Vokalis grup musik Linkin Park, Chester Bennington ditemukan tewas di rumahnya, Kamis (20/07/2017). Kasus ini menambah deretan artis yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.
Hal itu tentu menimbulkan pertanyaan, mengapa semakin banyak artis yang bunuh diri?
Steve Stack dari Center for Suicide Research menyebutkan bahwa hal itu berhubungan dengan hidup seorang seniman yang sangat menantang dan bergejolak. Diduga ini terkait dengan pasar kerja yang terbatas.
“Seniman lebih sulit mendapatkan pekerjaan dibanding orang lain. Kesulitan ini meliputi pengangguran, ketergantungan pada klien, atau bahkan berpenghasilan rendah," tuturnya.
Di satu sisi, seorang profesor Epidemiologi di Universitas Columbia, Madelyn Gould, mengungkapkan bahwa bunuh diri adalah sebuah 'wabah' yang nyata.
Itu karena kasus bunuh diri telah terjadi berulang kali. Hal ini secara pasti berhubungan dengan peningkatan kasus bunuh diri berikutnya, terutama di kalangan usia muda. Gould menyebutkan bahwa hampir 5% kasus bunuh diri remaja dipengaruhi oleh ‘penularan’.
“Penularan bunuh diri itu nyata, itulah sebabnya saya mengkhawatirkannya,” katanya.
Gould mengungkapkan, penyebaran ‘wabah’ bunuh diri dapat ditekan bila media massa tidak ‘mengagungkan’ seseorang yang melakukan tindakan tersebut. Hal ini karena pemberitaan seputar bunuh diri dari kalangan artis membuat orang-orang yang 'rentan’ untuk melakukan tindakan seperti idolanya.
Pelajaran yang bisa diambil dari tindakan vokalis Linkin Park, Chester Bennington adalah bahwa bunuh diri bukanlah sebuah solusi. Tindakan ini justru menambah sederet kerugian bagi pelaku dan orang-orang yang ditinggalkan.
(NB/ RH)