehingga tak hanya praktis, segar, tapi juga membantu melindungi Anda dari ancaman kolesterol tinggi dan berbagai penyakit akibat komplikasinya.

(RN/ RH)

obat kolesterolKadar KolesterolKolesterol Tinggi

Konsultasi Dokter Terkait