Chronic Venous Insufficiency
dr. Arina Heidyana, 24 Jan 2023
Ditinjau Oleh
Chronic venous insufficiency (CVI) adalah gangguan aliran darah di kaki akibat katup-katup di vena tak berfungsi semestinya. Berikut info lengkapnya.
Chronic Venous Insufficiency
Dokter spesialis |
Bedah Vaskular |
Gejala |
Nyeri tungkai, varises, tungkai terasa berat dan kram |
Faktor risiko |
Perempuan, hamil, usia diatas 50 tahun, obesitas dan riwayat keluarga |
Cara diagnosis |
Wawancara medis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang |
Pengobatan |
Stoking kompresi, obat-obatan, ablasi dan operasi |
Obat |
Antibiotik, Antikoagulan |
Komplikasi |
Luka pada tungkai, emboli paru, deep vein thrombosis |
Kapan harus ke dokter? |
Nyeri terus-menerus pada tungkai, varises, riwayat CVI pada keluarga |
Pengertian
Chronic venous insufficiency atau CVI adalah gangguan aliran darah di kaki akibat katup-katup pada vena tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Pada kondisi normal, darah akan dialirkan ke seluruh tubuh melalui vena lalu akan kembali lagi ke jantung.
Namun pada CVI, pembuluh darah di kaki tidak dapat mengalirkan darah ke jantung karena katup katup dan dinding venanya melemah.
Akibatnya, darah tidak dapat dialirkan ke jantung dan menumpuk di pembuluh vena tungkai. Terkumpulnya darah tersebut di kaki juga disebut sebagai statis.
Angka kejadian CVI pada populasi dewasa di Amerika diperkiraan berkisar 5 – 30 persen. Sementara di Indonesia, belum ada literatur mengenai angka kejadian CVI.
Artikel lainnya: Penyebab dan Cara Mengatasi Varises di Usia Muda
Penyebab
Penyebab utama chronic venous insufficiency adalah tidak berfungsinya katup di pembuluh vena. Kondisi ini dapat dipicu oleh:
- Kondisi kongenital atau kelainan pembuluh darah sejak lahir
- Pernah mengalami cedera pada tungkai atau riwayat penyumbatan darah
- Deep Vein Thrombosis atau penumpukan pada vena dalam
- Kebiasaan duduk atau berdiri yang terlalu lama sehingga membuat katup vena melemah
- Berusia di atas 50 tahun. Pembuluh darah melemah seiring dengan bertambahnya usia
Faktor Risiko
Di bawah ini adalah beberapa faktor risiko terjadinya chronic venous insuffiency:
- Usia di atas 50 tahun
- Riwayat varises
- Riwayat CVI pada keluarga
- Jenis kelamin perempuan
- Sedang hamil
- Pernah menderita deep vein thrombosis
- Obesitas dan kurang aktivitas fisik
- Berdiri atau duduk dalam waktu lama dalam jangka panjang
Gejala
Gejala chronic venous insufficiency yang paling umum adalah nyeri tungkai. Selain itu, gejala lainnya seperti:
- Bengkak pada tungkai dan tungkai terasa berat
- Gatal pada tungkai
- Varises
- Warna kulit tungkai berubah menjadi gelap
- Kram pada tungkai
Artikel lainnya: Waspada, Ini Penyebab Kram Otot yang Sering Terjadi
Diagnosis
Pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang adalah cara yang dilakukan untuk mendiagnosis CVI. Berikut penjelasannya.
1. USG Duplex di tungkai
Pemeriksaan USG Duplex dilakukan agar dokter mendapatkan gambaran vena agar bekuan atau malfungsi pada vena dapat dideteksi.
Dokter bakal menempelkan serta menekan USG ke bagian tungkai pasien yang membengkak.
2. Venografi
Venografi adalah suatu prosedur untuk melihat pembuluh darah vena dengan bantuan kontras agar pembuluh darah terlihat lebih jelas.
