Obat Hipertensi

Spirola

Klikdokter, 29 Jul 2021

Ditinjau Oleh Tim Apoteker Klikdokter

Spirola merupakan sediaan obat yang mengandung zat aktif Spironolactone dan digunakan untuk mengatasi hipertensi.

Pengertian

Spirola adalah sediaan obat yang mengandung zat aktif Spironolactone. Spirola digunakan untuk mengatasi hipertensi. Spirola juga digunakan sebagai anti diuretik (obat yang mempercepat pembentukan urin).

Spironolactone bekerja dengan cara meningkatkan ekskresi NaCl dan air sambil mengurangi ion K dan hidrogen.

Keterangan

  • Golongan: Obat Keras
  • Kelas Terapi: Diuretik.
  • Kandungan: Spironolactone 25 mg; Spironolactone 100 mg.
  • Bentuk: Tablet.
  • Satuan Penjualan: Strip.
  • Kemasan: Strip @10 Tablet.
  • Farmasi: Kalbe Farma.
  • Harga Spirola 25 mg: Rp17.000 - Rp40.000/ Strip
  • Harga Spirola 100 mg: Rp50.000 - Rp80.000/ Strip

Kegunaan

Spirola yang mengandung Spironolactone digunakan untuk :

  • Membantu mengatasi Edema (pembengkakkan karena penumpukan cairan tubuh pada bagian tertentu)
  • Sirosis hati (peradangan seluruh sel hati).
  • Hipertensi.
  • Hiperaldosteronisme primer (tubuh kehilangan sejumlah besar kalium dan natrium)
  • Pengelolaan Hiperaldosteronisme sebelum operasi
  • Gagal jantung kongestif (kondisi di mana jantung tidak memompa darah yang cukup ke organ tubuh dan jaringan lain)
  • Hipokalemia (kadar kalium dalam darah dibawah normal).

Dosis & Cara Penggunaan

Obat ini termasuk dalam golongan Obat Keras, maka dari itu penggunaan obat ini harus dengan Anjuran dan Resep Dokter. Aturan penggunaan:

  • Edema
    Dewasa: Awalnya, 100 mg setiap hari, dapat menyesuaikan dosis sesuai dengan respons hingga 400 mg setiap hari.
  • Sirosis hati dengan asites dan edema
    Dewasa: Awalnya, 100 mg setiap hari
    Anak: Awalnya, 3 mg / kg diberikan dalam dosis terbagi, dapat menyesuaikan sesuai dengan respons.
    Lansia: Mulai dengan dosis terendah kemudian titrasi ke atas jika diperlukan.
  • Hipertensi
    Dewasa: Sebagai monoterapi: Awalnya, 50-100 mg setiap hari dalam 1-2 dosis terbagi, dapat menyesuaikan dosis setelah 2 minggu sesuai kebutuhan berdasarkan respons pasien.
  • Diagnosis hiperaldosteronisme primer
    Dewasa: Tes panjang: 400 mg setiap hari selama 3-4 minggu. Tes singkat: 400 mg setiap hari selama 4 hari.
    Anak: Awalnya, 3 mg / kg diberikan dalam dosis terbagi, dapat menyesuaikan sesuai dengan respons.
    Lansia: Mulai dengan dosis terendah kemudian titrasi ke atas jika diperlukan.
  • Hipaldosteronisme pra operasi
    Dewasa: 100-400 mg setiap hari. Pemeliharaan jangka panjang tanpa operasi: Admin dosis efektif terendah.
    Anak: Awalnya, 3 mg / kg diberikan dalam dosis terbagi, dapat menyesuaikan sesuai dengan respons.
    Lansia: Mulai dengan dosis terendah kemudian titrasi ke atas jika diperlukan.
  • Hipokalaemia yang diinduksi diuretik
    Dewasa: 25-100 mg setiap hari.

Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu antara 20-25 derajat Celcius.

Efek Samping

Efek samping yang mungkin terjadi selama pengunaan Spirola, yaitu:

  • Mengantuk, Pusing, Sakit kepala, Lesu, Kaki kram, dan Ruam
  • Gangguan saluran cerna seperti diare
  • Ataksia (menurunkan koordinasi otot saaat melakukan aktifitas)
  • Pruritus (Gatal pda seluruh bagian tubuh)
  • Alopecia (rambut rontok) Hiponatremia (kadar natrium dalam darah dibawah batas normal)
  • Gangguan elektrolit
  • Ginekomastia (peningkatan ukuran payudara pada pria yang bersifat sementara)
  • Hirsutisme (tumbuhnya ramput pada dagu dan atas bibir pada wanita)
  • Ketidakteraturan menstruasi
  • Nyeri payudara.

Kontraindikasi
Hindari penggunaan Spirola pada pasien yang memiliki indikasi:

  • Anuria (ketidakmampuan untuk buang air kecil baik karena tidak dapat menghasilkan urin atau memiliki sumbatan di sepanjang saluran kemih)
  • Hiperkalemia (kadar kalium dalam darah lebih tinggi)
  • Penyakit Addison (gangguan yang terjadi ketika kelenjar adrenalin tidak bekerja secara maksimal, sehingga tidak menghasilkan cukup hormon-hormon penting)
  • Insufisiensi ginjal (ginjal tidak berfungsi sebagaimana seharusnya) akut atau progresif
  • Penggunaan bersamaan dengan eplerenon

Interaksi Obat
Berikut adalah beberapa interaksi obat yang umumnya terjadi saat penggunaan Spirola:

  • Meningkatkan resiko hiperkalemia dengan diuretik kalium lainnya, suplemen kalium, ACR inhibitor, antagonis angiotensin II, trilostane dan heparin
  • Meningkatkan resiko nefrotoksik (efek racun) dari ciclosporin
  • Meningkatkan resiko toksis (racun) lithium
  • Mengurangi penyembuhan ulcer (luka pada saluran cerna) dengan carbenoxolone
  • Meningkatkan kadar serum digoxin
  • Mengurangi respon pembuluh darah pada norepinephrine
  • Penggunaan bersama dengan colestyramine dapat menyebabkan hiperkalemia asidosis metabolik (peningkatan kadar plasma asam)
  • Potensiasi hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah yang terjadi tiba-tiba saat berubah posisi dari telentang ke posisi duduk atau tegak) dapat terjadi dengan barbiturat atau narkotika.

Kategori Kehamilan
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengkategorikan Spirola ke dalam Kategori C:
Studi pada hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin (teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita atau studi pada wanita dan hewan tidak tersedia. Obat diberikan hanya jika manfaat yang yang diperoleh lebih besar dari potensi risiko pada janin.

Perhatian Menyusui
Tidak ada dalam ASI. Namun, data terbatas dari seorang wanita menyusui pada 17 hari pascapersalinan melaporkan adanya metabolit aktif, kedalam ASI dalam jumlah rendah yang diharapkan secara klinis tidak penting.