Obat Gangguan Pencernaan

Wiacid

Klikdokter, 10 Feb 2020

Ditinjau Oleh Tim Apoteker Klikdokter

Wiacid merupakan obat yang diproduksi oleh PT.

Pengertian

Wiacid merupakan obat yang diproduksi oleh PT. Pertiwi agung. Wiacid mengandung Ranitidine HCl yang merupakan obat gol. H2 antagonis yang bekerja menghambat sekresi asam lambung yang berlebih, sehingga rasa sakit dapat reda dan luka pada lambung dapat terobati. Selain itu, obat ini juga dapat mencegah gejala akibat gangguan pencernaan. Winacid mengandung Ranitidine HCl yang merupakan gol. H2 antagonis, golongan ini bekerja menghambat senyawa histamin 2. Histamin 2 berperan dalam merangsang serta melepaskan asam lambung, jika histamin 2 dihambat maka asam di dalam lambung dapat menurun.

Keterangan

  1. Wiacid Kaplet:
    • Golongan: Obat Keras
    • Kelas Terapi: Antasida, Agen Antireflux & Antiulceran
    • Kandungan: Ranitidine HCl
    • Bentuk: Kaplet salut selaput
    • Satuan Penjualan: Strip
    • Kemasan: Box, 10 Strip @10 Kaplet.
  2. Wiacid Ampul:
    • Golongan: Obat Keras
    • Kelas Terapi: Antasida, Agen Antireflux & Antiulceran
    • Kandungan: Ranitidine HCl
    • Bentuk: Ampul
    • Satuan Penjualan: Ampul
    • Kemasan: Dus 5 Ampul @ 2 mL.

Kegunaan

Wiacid digunakan untuk mengurangi produk sekresi asam lambung yang berlebih.

Dosis & Cara Penggunaan

Dosis dan cara penggunaan Wiacid, harus dengan anjuran dan resep Dokter:

  • Ulkus gastris dan ulkus duodenum
    • Dewasa : Dosis awal 300 mg diminum sebelum tidur atau 150 mg dua kali sehari selama 4-8 minggu. Pada penderita ulkus duodenum dapat diberikan 300 mg dua kali sehari selama 4 minggu untuk mempercepat penyembuhan. Untuk memelihara kondisi saluran pencernaan pasca penyembuhan ulkus, diberikan 150 mg setiap hari sebelum tidur dengan dosis maksimum 300 mg dua kali sehari.
    • Anak-anak (1 bulan-16 tahun): 4-8 mg/kg setiap hari dengan dosis dibagi menjadi 2 kali sehari. Dosis maksimal per hari adalah 300 mg.Untuk memelihara kondisi saluran pencernaan pasca penyembuhan, diberikan 2-4 mg/kg setiap hari dengan dosis maksimum 150 mg.
  • Ulkus yang berkaitan dengan penggunaan obat antiinflamasi non-steroid (NSAID)
    • Dewasa: 150 mg dua kali sehari atau 300 mg yang dikonsumsi sebelum tidur selama 8-12 minggu. Untuk pencegahan terjadinya ulkus akibat obat NSAID, dapat dikonsumsi 150 mg dua kali sehari.
  • Infeksi Helicobacter pylori
    • Dewasa: 300 mg diminum sebelum tidur. Dapat pula digunakan 150 mg dua kali sehari yang dikombinasikan dengan amoxicillin 750 mg dan metronidazole 50 mg sebanyak tiga kali sehari selama 2 minggu.
  • Penyakit refluks gastro-esofagus (GERD)
    • Dewasa: 150 mg dua kali sehari atau 300 mg yang dikonsumsi sebelum tidur selama 8 minggu. Pada kasus GERD berat dapat diberikan 150 mg sebanyak 4 kali sehari selama 12 minggu.
    • Anak-anak (1 bulan-16 tahun): 5-10 mg/kg setiap hari dibagi menjadi 2 kali konsumsi. Dosis maksimum 300 mg per hari.
  • Radang esofagus erosif
    • Dewasa: 150 mg 4 kali sehari. Sedangkan untuk perawatan, dosis dapat diberikan sebanyak 150 mg dua kali sehari.
    • Anak-anak (1 bulan – 16 tahun): 5-10 mg/kg setiap hari yang dibagi menjadi 2 jadwal konsumsi. Dosis maksimum adalah 600 mg per hari.
  • Kelainan Hipersekresi
    • Dewasa: 150 mg dua kali atau tiga kali sehari dengan dosis maksimal 6 gram per hari.
  • Pencegahan sekresi asam selama pasien diberikan anestesi umum
    • Dewasa: 150 mg diberikan 2 jam sebelum pemberian anestesi general. Dapat pula diberikan pada malam hari sebelumnya.Pada wanita yang akan melahirkan, dapat diberikan 150 mg sebagai dosis awal dan kemudian diulangi tiap 6 jam.
  • Dispepsia
    • Dewasa: Pada episode dispepsia kronis dapat diberikan 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg sebelum tidur selama 6 minggu.Untuk mengobati dispepsia jangka pendek, 75 mg maksimum 4 kali sehari. Pengobatan penyakit dispepsia jangka pendek dilakukan maksimal selama 2 minggu.
  • Tukak pada saluran pencernaan bagian atas akibat stres
    • Dewasa: 50 mg diberikan melalui injeksi intravena lambat, kemudian diikuti dengan pemberian 0,125-0,25 mg/kg/jam secara kontinu dalam bentuk infus. Setelah pasien dapat makan secara normal (lewat mulut), dosis dapat diganti menjadi 150 mg dua kali sehari dalam bentuk oral.
    • Anak-anak: 1 mg/kg melalui injeksi intravena lambat selama 2 menit dengan pemberian 3-4 kali sehari. Atau dapat diganti dengan 0,125-0,25 mg/kg/jam secara kontinu dalam bentuk infus.

Efek Samping

Efek samping yang mungkin terjadi selama pengunaan Wiacid, yaitu:

  • Muntah
  • Diare
  • Sakit kepala
  • Insomnia
  • Vertigo
  • Ruam kulit
  • Konstipasi
  • Sakit perut
  • Urin keruh
  • Berhalusinasi.

Kontraindikasi:
Pasien dengan riwayat porfiria akut

Interaksi Obat:
Berikut adalah beberapa Interaksi obat yang umumnya terjadi saat penggunaan Wiacid:

  • Ranitidin dapat menghambat metabolisme obat antikoagulan (kumarin), teofilin, diazepam, dan propanolol di dalam organ hati.
  • Ranitidin dapat menganggu absorbsi ketokonazole, midazolam, dan glipizida yang diperngaruhi pH.
    Efek Ranitidin akan menurun jika diberikan bersama antasida

Kategori Kehamilan:

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengkategorikan Wiacid ke dalam Kategori B: Studi pada reproduksi hewan tidak menunjukkan risiko janin, tetapi tidak ada studi terkontrol pada wanita hamil atau studi reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk (selain penurunan kesuburan) yang tidak dikonfirmasi dalam studi terkontrol pada wanita hamil trimester pertama (dan tidak ada bukti risiko pada trimester berikutnya).