Penyakit Menular Seksual

Penyakit HIV

dr. Marsita Ayu Lestari, 06 Sep 2023

Ditinjau Oleh

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah infeksi yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, pasien rentan tertular penyakit dan bisa membahayakan jiwa jika tidak ditangani segera.

Penyakit HIV

Penyakit HIV

Dokter Spesialis

Kolaborasi antar multidisiplin kedokteran bergantung pada kondisi penderita; Spesialis terkait: Spesialis penyakit dalam, spesialis penyakit dalam konsultan penyakit tropik dan infeksi, spesialis penyakit dalam konsultan alergi dan imunologi klinik, spesialis penyakit dalam konsultan pulmonologi, spesialis saraf atau spesialis neurologi, spesialis kulit dan kelamin atau spesialis dermatovenereology

Gejala 

Demam berkepanjangan, penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan, nafsu makan menurun, nyeri kepala, nyeri otot, nyeri sendi, nyeri tenggorokan, infeksi saluran napas atas berulang, pembesaran kelenjar getah bening, kelelahan, diare kronik lebih dari satu bulan, ruam kulit, keringat malam

Faktor Risiko

Hubungan seksual melalui anus atau vagina tanpa menggunakan kondom, berbagi jarum suntik yang terkontaminasi HIV, penggunaan alkohol dan obat-obat terlarang, menderita infeksi menular seksual, menerima transfusi darah/transplantasi jaringan, mengalami cedera jarum suntik yang terkontaminasi HIV secara tidak disengaja

Diagnosis 

Wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang

Pengobatan 

Antiretroviral 

Obat

Antiretroviral 

Komplikasi

Tuberkulosis, toksoplasmosis, meningitis kriptokokus, kandidiasis, sitomegalovirus, kriptosporidiosis, sarkoma kaposi, limfoma, penyakit ginjal, AIDS dementia complex

Kapan harus ke dokter?

Terdapat gejala dan tanda HIV

Pengertian Penyakit HIV

Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya sel CD4. Pada kondisi tertentu, infeksi HIV dapat berkembang menjadi Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan tahap akhir pada infeksi HIV. Ketika sudah terkena AIDS, tubuh akan kehilangan kemampuan sistem imun dalam melawan penyakit. 

Penyakit HIV merupakan masalah kesehatan global. Bila kondisi ini tidak diobati secara efektif, maka dapat meningkatkan risiko berbagai infeksi dan kematian. 

Penyebab Penyakit HIV

Penyakit HIV disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang dikelompokkan menjadi HIV-1 dan HIV-2. Penularan HIV terjadi melalui cairan tubuh yang mengandung virus HIV, seperti darah, cairan vagina, cairan semen, cairan anus, dan ASI.

Secara umum, penyebaran virus HIV dapat menular melalui berbagai cara, di antaranya:

  • Hubungan seksual,
  • Penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi HIV
  • Penularan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi pada masa kehamilan, persalinan, atau menyusui.
  • Transfusi darah.

Artikel Lainnya:  Ini Alasan Tak Perlu Jauhi Teman yang Terkena HIV/AIDS!

Gejala Penyakit HIV

Ciri-ciri HIV pada setiap orang bisa menunjukkan gejala yang berbeda, bergantung pada stadium atau keparahan penyakit. Gejala awal infeksi HIV dapat terjadi beberapa hari setelah terinfeksi dan biasanya bertahan sekitar 14 hari.

Secara umum, gejala infeksi penyakit HIV pada pria dan wanita adalah:

  • Demam berkepanjangan
  • Penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan
  • Nafsu makan menurun
  • Nyeri kepala
  • Nyeri otot
  • Nyeri sendi
  • Nyeri tenggorokan
  • Infeksi saluran napas atas berulang
  • Pembengkakan kelenjar getah bening
  • Kelelahan
  • Diare kronik lebih dari satu bulan
  • Ruam kulit
  • Keringat malam

Kemunculan ciri-ciri infeksi virus HIV pada pria dan wanita biasanya terbagi menjadi 4 fase gejala HIV, yakni:

1. Stadium I 

Pada tahapan ini, orang yang terinfeksi biasanya belum mengalami gejala.