3. MRV (Magnetic Resonance Venography)
Prosedur ini juga dimaksudkan untuk melihat pembuluh vena. Seperti namanya, MRV menggunakan bantuan magnet untuk menciptakan pencitraan pada pembuluh vena.
Pengobatan
Kada kasus CVI ringan, dokter biasanya akan menyarankan pasien untuk berolahraga secara teratur dan menghindari posisi duduk bersila.
Dokter juga akan menganjurkan elevasi tungkai atau memosisikan kaki lebih tinggi daripada jantung ketika duduk ataupun berbaring.
Selain itu, dokter dapat merekomendasikan pasien untuk memakai stoking khusus.
Stoking tersebut bisa bantu melancarkan aliran darah, dan pembengkakan di tungkai pun dapat berkurang.
Apabila pemakaian stoking kompresi ini tak efektif, beberapa prosedur pengobatan lain bisa dilakukan, yakni:
1. Obat-obatan
Obat-obatan yang biasanya digunakan untuk mengatasi chronic Venous Insufficiency adalah:
- Obat pengencer darah (antikoagulan), dapat berupa injeksi atau obat minum
- Antibiotik, untuk mengobati infeksi karena ada luka di kulit
- Obat diuretik, agar cairan pada tubuh keluar dan tidak menumpuk pada tungkai
2. Tindakan Medis Non-bedah
Sebelum masuk ke tindakan bedah, ada beberapa tindakan non-invasif yang dapat menjadi pertimbangan dokter, seperti:
- Skleroterapi, yakni menyuntikkan zat sclerosant agar pembuluh darah mengecil
- Endovenous laser ablation, dengan mengobliterasi vena menggunakan sinar laser. Tindakan ini dilakukan oleh dokter spesialis radiologi intervensi
- Radiofrequency ablation (RFA), yakni memanaskan vena yang terluka menggunakan gelombang radio frekuensi tinggi. Tindakan ini dilakukan oleh dokter spesialis radiologi intervensi
Artikel lainnya: Stoking untuk Varises, Efektifkah Pemakaiannya?
3. Prosedur Bedah
Bila terapi non-invasif gagal atau pada kondisi CVI yang berat, dokter spesialis bedah vaskuler akan menyarankan operasi atau bedah.
Tujuannya adalah untuk:
- Memperbaiki pembuluh vena atau katup yang rusak
- Mengangkat pembuluh vena yang terserang CVI
- Melakukan cangkok pembuluh vena baru (bypass vena) sehingga aliran darah tidak melewati pembuluh vena yang mengalami CVI
- Mengikat atau menutup pembuluh vena yang rusak
Pencegahan
Meskipun tidak bisa menjamin 100 persen, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk meminimalisasi peluang terjadinya CVI.
Pencegahan ini dapat berupa:
- Perbaikan pola hidup seperti olahraga, berhenti merokok, dan gizi seimbang
- Menghindari duduk atau berdiri terlalu lama
- Periksakan diri Anda ke dokter apabila ada riwayat CVI di dalam keluarga
Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat chronic venous insufficiency adalah:
- Ulkus stasis atau luka pada tungkai
- Emboli paru
- Deep vein Thrombosis
Kapan Harus ke Dokter?
Bila Anda mengalami nyeri tungkai yang tidak biasa dan disertai salah satu gejala di atas, segera periksakan diri ke Dokter.
CVI yang tidak ditangani dapat sebabkan pembuluh darah kapiler menjadi bengkak dan bahkan pecah.
Kondisi ini bisa meningkatkan risiko infeksi serta selulitis pada jaringan di sekitar pembuluh darah dan muncul luka yang sukar diobati.
Jika kamu pernah mengalami gejala seperti yang disebutkan di atas, jangan ragu untuk segera konsultasi dokter spesialis. Kamu bisa tanya soal kondisi kesehatanmu lewat layanan Tanya Dokter di KlikDokter. Yuk, #JagaSehatmu selalu!
[HNS/NM]