Vitamin dan Suplemen Dewasa

Venofer

Klikdokter, 24 Des 2021

Ditinjau Oleh Tim Apoteker Klikdokter

Venofer di gunakan untuk pengobatan anemia kekurangan zat besi pada pasien yang menjalani hemodialisis.

Pengertian

Venofer merupakan obat yang diproduksi oleh PT. Combiphar. Obat ini mengandung Iron Sucrose yang diindikasikan untuk pengobatan anemia kekurangan zat besi pada pasien yang menjalani hemodialisis dan sedang menjalani terapi eritropoietin.

Keterangan

  • Golongan: Obat Keras
  • Kelas Terapi: Vitamin & Mineral / Antianemia
  • Kandungan: Iron Sucrose 100 mg/5 ml
  • Bentuk: Ampul
  • Satuan Penjualan: Ampul
  • Kemasan: Ampul @ 5 mL
  • Farmasi: PT. Combiphar.

Kegunaan

Venofer di gunakan untuk pengobatan anemia kekurangan zat besi pada pasien yang menjalani hemodialisis dan sedang menjalani terapi eritropoietin.

Dosis & Cara Penggunaan

Venofer merupakan obat yang termasuk ke dalam golongan obat keras sehingga pada setiap pembeliannya harus menggunakan resep Dokter. Selain itu, dosis penggunaan venofer juga harus dikonsultasikan dengan Dokter terlebih dahulu sebelum digunakan, karena dosis penggunaan nya berbeda-beda setiap individu tergantung berat tidaknya penyakit yang diderita.

Dosis Venofer ditentukan berdasarkan perhitungan dari total defisit besi.

Efek Samping

  • Mual, Muntah
  • Diare, sakit perut
  • Nyeri dada
  • Sakit kepala
  • Demam
  • Mialgia (nyeri otot)
  • Hipersensitivitas
  • Hipotensi
  • Dispnea (sesak nafas)
  • Gatal, urticaria (alergi pada kulit), ruam kulit
  • Paraestesia (kesemutan)

Kontraindikasi
Alergi, asma, eksim (ruam kulit), anafilaksis, gangguan hati, infeksi, hipotensi, bradikardi dan AV (Penyumbatan atrioventricular).

Kategori Kehamilan 
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengkategorikan Venofer ke dalam Kategori B:
Studi pada reproduksi hewan tidak menunjukkan risiko janin, tetapi tidak ada studi terkontrol pada wanita hamil atau studi reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk (selain penurunan kesuburan) yang tidak dikonfirmasi dalam studi terkontrol pada wanita hamil trimester pertama (dan tidak ada bukti risiko pada trimester berikutnya).