HomePenyakitMasalah TidurSindrom Putri Tidur
Masalah Tidur

Sindrom Putri Tidur

Tim Medis Klikdokter, 27 Jun 2019

Ditinjau Oleh

Icon ShareBagikan
Icon Like

Sindrom Kleine-Levin, juga dikenal dengan istilah sleeping beauty syndrome atau sindrom putri tidur.

Pengertian

Sindrom Kleine-Levin, juga dikenal dengan istilah sleeping beauty syndrome atau sindrom putri tidur. Ini merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan kondisi neurologis langka yang ditandai dengan terjadinya episode tidur berlebih yang terjadi berulang dan disertai dengan gangguan kognitif serta perilaku pada saat terjaga.

Orang yang mengalami kondisi ini umumnya tidur sekitar 12 hingga 24 jam per hari, dan hanya bangun untuk makan atau ke kamar kecil. Saat terjaga, orang tersebut dapat mengalami tanda dan gejala berupa disorientasi, kebingungan, halusinasi, iritabilitas, mengantuk berlebih, dan bersikap apatis. Mereka umumnya mengalami kesulitan dalam merawat diri serta menghadiri sekolah, kuliah, atau kerja.

Penyakit Sindrom Putri Tidur (Designer491/Shutterstock)

Penyebab

Saat ini, penyebab dari sindrom putri tidur belum diketahui secara pasti. Namun, kelainan yang timbul akibat kondisi ini menunjukkan terdapatnya kemungkinan kerusakan pada hipotalamus dan thalamus di otak. Kedua area tersebut merupakan bagian dari otak yang meregulasi pola tidur, nafsu makan, dan nafsu seksual.

Beberapa faktor lain seperti virus atau autoimun juga diduga dapat berperan, karena banyak penderita dengan sindrom putri tidur yang menunjukkan gejala saluran pernapasan, seperti batuk dan pilek di awal penyakit.

Gejala

Sindrom putri tidur umumnya diawali pada masa remaja, di mana tanda dan gejala dapat timbul secara episodik dan terjadi sekitar 2 hingga 12 kali setiap tahunnya. Saat sebuah episode dari keluhan mulai timbul, hal ini dapat berlangsung sekitar beberapa hari hingga beberapa bulan. Saat sebuah episode berakhir, orang tersebut umumnya tidak dapat mengingat pengalaman sebelumnya. Tanda dan gejala dapat timbul kembali secara tiba-tiba.

Di antara episode tersebut, pasien dengan sindrom putri tidur dapat tidak menunjukkan tanda atau gejala sama sekali serta aktivitas fisik dan perilaku yang baik. Umumnya, mereka juga mengalami pola hidup yang normal serta pola tidur yang reguler.

Seiring dengan bertambahnya usia, episode menjadi lebih jarang dan kemudian mulai menghilang. Namun, pada sebagian kasus, kondisi ini telah diamati juga menetap pada pasien yang berusia 40 atau 50 tahun.

Tanda dan gejala yang dapat timbul di antaranya:

  • Hipersomnia, atau tidur berlebih. Hal ini merupakan gejala utama dari sindrom putri tidur, dan merupakan kondisi yang penting untuk diagnosis. Penderita umumnya membutuhkan waktu 12 hingga 24 jam untuk tidur dan sulit untuk dibangunkan saat tertidur.
  • Gangguan kognitif. Penderita mengalami kebingungan, pemahaman yang menurun, konsentrasi yang buruk, gangguan memori, serta kesulitan berkomunikasi. Gangguan wicara juga sering diamati, seperti berbicara tidak jelas dan menyerupai anak-anak.
  • Persepsi yang berubah. Sebagian besar penderita melaporkan merasa seperti terpisah dari dunia nyata pada saat mengalami episode, dan merasa seperti dunia di sekitarnya adalah salah, terdistorsi, atau seperti sedang bermimpi. Selain itu, sebagian penderita juga dapat mengalami halusinasi auditorik maupun visual.
  • Hiperfagia, atau makan berlebih. Sebagian besar penderita mengalami gangguan makan pada saat episode berlangsung. Mereka umumnya mengidam jenis makanan yang tidak biasa dikonsumsi, seperti makanan manis atau makanan yang tidak sehat.
  • Hiperseksualitas. Sebagian penderita, sering kali laki-laki, menunjukkan dorongan seksual yang meningkat. Perilaku hiperseksual tersebut dapat mencakup masturbasi yang berlebih, promiskuitas, perilaku seksual yang tidak sopan, maupun perilaku lainnya.

Tanda dan gejala lain yang dapat terjadi mencakup nyeri kepala satu sisi, hipersensitivitas terhadap cahaya dan suara, ansietas, dan iritabilitas. Sebagian besar penderita dengan sindrom putri tidur juga menunjukkan gejala seperti suhu tubuh yang abnormal, perubahan pada frekuensi denyut jantung dan tekanan darah, serta batuk dan pilek.

Diagnosis

Diagnosis dari sindrom putri tidur dapat ditentukan berdasarkan wawancara medis yang mendetail dan pemeriksaan fisik secara langsung.

Penanganan

Tidak terdapat penanganan definitif untuk sindrom putri tidur, namun dokter dapat meresepkan pengobatan tertentu untuk membantu meredakan keluhan. Pengobatan stimulan golongan tertentu dapat membantu mengatasi efek tidur berlebih, tetapi tidak dapat sepenuhnya mengatasi gangguan kognitif yang menyertai kondisi ini.

Pencegahan

Karena penyebab dari sindrom putri tidur belum diketahui secara pasti, belum ada metode pencegahan yang terbukti efektif secara sepenuhnya dalam menghindari terjadinya kondisi ini.