HomePenyakitMasalah MentalGangguan Depersonalisasi
Masalah Mental

Gangguan Depersonalisasi

dr. Muhammad Iqbal Ramadhan, 20 Jan 2023

Ditinjau Oleh

Icon ShareBagikan
Icon Like

Gangguan depersonalisasi adalah kondisi ketika seseorang terus-menerus merasa jiwanya berada luar tubuh. Bagaimana cara mengobati gangguan depersonalisasi?

Gangguan Depersonalisasi

Gangguan Depersonalisasi

Dokter Spesialis

Spesialis kejiwaan/psikiater

Gejala

Merasa jiwanya berada di luar raganya, merasa seperti robot, mati rasa emosional atau fisik terhadap lingkungan, bersikap datar, sulit merasa sedih, gembira atau marah

Faktor Risiko

Mengalami kepribadian tertentu, riwayat trauma berat, riwayat stres berat, riwayat gangguan depresi atau kecemasan, menggunakan obat-obatan rekreasional

Diagnosis

Anamnesis fisik dan psikiatri, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (laboratorium darah, urine, CT-Scan, MRI)

Pengobatan

Psikoterapi, obat-obatan medis, terapi keluarga, terapi hipnosis, terapi musik dan seni

Komplikasi

Sulit fokus pada tugas; gangguan aktivitas keseharian, masalah dalam hubungan dengan keluarga dan teman, gangguan kecemasan, depresi, rasa putus asa berkepanjangan

Kapan Harus ke dokter?

Mengalami gejala depersonalisasi yang mengganggu secara emosional, gangguan menghambat pekerjaan, hubungan, aktivitas sehari-hari.


Pengertian Gangguan Depersonalisasi

Depersonalisasi adalah kondisi ketika seseorang merasa jiwanya terlepas dari raganya. 

Penderita merasa bahwa dia berada di luar raganya dan sedang mengawasi raganya tersebut, atau merasa seolah ia sedang bermimpi.

Sebenarnya sebagian besar orang pernah mengalami kondisi ini secara singkat, tetapi tidak semuanya merasa terganggu, dan aktivitas keseharian tetap berjalan normal.

Bila kondisi ini hanya dialami sesaat dan tidak mengganggu hidup sehari-hari, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Akan tetapi, apabila kondisi ini berkelanjutan hingga mengganggu aktivitas, bisa jadi itu merupakan gangguan depersonalisasi.

Tidak jarang gangguan depersonalisasi ini menimbulkan stres hingga depresi. Itulah sebabnya, orang yang mengalami kondisi ini harus segera mencari bantuan.

Gangguan depersonalisasi adalah kondisi yang memerlukan terapi khusus, baik melalui terapi psikis maupun obat-obatan medis.

Meskipun bisa dialami siapa saja, masalah kesehatan mental ini umumnya terjadi pada remaja hingga dewasa muda. Anak-anak dan lansia relatif jarang mengalami gangguan tersebut.

Artikel lainnya: Jenis-Jenis Depresi yang Perlu Kamu Tahu

Penyebab Gangguan Depersonalisasi

Penyebab gangguan depersonalisasi belum diketahui secara pasti. Beberapa orang memiliki kecenderungan mengalami gangguan ini dibandingkan dengan orang yang lain.

Peningkatan risiko ini diperkirakan berhubungan dengan faktor genetik dan adanya tekanan negatif dari lingkungan.

Dengan faktor ini, seseorang berpotensi lebih besar mengalami gangguan depersonalisasi, terutama setelah menghadapi peristiwa besar di hidupnya yang sifatnya tidak menyenangkan.

Peristiwa tersebut dapat berupa trauma psikis masa kecil, kehilangan, peperangan, penganiayaan, pemerkosaan, pencabulan, atau bencana alam.

Walau umumnya dialami akibat trauma psikis, gangguan depersonalisasi juga dapat muncul akibat adanya penyakit lain. Misalnya, kejang, tumor dan penyakit lain dalam otak, gangguan kejiwaan lain, hingga penyalahgunaan obat.

Faktor Risiko Gangguan Depersonalisasi

Sementara itu, faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko gangguan depersonalisasi dapat meliputi:

  • Punya kepribadian tertentu sehingga penderita cenderung ingin menghindari sebuah situasi yang sulit atau menyulitkannya untuk beradaptasi pada situasi tersebut.
  • Trauma yang cukup parah, baik pada masa kanak-kanak maupun orang dewasa, misalnya menyaksikan atau mengalami peristiwa traumatis.
  • Stres berat, misalnya masalah dalam hubungan percintaan, keuangan, atau pekerjaan.
  • Kecemasan atau depresi, utamanya depresi berat dan berkepanjangan, atau serangan panik
  • Mengonsumsi obat-obat rekreasional, yang bisa menyebabkan episode depersonalisasi ataupun derealisasi

Gejala Gangguan Depersonalisasi

Gejala-gejala gangguan depersonalisasi bisa meliputi:

  • Perasaan bahwa jiwanya berada di luar raganya. Ia merasa seolah-olah sedang bermimpi atau sedang mengontrol pikiran dan gerakannya dari luar
  • Merasa seperti robot atau penderita tidak bisa mengendalikan ucapan atau gerakan
  • Merasa tangan, kaki, atau bagian tubuh lain mengecil dan kepalanya terbekap kain
  • Mati rasa secara emosional atau fisik (apatis) terhadap lingkungan sekitar
  • Kerap bersikap datar, sulit merasa sedih, gembira atau marah
  • Gejala ini dapat berlangsung dalam hitungan jam, hari, minggu atau bahkan bulan, dan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari

Artikel lainnya: Penyebab Gangguan Kecemasan Sering Muncul di Malam Hari

Diagnosis Gangguan Depersonalisasi

Gangguan depersonalisasi didiagnosis melalui wawancara medis-psikiatri, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.