2. Stadium II

Seiring waktu, infeksi HIV semakin melemahkan sistem imun dan menimbulkan gejala sakit ringan, seperti:

  • Penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya
  • Infeksi saluran pernapasan atas berulang
  • Ruam kulit yang gatal
  • Infeksi jamur pada kuku

3. Stadium III

Infeksi akan semakin berkembang, dan menimbulkan gejala sakit sedang, seperti:

  • Penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya
  • Diare kronis > 1 bulan yang tidak diketahui penyebabnya
  • Demam menetap yang tidak diketahui penyebabnya
  • Infeksi jamur pada mulut yang menetap
  • Tuberkulosis paru
  • Infeksi bakteri yang berat, seperti pneumonia (peradangan paru-paru), meningitis (peradangan lapisan otak dan saraf tulang belakang), dan infeksi tulang atau sendi
  • Anemia yang tidak diketahui penyebabnya

4. Stadium IV

Di tahap ini, pasien sudah dianggap terjangkit penyakit AIDS dan mengalami gejala sakit parah, meliputi:

  • Pneumonia (peradangan paru-paru) berulang
  • Infeksi jamur (kandidiasis) di kerongkongan, tenggorokan, dan paru
  • Sindrom wasting HIV (penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya, disertai demam, kelemahan, dan diare kronis)
  • Tuberkulosis selain di paru
  • Toksoplasmosis di sistem saraf pusat
  • Ensefalopati HIV

Artikel Lainnya: Mitos dan Fakta Seputar HIV/AIDS yang Sering Beredar

Faktor Risiko Penyebaran Virus HIV

Berikut perilaku dan kondisi yang membuat seseorang berisiko tertular HIV:

  • Hubungan seksual melalui anus (seks anal) atau vagina tanpa menggunakan kondom
  • Berbagi jarum suntik yang terkontaminasi 
  • Penggunaan alkohol dan obat-obat terlarang 
  • Menderita infeksi menular seksual (sifilis, gonorrhea, herpes)
  • Menerima transfusi darah dan transplantasi jaringan
  • Mengalami cedera jarum suntik yang tidak disengaja (petugas kesehatan)

Diagnosis Penyakit HIV

Dokter akan menentukan diagnosis infeksi HIV melalui wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Sebelum melakukan tes HIV, biasanya dilakukan konseling berupa:

  • Konseling dan tes HIV sukarela (KTS-VCT= Voluntary Counseling and Testing
  • Tes HIV dan konseling atas inisiatif petugas kesehatan (TIPK-PITC= Provider-Initiated Testing and Counseling)

Berikut tes untuk mendiagnosis infeksi HIV:

  • Tes antibodi: mendeteksi antibodi dalam darah atau air liur
  • Tes antigen/antibodi: mendeteksi antibodi spesifik dan antigen HIV P24
  • Nucleic acid test: mengetahui berapa banyak virus HIV dalam darah

Pengobatan Penyakit HIV

Hingga saat ini belum ada jenis pengobatan apapun yang dapat menyembuhkan HIV Namun, ada beberapa jenis obat yang dapat digunakan untuk menghambat perkembangan virus dan membuat sistem kekebalan tubuh penderita menjadi lebih kuat. Jenis obat untuk mengatasi HIV disebut sebagai Antiretroviral (ARV).

Waktu dan aturan mengonsumsi obat ARV serta kemungkinan efek samping bisa berbeda-beda pada setiap pasien.

