Masalah Mental

Kecanduan Alkohol

Tim Medis Klikdokter, 29 Mar 2022

Ditinjau Oleh

Kecanduan alkohol, yang juga dikenal dengan istilah alkoholisme, merupakan pola penggunaan alkohol yang bermasalah.

Pengertian

Kecanduan alkohol, yang juga dikenal dengan istilah alkoholisme, merupakan pola penggunaan alkohol yang bermasalah. Berbagai masalah tersebut meliputi ketidakmampuan mengendalikan konsumsi alkohol, memiliki obsesi dan pemahaman yang salah tentang konsumsi alkohol, dan melanjutkan konsumsi alkohol walaupun telah menimbulkan berbagai masalah.

Selain itu, orang yang mengalami kecanduan alkohol juga kerap merasa harus mengonsumsi alkohol dalam jumlah lebih untuk mendapatkan efek yang sama dan mengalami gejala lepas alkohol saat berhenti mengonsumsinya.

Asupan alkohol bisa berpotensi membahayakan kesehatan dan keamanan atau menimbulkan masalah lain yang terkait dengan alkohol. Kondisi ini juga mencakup binge drinking, yaitu kondisi ketika seseorang mengonsumsi alkohol dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang singkat.

Bila pola mengonsumsi alkohol yang terjadi menyebabkan distres yang signifikan serta permasalahan dalam menjalani aktivitas sehari-hari, hal ini dapat dikategorikan sebagai kecanduan alkohol. Kondisi ini dapat dikategorikan dari ringan hingga berat. Karena itulah, penanganan dini kondisi ini sangat diperlukan.

Penyakit Kecanduan Alkohol - KlikDokter.com (Vaclav Mach/Shutterstock)

Penyebab

Ada banyak hal yang dikaitkan dengan kecanduan alkohol. Faktor genetik, psikologis, sosial, dan lingkungan akan sangat menentukan cara asupan alkohol memengaruhi tubuh dan perilaku.

Beberapa teori menyatakan bahwa dampak konsumsi alkohol yang dirasakan oleh sebagian orang dapat berbeda dan lebih kuat, yang dapat menyebabkan terjadinya kecanduan alkohol. Seiring dengan berjalannya waktu, mengonsumsi alkohol dalam jumlah banyak dapat mengubah fungsi normal bagian tertentu pada otak yang dikaitkan dengan rasa puas, pengambilan keputusan, dan kemampuan untuk mengendalikan perilaku.

Hal ini dapat menyebabkan keinginan untuk mengonsumsi alkohol lebih banyak lagi untuk mengalami perasaan yang menyenangkan tersebut. Bahkan dianggap dapat mengurangi perasaan negatif.

Beberapa faktor risiko untuk kecanduan alkohol adalah:

  • Konsumsi alkohol terus-menerus.

Mengonsumsi alkohol secara rutin dalam jangka waktu yang cukup lama dapat menyebabkan kecanduan alkohol dan masalah lain terkait konsumsi alkohol.

  • Usia.

Individu yang mengonsumsi alkohol sejak usia muda, terutama dalam jumlah berlebih, memiliki risiko tinggi untuk mengalami kecanduan alkohol.

  • Riwayat keluarga.

Risiko kecanduan alkohol lebih tinggi pada orang-orang yang memiliki orang tua atau anggota keluarga yang mengalami masalah terkait alkohol. Hal ini juga berkaitan dengan faktor genetik.

  • Depresi dan masalah kesehatan mental lainnya.

Masalah terkait konsumsi alkohol sering didapati pada orang-orang dengan masalah kesehatan mental seperti kecemasan parah, depresi, skizofrenia, atau gangguan bipolar.

  • Faktor sosial dan budaya.

Memiliki teman atau pasangan yang mengonsumsi alkohol secara rutin dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kecanduan alkohol. Bagi populasi muda, perilaku orang tua, teman, dan panutan lain dapat meningkatkan risiko tersebut.

Artikel Lainnya: Dampak Ayah Pecandu Alkohol terhadap Psikis Anak

Gejala

Kecanduan alkohol dapat dikategorikan sebagai ringan, sedang, atau berat, bergantung dari sejumlah tanda dan gejala yang dialami. Tanda dan gejala yang dapat timbul termasuk:

  • Tidak dapat membatasi jumlah alkohol yang dikonsumsi.
  • Mencoba untuk membatasi jumlah asupan alkohol atau gagal membatasi jumlah asupan alkohol.
  • Menghabiskan banyak waktu untuk mendapatkan alkohol, mengonsumsi alkohol, serta pemulihan setelah mengonsumsi alkohol.
  • Merasakan hasrat berlebih untuk mengonsumsi alkohol.
  • Gagal untuk memenuhi kewajiban di tempat kerja, sekolah, atau tempat tinggal secara berulang akibat efek dari konsumsi alkohol yang terus-menerus.
  • Tetap mengonsumsi alkohol walaupun kondisi ini menyebabkan masalah fisik, sosial, dan interpersonal.
  • Menghentikan atau membatasi kegiatan sosial, pekerjaan, dan hobi.
  • Menggunakan alkohol pada situasi yang tidak aman, seperti ketika hendak menyetir atau berenang.
  • Mengalami toleransi terhadap alkohol, sehingga dibutuhkan jumlah yang lebih besar untuk mendapatkan efek yang sama.
  • Mengalami gejala lepas alkohol, seperti mual, berkeringat, dan bergetar, ketika tidak mengonsumsi alkohol.