Pada wawancara medis umumnya seseorang akan mengungkapkan perasaanya, di mana ia menganggap jiwanya berada di luar raganya. Seolah-olah, dia sedang bermimpi dan melihat raganya berjalan sendiri.

Dokter akan menelusuri kaitan antara kondisi tersebut dengan adanya trauma psikis tertentu. Misalnya kehilangan orang yang ia sayangi, bencana alam, dan peristiwa traumatis lainnya.

Setelah itu, perangkat wawancara psikiatrik berupa Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) dapat digunakan untuk memastikan diagnosis gangguan depersonalisasi lebih lanjut.

Pada kasus tertentu, gangguan depersonalisasi juga dapat disebabkan oleh adanya gangguan kesehatan tertentu, misalnya penyakit otak. Atau penyebab lain seperti penggunaan obat- obat tertentu, penyalahgunaan obat dan alkohol.

Untuk mengevaluasi kemungkinan ini, dilakukan pemeriksaan fisik dan juga pemeriksaan penunjang. 

Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan antara lain pemeriksaan laboratorium darah, urine, pencitraan berupa computed tomography (CT) Scan, dan magnetic resonance imaging (MRI).

Pengobatan Gangguan Depersonalisasi

Penanganan terhadap gangguan depersonalisasi bisa dilakukan dengan metode terapi dan penggunaan obat-obatan. Di bawah ini penjelasannya.

1. Psikoterapi

Modalitas utama pengobatan gangguan depersonalisasi adalah psikoterapi. Terapi kejiwaan ini bertujuan untuk menelusuri penyebab yang mendasari munculnya gangguan.

Terapi ini juga akan membantu penderita gangguan depersonalisasi berdamai dengan masa lalunya, mengumpulkan keutuhan jiwanya, dan kembali menjalankan kehidupan pribadi dan sosial sehari-hari.

2. Obat-obatan Medis

Faktanya, tidak ada obat yang secara khusus disetujui untuk mengobati gangguan depersonalisasi-derealisasi.

Namun, obat-obatan medis ini dapat digunakan untuk mengobati gejala tertentu, misalnya gejala depresi dan kecemasan yang sering dikaitkan dengan gangguan depersonalisasi.

3. Terapi Keluarga

Dukungan dan peran serta keluarga dalam membantu penderita gangguan depersonalisasi juga dibutuhkan.

Keluarga harus memahami bahwa proses pemulihan ini mungkin memakan waktu lama. Penting agar setiap orang memastikan dirinya bersikap positif selama fase pemulihan ini berlangsung.

4. Terapi Musik dan Seni

Terapi musik dan seni juga bisa menjadi pengobatan pendukung dalam mengatasi gangguan depersonalisasi.

Terapi ini akan membuat penderitanya lebih bebas mengungkapkan ekspresi dengan cara positif.

5. Hipnosis Klinis

Sebagai terapi alternatif, pada penderita gangguan depersonalisasi juga dapat diberikan hipnosis klinis. 

Hipnosis ini dilakukan dengan teknik tertentu guna membuat penderitanya rileks.

Melalui terapi ini juga, penderita diajak untuk mengalihkan konsentrasinya, mengeksplorasi hal-hal yang mendasari gangguannya tersebut dengan santai untuk kemudian secara bertahap mengatasinya.

Artikel lainnya: Tanda-tanda Seseorang Terkena Gangguan Identitas Disosiatif

Komplikasi Gangguan Depersonalisasi

Episode kambuhnya depersonalisasi bisa menakutkan bagi penderitanya, sekaligus melumpuhkan aktivitas sehari-hari.

Kondisi tersebut dapat menyebabkan beberapa komplikasi, seperti:

  • Kesulitan fokus pada tugas atau mengingat sesuatu
  • Terhambat dalam pekerjaan dan aktivitas rutin lainnya
  • Masalah dalam hubungan dengan keluarga dan teman
  • Kecemasan atau depresi
  • Rasa putus asa yang berkepanjangan

Pencegahan Gangguan Depersonalisasi

Dukungan dan intervensi psikis segera ketika seseorang mengalami kejadian traumatis dapat mencegah kondisi gangguan depersonalisasi.

Kapan Harus ke Dokter?

Mengalami perasaan layaknya depersonalisasi adalah hal biasa dan tidak perlu dikhawatirkan. 

Akan tetapi, perasaan seperti tidak berada di dalam raganya yang berkelanjutan atau cukup parah dan berimbas pada kehidupan, dapat menjadi tanda gangguan depersonalisasi atau masalah kesehatan mental lainnya.

Segera temui dokter jika Anda memiliki perasaan depersonalisasi seperti:

  • Mengganggu secara emosional
  • Menghambat pekerjaan, hubungan, atau aktivitas sehari-hari

Konsultasikan masalah kejiwaan kamu langsung kepada dokter spesialis kejiwaan. Kita #JagaSehatmu setiap hari, ya. Jangan tunggu sakit.

[HNS]