Berikut beberapa jenis obat ARV yang diresepkan oleh dokter untuk pengobatan HIV:

  • Obat golongan Nucleoside reverse transcriptase inhibitors seperti Abacavir, Lamivudine (3TC, Hiviral), Stavudine (Stavir, Zerit), Zidovudine (Retrovir, Avirzid), Didanosine.
  • Obat golongan Nucleotide reverse transcriptase inhibitors, yaitu Tenofovir.
  • Obat golongan Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors, seperti Efavirens, Nevirapine (Neviral, Viramune)
  • Obat protease inhibitors, seperti Lopinavir/Ritonavir, Nelfinavir 
  • Obat ART kombinasi, seperti Zidovudine - Lamivudine (Duviral)

Risiko efek samping obat HIV

Setiap obat berisiko menimbulkan efek samping, begitupun dengan obat ARV. Bila terjadi efek samping, maka konsultasikan ke dokter yang merawat. 

Berikut beberapa obat ARV dan kemungkinan efek sampingnya: 

Obat Abicavir menimbulkan efek samping berupa:

  • Reaksi hipersensitivitas
  • Demam
  • Ruam kulit
  • Kelelahan
  • Mual dan muntah
  • Tidak nafsu makan

Obat Stavudine dapat menyebabkan efek samping, seperti:

  • Neuropati perifer (kerusakan saraf tepi)
  • Lipoatrofi (kehilangan jaringan lemak di bawah kulit secara menyeluruh terutama di wajah, lengan, bokong, dan kaki) 

Efek samping obat Zidovudine yang terjadi, di antaranya:

  • Nyeri kepala
  • Insomnia

Obat Tenofovir bisa menimbulkan efek samping, berupa:

  • Nyeri kepala
  • Diare 
  • Mual dan muntah
  • Sering buang angin

Efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan obat Nevirapine, di antaranya:

  • Reaksi hipersensitivitas
  • Ruam kulit
  • Hiperlipidemia (peningkatan kadar lemak darah) 

Selain dengan ARV, terapi pendukung lainnya juga diperlukan bagi penderita HIV. Misalnya, dukungan psikologis, dukungan agama, diet yang bergizi, menjaga kebersihan, dan tidur yang cukup. 

Artikel Lainnya: Inilah Ciri Lidah Penderita HIV yang Patut Diwaspadai

Pencegahan Penyakit HIV

Penularan HIV dapat kamu cegah dengan metode ABCDE, yaitu:

  • A (Abstinence): Tidak melakukan hubungan seks yang berisiko 
  • B (Be faithful): Bersikap setia dengan satu pasangan seks. 
  • C (Condom): memakai kondom secara benar saat berhubungan seks.
  • D (Drugs): Tidak menggunakan narkoba, karena memungkinkan pemakaian jarum suntik secara bergantian.
  • E (Education): mendapatkan edukasi dan informasi yang benar seputar penyakit HIV, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya.

Selain dengan metode ABCD, upaya pencegahan infeksi HIV juga bisa kamu lakukan dengan langkah berikut:

  • Tidak melakukan hubungan seksual ketika mengalami infeksi kelamin.
  • Jika terinfeksi HIV, bicarakan hal ini dengan pasangan agar bisa dilakukan tindakan pencegahan.
  • Bagi pasangan yang sudah menikah, lakukan skrining HIV secara rutin.
  • Sunat bagi laki-laki untuk mengurangi kemungkinan infeksi HIV.
  • Menghindari pembuatan tato bergantian. 
  • Rutin cek kehamilan untuk mengetahui kemungkinan adanya infeksi HIV pada ibu hamil dan mencegah bayi tertular infeksi yang sama.
  • Pada ibu hamil yang terkena HIV, rutin minum antiretroviral sesuai anjuran dokter.
  • Hindari menggunakan alat cukur atau sikat gigi secara bergantian.

Komplikasi Penyakit HIV

Berikut komplikasi infeksi HIV yang mungkin terjadi:

Obat Terkait Infeksi HIV

Kapan harus ke Dokter?

Segera berobat ke Dokter, bila kamu merasakan gejala penyakit HIV. Jika kamu ingin tahu lebih banyak tentang cara mengatasi infeksi HIV, yuk #JagaSehatmu dengan download aplikasi KlikDokter dan gunakan layanan konsultasi kesehatan 24 jam langsung dengan dokter melalui fitur Tanya Dokter online.

Terakhir diperbarui: 30 Agustus 2023

Ditinjau oleh

(APR)