Kecanduan alkohol juga dapat menyebabkan intoksikasi alkohol dan gejala lepas alkohol. Intoksikasi alkohol terjadi akibat peningkatan jumlah alkohol dalam aliran darah.

Semakin tinggi konsentrasi alkohol dalam darah, semakin besar efeknya. Intoksikasi alkohol menyebabkan gangguan perilaku dan perubahan mental. Hal ini dapat mencakup perilaku yang tidak sopan, suasana hati yang tidak stabil, kesulitan membuat keputusan, bicara yang tidak jelas, gangguan perhatian atau daya ingat, serta koordinasi gerak tubuh yang tidak baik.

Selain itu juga dapat dialami periode ketika seseorang tidak mengingat kejadian saat mengonsumsi alkohol. Kadar alkohol dalam darah yang sangat tinggi dapat menyebabkan terjadinya koma atau bahkan kematian.

Gejala lepas alkohol dapat terjadi apabila alkohol dikonsumsi dalam jumlah banyak dan sering, lalu kemudian dihentikan atau sangat dikurangi. Hal ini dapat terjadi beberapa jam hingga beberapa hari setelah penghentian.

Tanda dan gejala yang terjadi dapat berupa kondisi berkeringat, denyut jantung yang cepat, tangan bergetar, gangguan tidur, mual, muntah, halusinasi, kegelisahan, kecemasan, dan terkadang, kejang. Bila gejala yang timbul cukup berat, hal ini dapat membatasi kemampuan seseorang untuk menjalankan tugas dalam pekerjaan maupun dalam situasi sosial.

Artikel Lainnya: Hepatitis Alkoholik, Penyakitnya Pecandu Alkohol

Diagnosis

Bila dokter menduga terdapat masalah terkait kecanduan alkohol, beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:

  • Menanyakan beberapa hal terkait perilaku konsumsi alkohol. Dokter akan menanyakan mengenai frekuensi konsumsi alkohol, berlangsung berapa lama, bagaimana perilaku sehari-hari, serta apakah konsumsi alkohol memengaruhi pekerjaan atau pendidikan. Dokter juga dapat meminta izin untuk berkomunikasi dengan anggota keluarga dan teman.
  • Melakukan pemeriksaan fisik. Dokter dapat memeriksa adanya tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan komplikasi dari asupan alkohol.
  • Pemeriksaan laboratorium dan pencitraan. Walaupun tidak ada pemeriksaan spesifik untuk mendiagnosis kecanduan alkohol, beberapa pola kelainan dari hasil pemeriksaan dapat mengarah kepada kerapnya konsumsi alkohol.
  • Evaluasi psikologis lengkap. Hal ini mencakup pertanyaan tentang gejala yang dialami, pola pikir, perasaan, serta perilaku.

Penanganan

Penanganan pada kecanduan alkohol bervariasi, bergantung dari kebutuhan. Penanganan bisa mencakup intervensi singkat, konseling individual atau kelompok, konsultasi rawat jalan, atau rawat inap. Tujuan utama dari penanganan adalah menghentikan asupan alkohol untuk memperbaiki kualitas hidup.

Beberapa jenis penanganan yang dapat dilakukan mencakup:

  • Program detoks dan lepas dari alkohol
  • Melatih diri menentukan rencana penanganan
  • Melatih keterampilan tertentu
  • Konseling psikologis
  • Pengobatan oral
  • Pengobatan suntikan
  • Dukungan yang berkesinambungan
  • Penanganan untuk masalah psikologis
  • Penanganan medis untuk kondisi kesehatan

Artikel Lainnya: Bahaya Konsumsi Alkohol bagi Pernapasan dan Paru-Paru

Pencegahan

Intervensi dini dapat mencegah masalah konsumsi alkohol pada remaja. Mengenali pola perilaku sejak dini dapat mencegah masalah penyalah-gunaan alkohol menjadi berlarut-larut.

Beberapa tanda dan gejala yang dapat menunjukkan adanya masalah terkait konsumsi alkohol pada remaja adalah:

  • Penurunan minat dalam melakukan aktivitas, hobi, serta penampilan personal.
  • Mata merah, bicara tidak jelas, gangguan koordinasi, serta penurunan daya ingat.
  • Kesulitan atau perubahan dalam hubungan dengan teman, seperti bergaul dengan teman baru.
  • Penurunan nilai pelajaran disertai adanya masalah di sekolah.
  • Perubahan suasana hati yang sering serta perilaku defensif.